
Korea Mendominasi China 3-0 dalam Laga Pembuka Kejuaraan EAFF E-1, Menegaskan Kedalaman Skuad dan Visi Hong Myung-bo
Yongin, Gyeonggi – Tim Nasional Korea Selatan memulai kampanye mereka di Kejuaraan EAFF E-1 dengan gemilang, mengalahkan rival regional mereka, China, dengan skor telak 3-0 dalam pertandingan pembuka yang diselenggarakan pada Senin, 7 Juli, di Stadion Yongin Mireu yang dipenuhi penonton. Kemenangan dominan ini bukan hanya sekadar perolehan tiga poin perdana dalam format kompetisi sistem gugur, melainkan juga sebuah pernyataan tegas dari kedalaman skuad ‘Pasukan Taegeuk Warriors’ di bawah asuhan pelatih kepala Hong Myung-bo, terutama mengingat absennya sejumlah pemain kunci yang berbasis di Eropa. Laga ini menjadi panggung sempurna bagi para pemain domestik dan non-Eropa untuk menunjukkan kualitas dan ambisi mereka di hadapan publik, sekaligus menguji coba strategi baru yang dirancang untuk persiapan Piala Dunia 2026.
Pertandingan yang dimulai pada pukul 13:27 KST tersebut langsung menyajikan intensitas tinggi dari menit-menit awal. Sejak peluit kick-off dibunyikan, Korea menunjukkan niat untuk mengendalikan permainan. Dengan formasi 3-4-3 yang dipilih oleh Hong Myung-bo, yang sedikit menyimpang dari skema 4-2-3-1 favoritnya, tim ini tampil sangat padu dan agresif. Aliran bola yang lancar dari lini belakang ke tengah, ditambah dengan pergerakan konstan para pemain sayap, menciptakan tekanan tak henti-hentinya di pertahanan China. Skema ini memungkinkan para wingback, seperti Lee Tae-seok di sisi kiri dan Kim Moon-hwan di sisi kanan, untuk bermain sangat tinggi, nyaris berfungsi sebagai penyerang sayap tambahan, yang secara efektif membuka ruang bagi para winger murni, Moon Seon-min dan Lee Dong-gyeong, untuk melakukan tusukan ke area tengah atau melepaskan umpan silang berbahaya.
Keunggulan Korea tak butuh waktu lama untuk terwujud. Pada menit kedelapan, gelandang serang Lee Dong-gyeong, yang menunjukkan performa impresif sepanjang pertandingan, berhasil memecah kebuntuan. Menerima bola di luar kotak penalti, ia melepaskan tendangan melengkung yang memukau. Bola melesat deras melewati jangkauan kiper China dan bersarang di sudut atas gawang, membuat para suporter tuan rumah bersorak gembira. Gol pembuka ini memberikan dorongan moral yang signifikan bagi tim Korea dan semakin memperkuat kepercayaan diri mereka untuk terus menyerang.
Tak lama berselang, tepatnya pada menit ke-21, Korea kembali menggandakan keunggulan mereka. Kali ini, giliran penyerang tengah Joo Min-kyu yang mencatatkan namanya di papan skor. Setelah menerima umpan silang akurat dari sisi sayap – hasil dari pergerakan taktis yang rapi – Joo Min-kyu melompat tinggi dan melepaskan sundulan keras yang tak mampu diantisipasi oleh lini belakang China maupun kiper mereka. Gol kedua ini semakin menegaskan dominasi Korea dan membuat tugas China untuk bangkit menjadi jauh lebih berat. Hingga babak pertama usai, Korea terus menekan, meskipun tidak ada gol tambahan yang tercipta. Pertahanan Korea juga tampil solid, menggagalkan setiap upaya serangan balik dari China.
Memasuki babak kedua, Korea tidak mengendurkan intensitas permainan mereka. Pelatih Hong Myung-bo tampaknya memberikan instruksi kepada anak asuhnya untuk mempertahankan tekanan dan mencari gol ketiga guna mengamankan kemenangan. Hasilnya, pada menit ke-56, Kim Ju-sung berhasil menambahkan satu gol lagi untuk Korea, memastikan tiga poin penting bagi timnya. Gol ketiga ini menjadi penutup yang manis bagi performa menyerang Korea yang efektif dan efisien. Kim Ju-sung, yang menunjukkan kematangan dalam penyelesaian akhir, berhasil memanfaatkan peluang yang tercipta dari keruhnya lini pertahanan China. Dengan skor 3-0, Korea mampu mengendalikan sisa pertandingan dengan nyaman, bahkan melakukan beberapa rotasi pemain untuk menguji kedalaman skuad lebih lanjut dan menjaga kebugaran para pemain.
Kemenangan telak ini menjadi lebih istimewa mengingat komposisi skuad Korea. Seperti yang telah diketahui, Kejuaraan EAFF E-1 tidak termasuk dalam kalender jeda internasional FIFA, yang berarti klub-klub Eropa tidak diwajibkan untuk melepas pemain mereka. Oleh karena itu, Hong Myung-bo harus mengandalkan sepenuhnya pemain-pemain yang berbasis di liga domestik atau liga-liga Asia lainnya. Absennya nama-nama besar seperti Son Heung-min, Kim Min-jae, atau Hwang Hee-chan, justru menjadi peluang emas bagi pemain lain untuk unjuk gigi. Turnamen ini memang dirancang sebagai ajang bagi Hong untuk menguji pemain-pemain non-Eropa menjelang Piala Dunia 2026. Korea sendiri telah memastikan diri lolos ke putaran final Piala Dunia setelah berhasil memuncaki Grup B pada babak ketiga kualifikasi bulan lalu, sebuah pencapaian yang luar biasa dan memberikan keleluasaan bagi Hong untuk bereksperimen dengan taktik dan personel.
