Kekalahan Telak Real Madrid dari PSG: Xabi Alonso Akui Kesalahan Taktis dalam Debut Pramusim yang Mengejutkan

Kekalahan Telak Real Madrid dari PSG: Xabi Alonso Akui Kesalahan Taktis dalam Debut Pramusim yang Mengejutkan

Real Madrid, raksasa sepak bola Spanyol dan pemegang rekor juara Liga Champions, secara mengejutkan menelan kekalahan telak 0-4 dari Paris Saint-Germain dalam laga semifinal Piala Dunia Antarklub 2025 yang berlangsung di East Rutherford, Amerika Serikat, pada Kamis (10/7) dini hari WIB. Hasil ini sontak menjadi sorotan utama, tidak hanya karena skor yang timpang, tetapi juga karena pelatih baru Real Madrid, Xabi Alonso, secara terbuka mengakui bahwa kesalahan taktisnya sendiri menjadi pemicu kekalahan memalukan tersebut, terutama keputusannya untuk memainkan terlalu banyak pemain depan sejak awal pertandingan.

Pertandingan yang digelar sebagai bagian dari turnamen pramusim ini seharusnya menjadi ajang bagi Real Madrid untuk menguji kekuatan skuad baru mereka di bawah asuhan Xabi Alonso, yang baru saja ditunjuk sebagai suksesor Carlo Ancelotti. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. El Real tak berdaya di hadapan PSG yang tampil dominan dan efektif. Gawang Madrid sudah diberondong tiga gol hanya dalam 24 menit pertama. Gelandang serang Fabian Ruiz menjadi momok dengan mencetak dua gol cepat, disusul oleh Ousmane Dembele yang menambah keunggulan Les Parisiens. Pesta gol PSG kemudian dilengkapi oleh Goncalo Ramos yang mencetak gol keempat di empat menit terakhir permainan, memastikan kemenangan telak bagi tim ibukota Prancis tersebut.

Analisis pasca-pertandingan langsung tertuju pada formasi dan pemilihan pemain yang diterapkan Xabi Alonso. Dalam pertandingan krusial ini, Alonso memutuskan untuk memainkan tiga penyerang sekaligus sebagai starter: Kylian Mbappe, Vinicius Junior, yang didukung oleh pemain muda berbakat Gonzalo Garcia. Sebuah taktik yang, menurut pengakuan Alonso sendiri, terbukti keliru dan berisiko tinggi. Formasi ofensif 4-3-3 yang diterapkan dengan tiga penyerang murni di lini depan ini disinyalir mengorbankan keseimbangan lini tengah dan pertahanan, memberikan ruang gerak yang terlalu besar bagi para pemain PSG untuk mengeksploitasi celah dan melancarkan serangan mematikan.

"Tidak diragukan lagi. Ini di luar ekspektasi kami," ujar Xabi Alonso, yang dikenal dengan ketenangan dan ketajaman analisisnya, dikutip dari media Spanyol AS. Nada kekecewaan jelas terasa dalam suaranya, namun juga tersirat sebuah pengakuan jujur atas kesalahan yang telah dibuat. Alonso, yang kini mengemban tugas berat sebagai suksesor Ancelotti dengan warisan trofi Liga Champions yang baru saja diraih, dihadapkan pada realitas pahit di laga pramusim pertamanya. Tekanan untuk mempertahankan standar tinggi yang telah ditetapkan Ancelotti tentu sangat besar, dan kekalahan telak ini menjadi pelajaran berharga yang datang lebih awal dari yang diharapkan.

Babak pertama menjadi mimpi buruk bagi Real Madrid. Gol pertama Fabian Ruiz datang melalui skema serangan balik cepat yang tidak mampu diantisipasi lini belakang Madrid. Tidak lama berselang, Ruiz kembali mencatatkan namanya di papan skor, memanfaatkan kekacauan di pertahanan Madrid dan kurangnya marking yang solid. Puncaknya, Ousmane Dembele yang baru didatangkan PSG dari Barcelona, menambah derita Madrid dengan gol yang menunjukkan kecepatan dan ketajamannya. Tiga gol dalam rentang waktu yang singkat ini menghancurkan mental para pemain Madrid dan memaksa Xabi Alonso untuk melakukan evaluasi mendalam saat jeda babak pertama.

