
Kancah balap motor Eropa kembali bergemuruh dengan kejayaan pebalap muda Indonesia. Setelah Veda Ega Pratama menorehkan tinta emas di Red Bull Rookies Cup, kini giliran M. Kiandra Ramadhipa yang mengukir sejarah baru, meraih podium tertinggi pada balapan pertama European Talent Cup (ETC) di Prancis. Prestasi gemilang ini bukan sekadar kemenangan biasa, melainkan sebuah penanda bahwa talenta-talenta balap Tanah Air, khususnya dari Yogyakarta, semakin mampu bersaing dan mendominasi di panggung internasional. Kedua pebalap muda berbakat ini merupakan binaan dari PT Astra Honda Motor (AHM), yang konsisten dalam program pengembangan talenta balap Indonesia.
ETC merupakan salah satu kelas balap bergengsi dalam gelaran FIM JuniorGP World Championship, yang sering disebut sebagai "pintu gerbang" menuju jenjang balap dunia yang lebih tinggi seperti Moto3, Moto2, hingga MotoGP. Oleh karena itu, kemenangan Ramadhipa di ajang ini memiliki bobot signifikan, menandai kali pertama pebalap Indonesia berhasil meraih podium tertinggi di salah satu seri balap motor bergengsi di benua Eropa ini. Kemenangan ini sekaligus menggarisbawahi potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam mencetak juara dunia di masa depan.
Berlangsung di Sirkuit Magny-Cours, Prancis, pada 5-6 Juli 2025, balapan ini menjadi saksi bisu keuletan dan adaptasi luar biasa dari Ramadhipa. Kondisi lintasan yang diguyur hujan deras, membuat jadwal start balapan pertama ETC pada Minggu, 6 Juli 2025, harus ditunda dua kali. Tantangan semakin berlipat ganda bagi Ramadhipa, yang belum pernah merasakan aspal Magny-Cours dalam kondisi basah sebelumnya. Dengan balapan yang dipersingkat menjadi hanya sembilan lap dari yang seharusnya, setiap momen di lintasan menjadi krusial dan menuntut konsentrasi penuh serta strategi yang matang.
Baca Juga:
- Siap-siap! Daihatsu Kumpul Sahabat 2025 Gerebek Palembang Akhir Pekan Ini
- Daihatsu Kumpul Sahabat: Pesta Kebahagiaan dan Apresiasi Pelanggan di Palembang
- Strategi Disruptif Produsen Mobil China di Indonesia: Pangkas Harga Ratusan Juta Rupiah demi Dominasi Pasar
- Skandal Flyover 90 Derajat India: Insinyur Dipecat, Desain Maut Jadi Sorotan Nasional
- Diogo Jota dan Andre Silva Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Tragis di Jalur Tengkorak Spanyol, Dunia Sepak Bola Berduka
Ramadhipa, pemuda asal Sleman, Yogyakarta, menunjukkan kematangan balap yang luar biasa di tengah kondisi yang menantang. Memulai balapan dari posisi kedua, ia berhasil melakukan start yang impresif, langsung menempel ketat para pemimpin lomba. Namun, persaingan di grup terdepan sangat ketat. Beberapa pebalap memanfaatkan slipstream dengan agresif, sebuah taktik yang sering terlihat di balap roda dua, untuk menyalip Ramadhipa dalam beberapa kesempatan, hingga membuatnya sempat tergeser ke posisi kedelapan. Situasi ini bisa saja menggoyahkan mental pebalap muda lainnya, namun tidak bagi Ramadhipa. Dengan determinasi tinggi dan pemilihan jalur yang cerdas, ia perlahan tapi pasti kembali merangkak naik. Pada dua lap terakhir, Ramadhipa sudah kembali berada di posisi empat besar, menunjukkan bahwa ia adalah pesaing sejati yang tidak mudah menyerah.
Puncak dramanya terjadi di lap terakhir. Memulai lap penentuan dari posisi kedua, Ramadhipa sempat turun ke posisi ketiga di sektor pertama. Namun, dengan keberanian dan perhitungan matang, ia melakukan manuver brilian, menyalip dua pebalap di depannya dalam satu kesempatan krusial yang menunjukkan insting balapnya yang tajam. Ia pun berhasil merebut posisi terdepan dan mempertahankannya hingga garis finis, membelah garis finis sebagai yang pertama. Kemenangan ini bukan hanya sekadar angka, melainkan momen bersejarah. Untuk pertama kalinya, lagu kebangsaan "Indonesia Raya" berkumandang di sirkuit Magny-Cours, mengiringi pengibaran bendera Merah Putih di podium tertinggi. Momen emosional ini menjadi penanda bahwa kerja keras dan impian pebalap Indonesia telah mencapai puncaknya di tanah Eropa.
