James Gunn Pernah Nolak Superman Gegara Henry Cavill

James Gunn Pernah Nolak Superman Gegara Henry Cavill

James Gunn Pernah Nolak Superman Gegara Henry Cavill

Takdir James Gunn untuk menangani karakter Superman memang telah tertulis dengan tinta emas, namun perjalanan menuju titik tersebut tidaklah mulus, bahkan diwarnai penolakan di masa lalu. Pada tahun 2018, sebuah tawaran besar menghampiri Gunn dari Warner Bros, yang saat itu tengah bergejolak mencari arah baru bagi semesta sinematik DC mereka: menyutradarai film Superman. Namun, tawaran itu, yang mungkin di mata banyak sineas lain adalah puncak impian, justru ditolak mentah-mentah oleh Gunn. Kisah ini, yang kini terungkap, menjelaskan kompleksitas di balik layar industri film Hollywood, terutama dalam penanganan karakter ikonik seperti Man of Steel.

Melansir dari penuturan Gunn sendiri, yang jarang ia ungkapkan sebelumnya dan dikutip oleh ComicBook, pada tahun 2018, pihak eksekutif DC dan Warner Bros secara mendadak mengundangnya untuk sebuah pertemuan krusial. Agenda utamanya adalah menawarkan proyek film Superman, sebuah waralaba yang kala itu masih lekat dengan sosok Henry Cavill. Namun, tawaran itu datang dengan beban berat: para petinggi studio sedang dihadapkan pada masalah besar, yaitu keinginan kuat untuk menggantikan Henry Cavill sebagai Man of Steel. Mereka ingin menyerahkan tugas pemilihan aktor baru ini sepenuhnya ke tangan Gunn, sebuah tanggung jawab yang ternyata sangat memberatkan bagi sang sutradara.

"Ketika aku awalnya ditawari untuk menyutradarai Superman pada 2018, aku menolaknya. Aku dihantui oleh tugas (casting). Aku gak yakin bagaimana melakukannya. Kalau kalian ingat juga, ada beberapa hal yang terjadi dengan Superman kala itu," tutur Gunn, mengenang momen tersebut dengan jujur. Pernyataan ini membuka tabir tentang kekacauan internal yang melanda Warner Bros dan DC Films pada periode tersebut, terutama pasca-rilis "Batman v Superman: Dawn of Justice" (2016) dan "Justice League" (2017) yang penuh kontroversi. Ketegangan antara studio, sutradara, dan para aktor memang menjadi rahasia umum, menciptakan atmosfer yang tidak kondusif untuk pengembangan proyek sebesar Superman.

Gunn secara implisit merujuk pada situasi yang "kacau banget" kala itu, sebuah kondisi yang membuatnya enggan untuk masuk lebih jauh ke dalamnya. Daripada terjebak dalam pusaran masalah yang tidak ia ciptakan, Gunn memilih jalur yang lebih familiar dan menjanjikan kebebasan kreatif yang lebih besar baginya. Ia memutuskan untuk menerima proyek lain yang dianggap lebih cocok, yaitu "The Suicide Squad." "Itu kacau banget situasinya. Jadi aku menolaknya dan aku lebih memilih The Suicide Squad, yang mana lebih familiar aja buat aku. Dan aku juga seneng banget, karena itu menyenangkan," paparnya, menunjukkan preferensinya terhadap proyek yang memberinya ruang untuk bereksperimen dengan gayanya yang khas, yang sebelumnya sukses ia terapkan pada "Guardians of the Galaxy" di Marvel.

Tahun 2018 memang menjadi periode yang sangat krusial dan penuh gejolak bagi semesta DC di Warner Bros. Setelah "Batman v Superman" (2016) yang menuai kritik tajam karena nadanya yang terlalu gelap dan minim harapan, serta kegagalan "Justice League" (2017) di box office yang diperparah dengan produksi yang bermasalah dan reshoot masif, pihak studio tampaknya sudah mencapai titik frustrasi. Mereka merasa perlu melakukan reset total, dan salah satu langkah radikal yang dipertimbangkan adalah mengakhiri penampilan Henry Cavill sebagai Superman, meskipun sang aktor telah membangun basis penggemar yang kuat dan menunjukkan dedikasi luar biasa terhadap perannya.

Untuk memuluskan niat tersebut, berbagai strategi pun disiapkan. Salah satunya adalah pengembangan film "Supergirl" yang mengambil latar masa remaja sang pahlawan wanita, sebuah langkah cerdik untuk memastikan bahwa Cavill tidak mungkin menjadi cameo atau memiliki peran signifikan di dalamnya. Ini adalah indikasi jelas bahwa studio ingin menjauh dari era Cavill dan "Snyderverse" yang dianggap terlalu suram dan tidak sesuai dengan visi baru mereka. Selain itu, sumber internal Warner Bros yang dikutip The Hollywood Reporter kala itu juga menyatakan bahwa studio tidak berencana membuat film solo Superman setidaknya dalam beberapa tahun mendatang, sebuah pernyataan yang semakin menguatkan niat mereka untuk memutus tali dengan iterasi Superman sebelumnya.

