
Kabar kepulangan Jordan Henderson ke Liga Inggris telah menjadi sorotan utama di bursa transfer musim dingin, menandai babak baru dalam karier sang gelandang veteran yang penuh liku. Setelah petualangan singkat yang kurang memuaskan di Arab Saudi bersama Al Ettifaq dan kemudian di Belanda bersama Ajax, Henderson dikabarkan akan segera merapat ke Brentford. Kepindahan ini bukan hanya sekadar transfer pemain, melainkan sebuah narasi tentang pencarian kembali performa terbaik, ambisi untuk tetap bersaing di level tertinggi, dan upaya memulihkan citra yang sempat merosot. Berdasarkan laporan terkini dari David Ornstein dari The Athletic, langkah menuju Brentford sudah di depan mata, dengan tes medis dan pengurusan dokumen dijadwalkan rampung pekan ini. Namun, peresmian resminya diperkirakan baru akan dilakukan pada pekan berikutnya, memberi waktu untuk menyelesaikan seluruh aspek legal dan administratif yang diperlukan dalam transfer internasional.
Perjalanan Henderson sejak meninggalkan Liverpool pada musim panas 2023 memang penuh gejolak. Setelah 12 tahun yang gemilang di Anfield, di mana ia mengukir namanya sebagai salah satu kapten paling sukses dalam sejarah klub dengan torehan delapan gelar bergengsi, termasuk Premier League dan Liga Champions, keputusannya untuk hijrah ke Liga Pro Saudi bersama Al Ettifaq mengejutkan banyak pihak. Transfer senilai 12 juta poundsterling ke klub yang dilatih oleh legenda Liverpool, Steven Gerrard, awalnya digadang-gadang sebagai awal petualangan baru yang menjanjikan, baik secara finansial maupun tantangan. Namun, realitas di Timur Tengah tidak seindah bayangan. Dalam waktu kurang dari enam bulan, Henderson merasa tidak betah. Ia kesulitan beradaptasi dengan gaya hidup, intensitas sepak bola, dan bahkan iklim di Arab Saudi. Isu mengenai adaptasi keluarga juga disebut-sebut menjadi faktor penting. Di lapangan, performa Al Ettifaq di bawah Gerrard juga tidak sesuai ekspektasi, menambah daftar kekecewaan Henderson.
Maka, ketika jendela transfer Januari 2024 dibuka, Henderson secara proaktif mencari jalan keluar. Prioritas utamanya adalah kembali ke Eropa, terutama ke liga yang kompetitif. Gayung bersambut datang dari Ajax Amsterdam. Raksasa Belanda itu, yang sedang berada dalam periode terburuknya dalam beberapa dekade, melihat Henderson sebagai sosok pemimpin berpengalaman yang bisa mengangkat moral tim dan menstabilkan lini tengah mereka. Pada Januari 2024, Henderson resmi bergabung dengan Ajax dengan kontrak yang seharusnya berjalan hingga Juni 2026. Di atas kertas, kepindahan ini tampak menjanjikan. Henderson akan mendapatkan menit bermain reguler di liga yang masih kompetitif, dan Ajax mendapatkan gelandang kelas dunia.
Namun, periode di Ajax juga tidak berjalan mulus. Meskipun Henderson tampil dalam beberapa pertandingan dan menunjukkan dedikasinya, masalah internal klub yang sudah mengakar dan performa tim yang inkonsisten membuat ia kembali merasa frustrasi. Ajax masih berjuang di Eredivisie, jauh dari persaingan gelar yang biasa mereka dominasi. Peran Henderson, meskipun penting, tidak cukup untuk mengubah nasib tim secara drastis dalam waktu singkat. Lingkungan yang tidak stabil, perubahan pelatih, dan tekanan untuk segera bangkit membuat Henderson kembali mempertimbangkan masa depannya. Setelah hanya tampil dalam 12 pertandingan di semua kompetisi, kesepakatan untuk memutus kontraknya dicapai secara mutual. Ini adalah keputusan yang mengejutkan, mengingat durasi kontraknya yang masih panjang, namun mencerminkan keinginan kuat Henderson untuk mencari tantangan yang lebih sesuai dan segera kembali ke lingkungan yang ia kenal baik.
Kembali ke Liga Inggris selalu menjadi tujuan utama Henderson begitu ia memutuskan untuk meninggalkan Ajax. Liga Premier menawarkan intensitas, tantangan, dan sorotan yang tidak bisa ia dapatkan di liga lain. Selain itu, kembali ke Inggris juga akan mempermudah aksesnya untuk tetap berada dalam radar pelatih tim nasional Inggris, Gareth Southgate, mengingat Euro 2024 semakin dekat. Bermain di Liga Premier secara reguler akan menjadi kunci untuk mengamankan tempat di skuad The Three Lions.
Di sinilah Brentford masuk dalam cerita. Klub London Barat itu dikenal dengan pendekatan berbasis data dan perekrutan cerdas di bawah kepemimpinan pelatih Thomas Frank. Mereka telah menunjukkan kemampuan luar biasa untuk bersaing di Liga Premier meskipun dengan anggaran yang relatif terbatas. Brentford sedang mencari gelandang berpengalaman yang bisa menambah kedalaman dan kepemimpinan di lini tengah mereka. Kepergian beberapa pemain atau kebutuhan akan rotasi dalam jadwal padat Premier League membuat posisi gelandang menjadi prioritas. Meskipun laporan awal menyebutkan Christian Norgaard pindah ke Arsenal, faktanya Norgaard tetap menjadi pilar penting di lini tengah Brentford. Namun, kedatangan Henderson akan memberikan dimensi baru dan opsi taktis yang lebih kaya bagi Thomas Frank.
Henderson, dengan pengalamannya yang melimpah dan rekam jejak sebagai kapten pemenang, adalah profil yang sangat cocok untuk The Bees. Ia adalah gelandang box-to-box yang tak kenal lelah, memiliki kemampuan passing yang solid, visi permainan yang baik, dan yang terpenting, kualitas kepemimpinan yang tak terbantahkan. Ia bisa menjadi jangkar di lini tengah, mengatur tempo permainan, dan menjadi suara di lapangan yang membimbing pemain-pemain muda. Di Brentford, ia akan bermain bersama pemain-pemain berkualitas seperti Ivan Toney (yang baru kembali dari sanksi larangan bermain), Bryan Mbeumo, dan Mathias Jensen. Kehadiran Henderson bisa memberikan stabilitas dan ketenangan yang sangat dibutuhkan, terutama dalam fase-fase krusial pertandingan. Pengalamannya dalam memenangkan gelar-gelar besar akan menjadi aset berharga bagi skuad Brentford yang sebagian besar masih haus akan pengalaman di level tertinggi. Ia bisa menularkan mentalitas juara dan membantu klub mencapai target mereka, apakah itu bertahan di Premier League atau bahkan mengincar posisi di papan tengah yang lebih tinggi.
Mengingat kembali karier Henderson di Liverpool, ia adalah contoh nyata bagaimana kerja keras dan dedikasi bisa mengantarkan seseorang mencapai puncak. Didatangkan dari Sunderland pada tahun 2011, Henderson awalnya sering dikritik dan diragukan kemampuannya. Namun, ia terus bekerja keras, beradaptasi dengan berbagai peran di bawah beberapa manajer (Kenny Dalglish, Brendan Rodgers, dan akhirnya Jürgen Klopp), dan secara bertahap menjelma menjadi salah satu pemain paling berpengaruh di Anfield. Ia mengambil alih ban kapten dari Steven Gerrard pada tahun 2015, sebuah tanggung jawab besar yang ia emban dengan penuh kehormatan. Di bawah Klopp, Henderson mencapai puncak performanya, memimpin Liverpool meraih gelar Liga Champions pada 2019 dan mengakhiri penantian 30 tahun untuk gelar Premier League pada 2020. Total 492 penampilan dan 33 gol untuk The Reds adalah bukti kontribusi jangka panjangnya. Warisannya di Liverpool adalah salah satu ketekunan, kepemimpinan, dan kesuksesan yang luar biasa.
Namun, keputusan untuk meninggalkan Liverpool, terutama cara dan tujuannya, sempat menuai kritik dari sebagian basis penggemar. Perdebatan seputar etika transfer ke Arab Saudi di tengah isu hak asasi manusia dan komitmennya terhadap nilai-nilai yang ia dukung sebelumnya menjadi topik panas. Keputusan cepatnya untuk meninggalkan Al Ettifaq dan kemudian Ajax menunjukkan bahwa ia memprioritaskan lingkungan sepak bola yang sesuai dengan ambisinya. Kembali ke Premier League adalah kesempatan baginya untuk memulihkan citra, membuktikan bahwa ia masih memiliki kualitas untuk bersaing di liga terberat di dunia, dan mungkin, kembali mendapatkan tempat di hati para penggemar sepak bola Inggris.
Bagi Brentford, kedatangan Henderson adalah sebuah statement. Ini menunjukkan ambisi mereka untuk terus berkembang dan menarik pemain-pemain berkualitas tinggi. Meskipun usianya sudah menginjak 33 tahun, pengalaman dan atribut kepemimpinannya masih sangat relevan. Ia akan menjadi mentor bagi pemain-pemain muda dan menjadi jembatan antara lini belakang dan depan. Kemampuannya untuk membaca permainan dan mendistribusikan bola dengan presisi akan sangat berharga bagi gaya permainan Brentford yang mengandalkan transisi cepat dan penguasaan lini tengah.
Secara keseluruhan, kepindahan Jordan Henderson ke Brentford adalah salah satu cerita paling menarik di jendela transfer kali ini. Ini adalah tentang seorang pemain yang mencari kembali jati dirinya, sebuah klub yang cerdas dalam merekrut, dan sebuah liga yang selalu siap menyambut kembali talenta-talenta terbaiknya. Semua mata akan tertuju pada bagaimana Jordan Henderson akan beradaptasi di lingkungan barunya, dan apakah ia bisa kembali menemukan performa yang membuatnya menjadi salah satu gelandang paling dihormati di era modern. Perjalanan baru ini menjanjikan babak yang menarik, penuh dengan tantangan dan kesempatan untuk membuktikan diri sekali lagi di panggung terbesar sepak bola Inggris.