Euforia kemenangan di balapan pertama tidak lantas membuat Ramadhipa lengah menghadapi balapan kedua, yang juga berlangsung dalam kondisi lintasan basah dan bahkan cenderung lebih sulit. Ramadhipa kembali melakukan start dengan bagus dan berhasil bertahan di posisi kedua pada awal lomba. Namun, ia kemudian dilewati dua pebalap lain dan harus puas berada di posisi keempat dalam grup terdepan. Ramadhipa mencoba bertahan dan menjaga jarak dengan tiga pebalap di depan, tetapi kondisi lintasan yang semakin buruk dan jarak yang mulai tercipta membuatnya sedikit tertinggal. Bersaing sendirian di posisi keempat, Ramadhipa semakin terpisah dari grup terdepan, sekaligus menjaga jarak dari pebalap di belakangnya. Hujan yang terus mengguyur menambah tingkat kesulitan dan memengaruhi cengkeraman ban pada lintasan.
Momen mendebarkan terjadi di lap ketujuh, ketika ia hampir kehilangan kendali dan motornya bergoyang hebat, menguji batas kemampuannya. Namun, dengan refleks luar biasa dan kontrol motor yang impresif, Ramadhipa berhasil melakukan penyelamatan heroik, menjaga posisinya tetap aman dan terhindar dari kecelakaan fatal. Tak lama berselang, balapan dihentikan lebih awal setelah bendera merah dikibarkan menyusul insiden high side yang dialami pebalap di urutan kelima. Ramadhipa akhirnya finis di posisi keempat, mengamankan 13 poin penting. Dengan total 73 poin, kini ia bertengger di peringkat keempat klasemen sementara ETC, menunjukkan konsistensi yang menjanjikan dan menjadi salah satu kandidat kuat di sisa musim.
Mengomentari performanya yang luar biasa, Ramadhipa mengungkapkan perasaannya. "Kondisi hari ini sulit, tetapi sangat berbeda antara kedua balapan. Saya bisa bertahan di grup depan hingga lap-lap akhir. Akhirnya, saya berusaha memimpin balapan dan berhasil. Saya sangat senang dengan kemenangan pertama kami di ajang ini," ujarnya dengan nada penuh syukur dan kelegaan. Dedikasi kemenangannya kepada Borja Gomez, mantan pebalap Moto2 yang meninggal di Magny-Cours, dan seluruh warga Indonesia, menunjukkan kedewasaan dan jiwa sportivitasnya yang tinggi. Mengenai balapan kedua, ia menambahkan, "Pada race kedua, kondisinya lebih buruk dan target saya adalah bisa finish. Saya mengendalikan diri dan mencoba untuk tidak buru-buru, hingga bisa mengamankan 13 poin penting untuk klasemen. Saya hampir terjatuh, tetapi yang terpenting adalah hasil akhir. Saya sangat senang dengan apa yang kami capai di Magny-Cours." Pernyataan ini mencerminkan strategi matang dan fokusnya pada akumulasi poin, bukan hanya kemenangan semata, yang sangat penting dalam perebutan gelar juara musim.
Tidak hanya Ramadhipa, sorotan juga tertuju pada Veda Ega Pratama, rekan sesama pebalap binaan PT Astra Honda Motor (AHM), yang berlaga di kelas JuniorGP, tingkatan yang sedikit lebih tinggi dari ETC. Meskipun belum meraih podium tertinggi seperti Ramadhipa, Veda berhasil mengamankan poin perdananya di musim ini, sebuah capaian penting mengingat tingkat persaingan di JuniorGP yang jauh lebih ketat dan keberadaan para pebalap top dari berbagai negara. Balapan JuniorGP juga dilangsungkan dalam kondisi lintasan basah dan sangat licin akibat hujan yang belum pernah dihadapi Veda sebelumnya di sirkuit ini, menambah tingkat kesulitannya. Jumlah lap dikurangi menjadi 10, dan dramanya dimulai sejak lap pertama dengan tiga pebalap langsung terjatuh, menunjukkan betapa berbahayanya kondisi lintasan.