"Superman itu seperti James Bond dan setelah beberapa lama Anda harus mencari aktor baru," kata salah satu sumber yang dikutip The Hollywood Reporter, menggambarkan pandangan studio bahwa karakter ikonik bisa di-recast dan diinterpretasikan ulang seiring waktu. Pernyataan ini, meskipun tampak logis dalam konteks waralaba panjang, pada saat itu terasa seperti pukulan telak bagi penggemar Henry Cavill yang sangat ingin melihat kelanjutan cerita sang Man of Steel. Namun, secara resmi, Warner Bros tetap menjaga hubungan baik dengan Cavill. "Meski belum ada keputusan apa pun tentang film-film Superman di masa mendatang, kami selalu menaruh hormat dan berhubungan baik dengan Henry Cavill. Itu tidak akan berubah," kata juru bicara Warner Bros, berusaha meredakan spekulasi dan kemarahan penggemar.

Penolakan Gunn pada tahun 2018 tidak hanya mencerminkan keengganannya untuk terlibat dalam kekacauan studio, tetapi juga pemahaman mendalamnya tentang tantangan dalam menghadirkan Superman. Karakter ini, lebih dari sekadar pahlawan super, adalah simbol harapan, kebaikan, dan kekuatan moral. Merekrut aktor baru untuk peran sepenting itu di tengah-tengah ketidakpastian dan tekanan studio adalah tugas yang sangat besar, terutama jika visi studio tidak sejalan dengan apa yang ia yakini. Gunn dikenal sebagai sutradara yang mengutamakan cerita berbasis karakter dan emosi, dan mungkin ia merasa tidak akan memiliki kebebasan atau dukungan yang cukup untuk menghadirkan visi Superman yang otentik dan sesuai dengan gayanya di bawah kondisi 2018 tersebut.

Keputusan Gunn untuk memilih "The Suicide Squad" terbukti tepat. Film tersebut tidak hanya sukses secara kritis, tetapi juga memperkuat reputasinya sebagai sutradara yang mampu mengambil properti yang "rusak" dan mengubahnya menjadi sesuatu yang segar, unik, dan dicintai. Gaya visualnya yang khas, humor gelap, dan kemampuan untuk membuat penonton peduli pada karakter-karakter anti-hero yang aneh, menjadi ciri khasnya. Pengalaman ini mungkin menjadi bekal berharga yang akhirnya membawanya kembali ke DC, namun kali ini dengan kekuatan yang jauh lebih besar.

Ironi takdir pun bermain. Setelah periode 2018 hingga 2022 di mana nasib Superman di layar lebar tetap tidak jelas, dan Henry Cavill sempat dikonfirmasi akan kembali hanya untuk kemudian kembali diberhentikan, James Gunn justru ditunjuk sebagai co-CEO DC Studios bersama Peter Safran pada akhir 2022. Penunjukan ini memberikan Gunn kendali penuh atas arah masa depan DC Universe, sebuah posisi yang sangat berbeda dengan tawaran sutradara tunggal pada 2018. Kini, Gunn tidak hanya menyutradarai, tetapi juga menjadi arsitek utama dari seluruh semesta DC yang baru.

Dalam kapasitas barunya, Gunn akhirnya kembali ke Superman, namun dengan caranya sendiri. Proyek pertama yang ia tulis skenarionya dan akan ia sutradarai untuk DC Universe yang baru adalah "Superman: Legacy," yang dijadwalkan rilis pada Juli 2025. Kali ini, ia memiliki kebebasan mutlak untuk menentukan arah karakter, memilih aktor baru (David Corenswet sebagai Clark Kent/Superman), dan menetapkan nada cerita yang ia inginkan. "Superman: Legacy" dijanjikan akan mengembalikan esensi harapan dan optimisme yang melekat pada karakter tersebut, sebuah visi yang mungkin sulit ia wujudkan di tengah kekacauan tahun 2018.

Penolakan James Gunn terhadap Superman di tahun 2018, yang berakar pada situasi Henry Cavill dan ketidakpastian Warner Bros kala itu, kini menjadi pengingat yang menarik tentang bagaimana sebuah keputusan di masa lalu dapat membentuk takdir di masa depan. Gunn tidak hanya menghindari sebuah proyek yang berpotensi menjadi bumerang, tetapi juga membangun kredibilitas dan posisi yang pada akhirnya memberinya kesempatan untuk mengukir sejarah DC dengan visinya sendiri, sebuah visi yang kini diharapkan dapat membawa Man of Steel ke era keemasan yang baru. Ini adalah kisah tentang bagaimana kesabaran, integritas artistik, dan kepercayaan pada intuisi dapat membawa seseorang pada posisi yang tepat untuk mewujudkan impian, meskipun harus melalui jalan memutar yang penuh liku.

James Gunn Pernah Nolak Superman Gegara Henry Cavill

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *