
Jateng Masih Dilanda Udara Dingin, Suhu Udara 14 Derajat Celsius Hari Ini
Fenomena udara dingin, yang akrab disebut "bediding" oleh masyarakat lokal, masih berpotensi kuat melanda sebagian besar wilayah Jawa Tengah pada hari ini, Jumat, 18 Juli 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara tegas memperingatkan warga untuk mempersiapkan diri menghadapi penurunan suhu yang signifikan, bahkan berpotensi mencapai 14 derajat Celsius, terutama pada malam hingga pagi hari. Kondisi ini menuntut kewaspadaan ekstra dari masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di dataran tinggi dan kawasan pegunungan yang lebih rentan terhadap dampak suhu ekstrem.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Agus Triyono, menyoroti bahwa puncak udara dingin akan terasa mulai malam ini hingga pagi esok, Sabtu, 19 Juli 2025. Wilayah-wilayah yang diidentifikasi paling terdampak meliputi kawasan pegunungan dan dataran tinggi seperti Merbabu-Merapi, Dieng, Ungaran, dan Slamet. Di area-area ini, suhu bisa merosot drastis, menciptakan kondisi yang tidak hanya tidak nyaman tetapi juga berpotensi memicu berbagai masalah kesehatan dan dampak lain pada aktivitas sehari-hari serta sektor pertanian.
Fenomena bediding sejatinya merupakan siklus alamiah yang sering terjadi selama musim kemarau, khususnya pada puncak musim kemarau di bulan Juli dan Agustus. Secara ilmiah, bediding terjadi karena beberapa faktor meteorologis yang saling berkaitan. Pertama, adanya aliran massa udara dingin dan kering dari Benua Australia yang bergerak menuju Asia, melintasi wilayah Indonesia. Pada musim kemarau, tekanan udara tinggi di Australia cenderung kuat, mendorong udara dingin ini masuk ke wilayah Indonesia, termasuk Jawa. Kedua, kondisi langit yang cerah dan minim awan selama musim kemarau. Awan berfungsi sebagai "selimut" yang memerangkap panas bumi. Tanpa awan, panas dari permukaan bumi akan terpancar bebas ke atmosfer pada malam hari, menyebabkan penurunan suhu yang drastis. Ketiga, kelembapan udara yang sangat rendah. Udara kering lebih cepat kehilangan panas dibandingkan udara lembap. Kombinasi faktor-faktor ini menciptakan suhu yang dingin, terutama di daerah ketinggian yang secara topografi memang memiliki suhu lebih rendah.
Di dataran tinggi seperti Dieng, fenomena ini bahkan dapat menyebabkan "embun upas" atau embun beku, di mana uap air di udara membeku menjadi kristal es saat bersentuhan dengan permukaan yang dingin, menyerupai salju tipis. Meskipun indah secara visual, embun upas ini memiliki dampak destruktif bagi tanaman pertanian, terutama kentang, wortel, dan tembakau, yang menjadi komoditas utama di wilayah tersebut. Petani di Dieng telah terbiasa menghadapi tantangan ini setiap tahun, namun intensitas dan durasinya tetap menjadi perhatian serius karena dapat memengaruhi hasil panen dan pendapatan mereka secara signifikan.
Untuk mengantisipasi udara dingin yang menusuk, BMKG menyarankan masyarakat untuk mempersiapkan pakaian hangat yang memadai. Jaket tebal, sweter, syal, sarung tangan, dan topi kupluk menjadi perlengkapan esensial, terutama bagi mereka yang harus beraktivitas di luar ruangan pada malam atau dini hari. Konsep "berlapis" dalam berpakaian sangat dianjurkan, karena beberapa lapisan pakaian dapat memerangkap udara hangat lebih efektif daripada satu lapis pakaian tebal. Selain itu, menjaga asupan nutrisi yang cukup, mengonsumsi minuman hangat, dan memastikan tubuh tetap terhidrasi juga penting untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit yang rentan muncul di musim dingin seperti flu, batuk, atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Kelompok rentan seperti bayi, balita, lansia, dan penderita penyakit kronis memerlukan perhatian khusus karena lebih mudah terdampak suhu ekstrem.
Wilayah-wilayah yang disebutkan, seperti Merbabu-Merapi, Dieng, Ungaran, dan Slamet, memiliki karakteristik geografis yang mendukung terjadinya suhu dingin ekstrem. Gunung Merbabu dan Merapi adalah gunung berapi aktif dan non-aktif yang menjulang tinggi, dengan suhu yang secara alami lebih rendah seiring bertambahnya ketinggian. Dataran Tinggi Dieng, yang berada di ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut, dikenal sebagai "negeri di atas awan" dengan suhu rata-rata yang memang lebih rendah dibandingkan dataran rendah. Ungaran dan Slamet juga merupakan gunung-gunung yang kerap menjadi tujuan pendakian, dan para pendaki sangat familiar dengan suhu dingin ekstrem di puncaknya. Kondisi topografi berbukit dan bergunung-gunung ini memungkinkan udara dingin untuk mengendap di lembah-lembah atau cekungan, memperparah sensasi dingin yang dirasakan.