Penerapan formasi 3-4-3 oleh Hong Myung-bo terbukti sangat efektif dalam membongkar pertahanan China. Selain peran vital para wingback dan winger yang disebutkan sebelumnya, lini tengah juga menunjukkan koordinasi yang apik, mampu mengalirkan bola dengan cepat dan melakukan transisi dari bertahan ke menyerang dengan mulus. Lebih jauh ke belakang, duet bek tengah Park Seung-wook dan Park Jin-seop tampil sangat meyakinkan. Keduanya terlihat sepenuhnya fit dan mampu membaca permainan lawan dengan baik, secara cepat mengawal pergerakan pemain China di sepertiga akhir lapangan dan memberikan sedikit ruang bagi mereka untuk mengolah bola. Kemampuan mereka dalam melakukan intersep, memenangkan duel udara, dan memulai serangan dari belakang menjadi kunci soliditas pertahanan Korea.
Komentator sepak bola terkemuka, Han Jun-hee, memberikan analisis mendalam mengenai performa Korea dalam pertandingan ini. Ia menyoroti adaptasi tim terhadap formasi tiga bek, yang membutuhkan salah satu bek untuk lebih aktif membantu pembangunan serangan dan melakukan pressing di momen-momen krusial. "Para pemain baru menunjukkan potensi yang luar biasa, dan kohesi tim tidak buruk sama sekali meskipun ada perubahan besar dalam skuad," ujar Han Jun-hee. "Ini adalah awal yang kuat secara keseluruhan bagi Korea." Namun, ia juga memberikan catatan penting yang menjadi pengingat bagi tim. "China bukanlah tim yang sangat kuat saat ini, jadi Korea harus menyempurnakan strategi mereka lebih lanjut. Piala Dunia 2026 akan menjadi pertarungan ketahanan, jadi mengembangkan dan mendiversifikasi kumpulan pemain sangat penting."
Pernyataan Han Jun-hee ini menggarisbawahi realitas bahwa meskipun kemenangan 3-0 sangat meyakinkan, lawan yang dihadapi belum berada di level tertinggi. Hal ini mendorong Hong Myung-bo untuk terus mencari cara untuk meningkatkan kualitas tim secara keseluruhan, terutama dalam menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan. Diversifikasi kumpulan pemain adalah kunci, karena Piala Dunia menuntut kedalaman skuad yang mumpuni untuk mengatasi cedera, kelelahan, atau kebutuhan taktis yang berbeda di setiap pertandingan. Para pemain yang tampil di EAFF E-1 Championship ini, meski bukan bintang Eropa, berpotensi menjadi pelapis penting atau bahkan kejutan di skuad Piala Dunia. Turnamen ini memberikan mereka panggung untuk membuktikan bahwa mereka pantas mendapatkan tempat, tidak hanya berdasarkan performa klub, tetapi juga kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan sistem tim nasional dan menunjukkan mentalitas juara.
Peran Hong Myung-bo dalam menguji coba taktik dan pemain ini sangat krusial. Mantan kapten timnas Korea yang sukses ini dikenal dengan pendekatan taktis yang cerdas dan kemampuannya dalam memotivasi pemain. Kemenangan atas China ini menjadi validasi awal bagi pilihannya untuk bereksperimen dengan formasi 3-4-3, yang memungkinkan fleksibilitas lebih besar di lini tengah dan sayap, sekaligus memberikan fondasi pertahanan yang kokoh. Ini juga menunjukkan bahwa Korea tidak hanya bergantung pada individualitas bintang-bintang Eropa mereka, tetapi juga memiliki fondasi yang kuat dari pemain-pemain domestik yang berkualitas tinggi dan bersemangat untuk membuktikan diri.
Dengan kemenangan ini, Korea Selatan kini menatap dua pertandingan sisa di Kejuaraan EAFF E-1 dengan kepercayaan diri tinggi. ‘Pasukan Taegeuk Warriors’ akan kembali beraksi pada hari Jumat, 11 Juli, menghadapi Hong Kong, sebuah pertandingan yang diharapkan juga dapat mereka dominasi. Kemudian, tantangan terbesar akan datang pada 15 Juli, saat mereka berhadapan dengan juara bertahan turnamen, Jepang. Pertandingan melawan Jepang ini diperkirakan akan menjadi ujian sesungguhnya bagi tim Hong Myung-bo, mengukur sejauh mana kemampuan taktis dan kohesi tim mereka mampu bersaing dengan tim kuat lainnya di Asia Timur. Pertandingan ini juga akan menjadi penentu utama dalam perebutan gelar juara EAFF E-1.
Secara keseluruhan, penampilan Korea melawan China adalah cerminan dari persiapan yang matang dan visi jangka panjang Hong Myung-bo. Ini adalah awal yang ideal bagi mereka di Kejuaraan EAFF E-1, sebuah turnamen yang mungkin tidak mendapatkan sorotan setinggi kompetisi internasional lainnya, tetapi memiliki arti penting dalam proses pembangunan skuad Korea Selatan menuju Piala Dunia 2026. Kemenangan 3-0 yang dominan ini tidak hanya memberikan poin penuh, tetapi juga memberikan pelajaran berharga dan momentum positif bagi para pemain yang berjuang untuk mengamankan tempat di tim utama. Dengan fokus pada pengembangan pemain dan penyempurnaan strategi, Korea Selatan menunjukkan bahwa mereka siap untuk menghadapi tantangan lebih besar di masa depan, termasuk ajang paling bergengsi di dunia sepak bola.
:max_bytes(150000):strip_icc()/GettyImages-1140551641-15a351728abc4577bcd95764c95d242c.jpg)