
Jakarta – Komite Olimpiade Indonesia (KOI) secara resmi mengumumkan penunjukan Chef de Mission (CdM) untuk tiga ajang olahraga multievent internasional yang sangat krusial bagi kontingen Merah Putih sepanjang tahun 2025. Keputusan strategis ini diambil dalam Rapat Anggota Luar Biasa (RAB) Komite Olimpiade Indonesia yang berlangsung di kantor KOI, kawasan Sudirman, Jakarta, pada Rabu, 16 Juli 2025. Langkah ini menunjukkan keseriusan KOI dalam mempersiapkan delegasi Indonesia menghadapi kompetisi ketat di kancah regional maupun internasional.
Ketiga ajang yang dimaksud adalah Asian Youth Games (AYG) Bahrain, Islamic Solidarity Games (ISG) Riyadh, dan SEA Games Thailand. Untuk Asian Youth Games yang akan digelar di Bahrain, posisi Chef de Mission dipercayakan kepada Endri Erawan. Sementara itu, Islamic Solidarity Games di Riyadh akan dipimpin oleh Akbar Nasution, dan yang paling dinanti, SEA Games di Thailand, akan dikomandoi oleh Bayu Priawan Djokosoetono. Penunjukan para CdM ini bukan sekadar formalitas, melainkan hasil pertimbangan matang terhadap kapabilitas kepemimpinan, manajerial, serta rekam jejak masing-masing individu dalam dunia olahraga maupun sektor lainnya.
Peran seorang Chef de Mission atau Ketua Kontingen sangatlah vital dalam sebuah ajang multievent. Mereka adalah ujung tombak yang bertanggung jawab penuh atas segala aspek operasional dan non-teknis kontingen, mulai dari akomodasi, transportasi, logistik, hingga memastikan kesejahteraan dan kenyamanan atlet. CdM juga berfungsi sebagai jembatan komunikasi utama antara panitia penyelenggara, Komite Olimpiade Nasional (KOI), federasi olahraga nasional, hingga para atlet dan pelatih. Mereka harus mampu memecahkan masalah yang muncul di lapangan, menjaga moral tim, serta menciptakan suasana kondusif agar atlet dapat fokus sepenuhnya pada performa mereka. Pemilihan figur yang tepat menjadi kunci keberhasilan sebuah kontingen, tidak hanya dalam meraih medali tetapi juga dalam membangun citra positif bangsa.
Endri Erawan, yang dipercaya memimpin kontingen di Asian Youth Games Bahrain, dikenal memiliki pengalaman luas dalam pengelolaan organisasi olahraga. Latar belakangnya yang kerap bersentuhan dengan pembinaan olahraga, khususnya sepak bola, memberinya pemahaman mendalam tentang dinamika atlet muda dan kebutuhan mereka dalam sebuah kompetisi berskala internasional. Asian Youth Games sendiri merupakan ajang penting bagi pengembangan bakat-bakat muda Indonesia, sebagai jembatan menuju kompetisi yang lebih tinggi seperti Asian Games dan bahkan Olimpiade. Ajang ini akan diselenggarakan di Manama, Bahrain, pada tanggal 22 hingga 31 Oktober 2025, menjadi kesempatan emas bagi atlet junior Indonesia untuk mengukur kemampuan mereka di tingkat Asia.
Untuk Islamic Solidarity Games (ISG) di Riyadh, Arab Saudi, Komite Olimpiade Indonesia menunjuk Akbar Nasution sebagai Chef de Mission. ISG adalah sebuah ajang olahraga yang unik, tidak hanya fokus pada prestasi atletik semata, tetapi juga mengedepankan semangat persaudaraan dan solidaritas antarnegara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Ajang ini melibatkan berbagai negara mayoritas Muslim dari empat benua, menjadikannya platform penting untuk diplomasi olahraga dan pertukaran budaya. Pengalaman dan kepemimpinan Akbar Nasution diharapkan mampu membawa kontingen Indonesia berprestasi sekaligus menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan yang diusung oleh ISG. Kompetisi ini dijadwalkan berlangsung pada 7 hingga 21 November 2025.
Sementara itu, untuk ajang yang paling akrab bagi publik Indonesia, SEA Games di Thailand, KOI menunjuk Bayu Priawan Djokosoetono sebagai Chef de Mission. Penunjukan Bayu Priawan Djokosoetono menarik perhatian, mengingat rekam jejaknya yang kuat di dunia bisnis dan organisasi. Sebagai sosok yang dikenal memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang teruji, Bayu diharapkan mampu membawa efisiensi dan profesionalisme tinggi dalam pengelolaan kontingen. Pengalaman di luar dunia olahraga murni seringkali menjadi nilai tambah, membawa perspektif baru dalam manajemen tim besar. SEA Games, yang akan dihelat di Thailand pada 9 hingga 20 Desember 2025, merupakan ajang paling bergengsi di Asia Tenggara, di mana rivalitas antarnegara begitu kental. Indonesia memiliki sejarah panjang dan kaya di ajang ini, dan ekspektasi untuk meraih prestasi terbaik selalu tinggi.
Rapat Anggota Luar Biasa KOI ini turut dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Hamka Hendra Noer, Staf Ahli Bidang Transformasi dan Tata Kelola Birokrasi Kemenpora, hadir mewakili Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo yang berhalangan. Dalam sambutannya, Hamka menegaskan dukungan penuh Kemenpora terhadap keputusan yang dilahirkan dalam RAB KOI. "Kemenpora mendukung apa yang menjadi keputusan yang dilahirkan pada Rapat Anggota KOI," ujarnya, menggarisbawahi sinergi antara KOI dan pemerintah dalam mencapai tujuan olahraga nasional.
Hamka juga menekankan pentingnya keikutsertaan Indonesia di ketiga ajang multievent ini sebagai sarana untuk meraih prestasi dan mengharumkan nama bangsa. "Kali ini keikutsertaan Indonesia di multievent sangat penting untuk meraih prestasi. Tiga event besar ini harus mampu kita perjuangkan sebaik-baiknya," tambahnya, menunjukkan bahwa fokus utama adalah pada pencapaian medali dan peningkatan peringkat Indonesia di kancah internasional. Dukungan pemerintah, baik dari segi kebijakan maupun anggaran, menjadi krusial dalam memastikan kesiapan atlet dan kontingen secara keseluruhan.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum KOI, Raja Sapta Oktohari, menjelaskan bahwa RAB kali ini memiliki dua agenda penting. Salah satunya adalah terkait penetapan CdM dan persiapan untuk tiga agenda besar di tahun 2025 yang jadwalnya beruntun. Oktohari mengungkapkan bahwa KOI sangat menantikan kabar baik dari Kemenpora mengenai proses pembinaan atlet untuk ketiga multievent ini. "Pertama, karena kita punya sisa tiga agenda besar Asian Youth Games, Islamic Solidarity Games (ISG), dan SEA Games. Ini waktunya beruntun. Jadi saya menyampaikan kepada Pak Hamka (perwakilan Kemenpora) bahwa kami menunggu kabar baik dari Kemenpora untuk proses pembinaan di tiga multievent ini," kata Okto.
Pernyataan Oktohari ini mengindikasikan adanya harapan besar terhadap dukungan pemerintah dalam memastikan kualitas pembinaan dan persiapan atlet. Koordinasi yang erat antara KOI, Kemenpora, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), serta federasi olahraga nasional menjadi kunci untuk membentuk tim yang solid dan kompetitif. Oktohari juga menambahkan bahwa KOI menunggu kesiapan Kemenpora dan para pemangku kepentingan untuk duduk bersama dalam menentukan siapa saja atlet yang akan diberangkatkan. "Kami menunggu kabar Kemenpora siap, dan stakeholder untuk duduk bersama-sama untuk menentukan siapa yang kita berangkatkan dan tidak diberangkatkan," lanjutnya.
Filosofi di balik penentuan delegasi ini sangat jelas: efisiensi dan fokus pada prestasi. Raja Sapta Oktohari secara tegas menyatakan bahwa Indonesia tidak boleh lagi "foya-foya" dalam mengirim delegasi ke ajang multievent. Hal ini merujuk pada praktik di masa lalu di mana jumlah delegasi yang diberangkatkan terkadang melebihi kebutuhan riil, tanpa jaminan medali yang sepadan. "Karena kita tidak boleh lagi foya-foya di multievent tapi mengirim atlet terbaik kita untuk membawa pulang medali ke Tanah Air," ujar Oktohari dengan tegas.
Pernyataan "tidak foya-foya" ini mencerminkan komitmen KOI untuk menerapkan strategi yang lebih terukur dan berorientasi pada hasil. Ini berarti bahwa setiap atlet yang diberangkatkan harus memiliki potensi kuat untuk meraih medali, atau setidaknya menunjukkan progres signifikan yang mendukung tujuan jangka panjang olahraga nasional. Seleksi atlet akan dilakukan secara ketat, berdasarkan kriteria performa yang objektif dan potensi yang terukur. Pendekatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran negara dan memastikan bahwa investasi dalam olahraga benar-benar memberikan imbal hasil berupa prestasi yang membanggakan.
Tantangan yang dihadapi Indonesia pada tahun 2025 akan sangat kompleks, mengingat ketiga multievent tersebut memiliki jadwal yang berdekatan. Asian Youth Games di Bahrain (22-31 Oktober), ISG di Riyadh (7-21 November), dan SEA Games di Thailand (9-20 Desember) menuntut perencanaan logistik dan manajerial yang luar biasa. Setiap ajang memiliki karakteristik dan tantangan tersendiri, mulai dari adaptasi iklim, perbedaan budaya, hingga tingkat kompetisi. Keberadaan tiga CdM yang berbeda, masing-masing dengan fokus pada ajang spesifik, diharapkan dapat memecah beban kerja dan memastikan setiap delegasi mendapatkan perhatian optimal.
Keikutsertaan Indonesia dalam ketiga ajang ini juga menjadi bagian integral dari peta jalan jangka panjang olahraga nasional menuju puncak prestasi di Olimpiade. Asian Youth Games berfungsi sebagai ladang pembibitan atlet muda. Islamic Solidarity Games memperkuat posisi Indonesia di kancah olahraga dunia Muslim. Dan SEA Games, sebagai tolok ukur dominasi regional, menjadi batu loncatan penting untuk Asian Games dan Olimpiade. Dengan perencanaan yang matang, dukungan penuh dari pemerintah, dan sinergi antarlembaga olahraga, Indonesia optimis dapat mengukir sejarah baru dan membawa pulang kebanggaan dari setiap ajang yang diikuti. Penunjukan para Chef de Mission ini adalah langkah awal yang krusial menuju kesuksesan tersebut.