Meskipun udara dingin melanda, BMKG juga memprediksi bahwa kondisi cuaca di Jawa Tengah secara umum akan cerah dan berawan hari ini. Ini berarti masyarakat masih dapat menikmati langit biru yang bersih dan sinar matahari di siang hari. Namun, potensi hujan ringan masih bisa terjadi, terutama di kawasan pegunungan dan dataran tinggi. Hujan ringan ini mungkin tidak cukup untuk meningkatkan suhu secara signifikan, namun tetap perlu diwaspadai, terutama bagi mereka yang beraktivitas di luar ruangan. Kondisi cerah berawan justru menjadi salah satu pemicu utama bediding, karena langit yang bersih memungkinkan radiasi panas bumi lolos dengan cepat ke atmosfer tanpa terhalang awan.
BMKG terus mengimbau masyarakat untuk tidak panik, namun tetap waspada dan proaktif dalam menghadapi kondisi cuaca ini. Informasi yang disampaikan oleh BMKG merupakan gambaran umum dan perkiraan cuaca yang dinamis. Untuk mendapatkan informasi cuaca yang lebih spesifik dan terkini per jam atau per lokasi, masyarakat sangat dianjurkan untuk memantau aplikasi resmi BMKG atau situs web mereka. Aplikasi Info BMKG menyediakan data real-time, prakiraan cuaca, peringatan dini, dan informasi lainnya yang sangat berguna untuk perencanaan aktivitas sehari-hari. Ketersediaan informasi ini memungkinkan masyarakat untuk mengambil keputusan yang tepat guna melindungi diri dan properti mereka dari dampak cuaca ekstrem.
Dampak bediding tidak hanya terbatas pada kesehatan dan pertanian. Sektor pariwisata di dataran tinggi juga bisa merasakan efeknya. Meskipun udara dingin dan embun upas Dieng kadang menjadi daya tarik unik bagi wisatawan yang ingin merasakan sensasi "salju" tropis, namun fasilitas akomodasi dan infrastruktur harus siap menghadapi kondisi ini. Pengelola objek wisata perlu memastikan kenyamanan dan keamanan pengunjung dengan menyediakan fasilitas pemanas atau informasi yang jelas mengenai perlengkapan yang harus dibawa. Transportasi juga bisa terpengaruh, terutama di pagi hari, karena potensi kabut tebal akibat penurunan suhu yang drastis dapat mengurangi jarak pandang dan meningkatkan risiko kecelakaan.
Secara historis, fenomena bediding bukanlah hal baru bagi Jawa Tengah. Setiap tahun, selama puncak musim kemarau, masyarakat telah terbiasa dengan penurunan suhu ini. Namun, intensitasnya bisa bervariasi dari tahun ke tahun, dipengaruhi oleh kekuatan tekanan tinggi Australia dan faktor-faktor global lainnya. Dalam konteks perubahan iklim global, penting untuk terus memantau apakah ada pergeseran pola atau peningkatan frekuensi dan intensitas fenomena bediding ini dalam jangka panjang. BMKG, sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengamatan iklim, terus melakukan kajian mendalam untuk memahami dinamika cuaca dan iklim di Indonesia.
Masyarakat diharapkan untuk tidak hanya mengandalkan pakaian hangat, tetapi juga menjaga pola hidup sehat. Konsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, dan menghindari paparan langsung terhadap udara dingin yang berlebihan adalah langkah-langkah preventif yang sangat dianjurkan. Bagi mereka yang tinggal di rumah dengan ventilasi yang baik, pastikan udara tetap bersirkulasi untuk menghindari penumpukan kelembapan yang bisa memperburuk kondisi pernapasan. Penggunaan penghangat ruangan juga bisa dipertimbangkan, namun harus dengan hati-hati untuk menghindari risiko kebakaran atau keracunan karbon monoksida.
Dalam menghadapi suhu udara 14 derajat Celsius, yang jauh di bawah rata-rata suhu tropis Indonesia, kesiapsiagaan adalah kunci. Pemerintah daerah melalui dinas terkait juga diharapkan dapat menyebarkan informasi ini secara luas kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah terpencil yang mungkin kurang akses terhadap informasi digital. Edukasi mengenai cara menghadapi suhu dingin, gejala-gejala yang perlu diwaspadai, dan langkah-langkah mitigasi di sektor pertanian akan sangat membantu. Dengan kerja sama antara BMKG, pemerintah daerah, dan partisipasi aktif masyarakat, dampak negatif dari fenomena bediding ini dapat diminimalisir, memastikan kesejahteraan dan keselamatan seluruh warga Jawa Tengah.