Veda, yang memulai balapan dari posisi ke-12, menunjukkan kematangan dengan melakukan start yang aman dan konservatif, menghindari insiden di depannya yang bisa mengakhiri balapannya. Ia konsisten berada di belakang rekan satu timnya, Zen Mitani, membangun ritme balap yang stabil dan mencari celah untuk memperbaiki posisinya. Di lap kedelapan, balapan dihentikan lebih awal setelah bendera merah dikibarkan karena insiden di tikungan 13, memastikan keselamatan para pebalap. Veda finis di posisi ke-12, sebuah hasil yang memberinya empat poin krusial. Dengan tambahan poin ini, Veda kini berada di posisi ke-19 klasemen sementara, membuka peluang untuk terus memperbaiki peringkat di balapan-balapan berikutnya dan membangun momentum positif.
Veda sendiri mengakui kesulitan balapan tersebut: "Balapan hari ini sulit karena kondisi basah yang membuat lintasan jadi sangat licin. Saya mencatat peningkatan lap demi lap dan saya sudah melakukan yang terbaik. Inilah hasil yang kami dapatkan di Magny-Cours, tetapi paling tidak kami meraih poin perdana musim ini di JuniorGP." Ucapannya menunjukkan kepuasan atas adaptasi dan perolehan poin perdananya, serta semangat pantang menyerah untuk menghadapi tantangan ke depan. Ia menambahkan, "Kami akan berjuang lagi di MotorLand agar bisa meraih hasil lebih baik sebelum jeda musim panas," menyoroti fokusnya pada peningkatan performa di seri berikutnya dan tekadnya untuk terus bersaing di level tertinggi.
Keberhasilan dua pebalap muda ini tidak lepas dari peran dan komitmen PT Astra Honda Motor (AHM) dalam program pembinaan balap yang komprehensif. Andy Wijaya, General Manager Marketing Planning and Analysis AHM, menyatakan kebanggaannya atas pencapaian ini. "Capaian bersejarah dan poin penting yang diraih oleh pebalap binaan Honda merupakan wujud kerja keras serta kemampuan adaptasi yang mereka miliki," ujar Andy. Ia juga menekankan pentingnya adaptasi terhadap kondisi yang tidak terduga. "Meskipun baru pertama kali balapan di Prancis, kedua pebalap binaan kami mampu beradaptasi cepat, kompetitif, bahkan mencetak prestasi yang membanggakan bagi Indonesia." Pernyataan ini menegaskan investasi AHM dalam pengembangan talenta muda yang mampu bersaing di kancah global. Andy berharap semangat "Satu Hati" yang ditunjukkan para pebalap dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk mengejar mimpi-mimpi mereka, baik di dunia balap maupun bidang lainnya. Program pembinaan AHM telah terbukti menjadi jembatan bagi para pebalap muda Indonesia untuk menggapai impian di ajang balap internasional, dimulai dari tingkat nasional hingga ke jenjang global seperti Red Bull Rookies Cup, Asia Talent Cup, hingga kini JuniorGP dan ETC.
Perjalanan Veda dan Ramadhipa di Eropa masih panjang dan penuh tantangan. Putaran FIM JuniorGP berikutnya akan berlangsung pada 24-27 Juli 2025 di MotorLand Aragon, Spanyol, sirkuit yang sudah lebih familiar bagi kedua pebalap. Pengalaman sebelumnya di sirkuit ini diharapkan dapat menjadi modal berharga bagi mereka untuk meraih hasil yang lebih optimal. Namun, sebelum kembali ke Spanyol, kedua mutiara bangsa ini akan terlebih dahulu turun pada putaran kelima Red Bull Rookies Cup di Sirkuit Sachsenring, Jerman, pada 12-13 Juli mendatang. Ini akan menjadi kesempatan bagi mereka untuk terus mengasah kemampuan dan menambah pengalaman berharga di lintasan Eropa, sembari menjaga momentum positif yang telah mereka raih. Prestasi M. Kiandra Ramadhipa dan Veda Ega Pratama di Magny-Cours bukan hanya kebanggaan sesaat, melainkan sinyal kuat bahwa Indonesia memiliki potensi besar di dunia balap motor. Mereka adalah duta bangsa yang membawa nama harum Indonesia, membuktikan bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan dukungan yang tepat, mimpi tertinggi pun bisa diraih di panggung dunia.