Usai ketinggalan tiga gol di half-time, Xabi Alonso melakukan perubahan strategi yang signifikan. Ia mengubah formasi dari 4-3-3 yang terbukti rentan menjadi 4-4-2, dengan menggeser Gonzalo Garcia ke posisi sayap kiri yang lebih defensif. Perubahan ini menunjukkan fleksibilitas taktis Alonso dan kemauannya untuk belajar dari kesalahan. Di babak kedua, Los Blancos memang terlihat lebih terorganisir dan mampu menciptakan lebih banyak peluang. Tekanan yang mereka berikan meningkat, dan beberapa kali lini pertahanan PSG harus bekerja keras untuk menghalau serangan. Namun, meskipun ada peningkatan dalam performa, Madrid tetap gagal mengubah kedudukan. Solidnya pertahanan PSG dan ketidakmampuan para penyerang Madrid untuk memanfaatkan peluang yang ada menjadi faktor utama mengapa gol balasan tak kunjung tercipta.

"Saya pikir kami harus menunggu karena di babak kedua, kami mengubah pressing dari formasi 4-3-3 ke 4-4-2 dengan Gonzalo di kiri. Analisis dari keputusan ini akan dilihat dan saya terbuka pada kritik," lanjut Alonso, menunjukkan sikap profesional dan rendah hati. Ia memahami bahwa sebagai pelatih baru, setiap keputusannya akan berada di bawah sorotan tajam, terutama ketika hasil tidak sesuai harapan. Keterbukaan terhadap kritik adalah ciri khas seorang pemimpin yang ingin terus berkembang dan belajar.

Piala Dunia Antarklub 2025 sendiri merupakan edisi pertama dengan format baru yang lebih besar dan ambisius, melibatkan lebih banyak klub dari berbagai konfederasi. Turnamen ini dirancang untuk menjadi ajang pemanasan yang serius sebelum dimulainya musim kompetisi domestik. Bagi Real Madrid, keikutsertaan di turnamen ini adalah kesempatan emas untuk menguji kekuatan skuad, mengintegrasikan pemain baru seperti Kylian Mbappe, dan membangun chemistry di bawah arahan pelatih baru. Meskipun kekalahan ini menyakitkan, Alonso menegaskan bahwa hasil ini tidak akan banyak memengaruhi persiapan mereka untuk awal musim depan. "Kami semua bersama-sama dan hasil ini tidak akan banyak memengaruhi kami untuk awal musim depan. Ini akan jadi sebuah start awal dari nol, bukan dari 98 di mana kami menyudahi hari ini," lugas Xabi Alonso.

Pernyataan "start awal dari nol" ini mencerminkan mentalitas seorang pelatih yang ingin timnya tidak terpaku pada hasil pramusim, melainkan fokus pada persiapan jangka panjang. Real Madrid memiliki ambisi besar untuk mempertahankan dominasi mereka di level domestik maupun Eropa, dan pramusim adalah fase krusial untuk mencoba berbagai taktik, mengidentifikasi kelemahan, dan memperbaikinya sebelum kompetisi sesungguhnya dimulai. Kekalahan ini, betapapun memalukannya, dapat berfungsi sebagai cambuk untuk meningkatkan intensitas latihan dan fokus.

Bagi PSG, kemenangan telak ini menjadi suntikan moral yang besar. Tim asuhan Luis Enrique menunjukkan efisiensi dan ketajaman yang luar biasa, terutama di lini serang. Mereka berhasil memanfaatkan celah yang diberikan oleh formasi ofensif Madrid dan tampil sangat klinis di depan gawang. Performa ini tentu akan meningkatkan kepercayaan diri PSG menjelang musim baru, di mana mereka juga memiliki ambisi besar untuk meraih gelar Liga Champions.

Secara keseluruhan, kekalahan 0-4 Real Madrid dari PSG adalah sebuah anomali yang mengejutkan, terutama mengingat status kedua tim sebagai raksasa sepak bola Eropa. Namun, di tengah kekecewaan, terselip pelajaran berharga bagi Xabi Alonso dan skuadnya. Pramusim adalah waktu untuk bereksperimen, membuat kesalahan, dan memperbaikinya. Pengakuan jujur Alonso atas kesalahan taktisnya menunjukkan kedewasaan dan tanggung jawab. Ini adalah awal dari perjalanan panjang bagi Alonso di kursi kepelatihan Real Madrid, sebuah perjalanan yang dipenuhi tantangan dan ekspektasi tinggi. Yang terpenting, bagaimana Real Madrid akan bangkit dan belajar dari kekalahan ini untuk mempersiapkan diri menghadapi musim yang baru, yang akan dimulai dengan lembaran bersih, ‘dari nol’ seperti yang dicanangkan sang pelatih.

Kekalahan Telak Real Madrid dari PSG: Xabi Alonso Akui Kesalahan Taktis dalam Debut Pramusim yang Mengejutkan

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *