
Timnas Vietnam U-23, sang juara bertahan Piala AFF U-23, telah tiba di Jakarta pada Senin (14/7) untuk mengarungi edisi 2025 yang akan berlangsung di Indonesia mulai 15 hingga 29 Juli. Kedatangan tim berjuluk The Golden Star Warriors ini membawa serta ambisi besar untuk mempertahankan gelar, namun mereka langsung dihadapkan pada tantangan non-teknis yang sudah menjadi ciri khas Ibu Kota: kemacetan lalu lintas. Insiden ini, yang terjadi bahkan sebelum bola ditendang, memberikan gambaran awal mengenai kompleksitas logistik yang harus dihadapi oleh tim-tim peserta di salah satu kota terpadat di dunia ini.
Setibanya di Jakarta pada siang hari, skuad asuhan pelatih Kim Sang-sik langsung menuju Hotel Movenpick, tempat mereka akan menginap selama berada di Indonesia. Tak lama setelah check-in dan beristirahat sejenak, jadwal latihan sore pun menanti. Namun, perjalanan menuju tempat latihan yang berjarak relatif dekat, yakni hanya sekitar 5 kilometer dari hotel mereka, berubah menjadi sebuah ujian kesabaran. Apa yang seharusnya menjadi perjalanan singkat untuk memulai persiapan fisik dan taktis, justru memakan waktu hampir 50 menit. Durasi perjalanan yang hampir satu jam untuk jarak sejauh itu jelas mengganggu ritme dan efisiensi waktu tim, yang setiap menitnya sangat berharga dalam fase persiapan turnamen.
Kemacetan Jakarta memang bukan rahasia lagi. Sebagai megapolitan dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa, Jakarta terkenal dengan kepadatan lalu lintasnya yang legendaris, terutama pada jam-jam sibuk. Infrastruktur jalan yang padat, volume kendaraan yang tinggi, serta sistem transportasi publik yang masih terus dikembangkan seringkali menciptakan kemacetan parah yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam, bahkan untuk perjalanan jarak pendek. Bagi sebuah tim olahraga profesional seperti Timnas Vietnam U-23, kemacetan ini bukan sekadar ketidaknyamanan, melainkan potensi ancaman terhadap performa. Waktu yang terbuang di jalan dapat mengurangi waktu istirahat yang krusial, menunda sesi latihan, dan bahkan memengaruhi kondisi fisik serta mental para pemain. Kelelahan akibat perjalanan panjang di tengah kemacetan dapat memicu stres dan menurunkan fokus, yang pada akhirnya bisa berdampak pada kualitas latihan dan performa di lapangan. Media Vietnam, Thanh Nien, secara khusus menyoroti kejadian ini, menekankan bagaimana tim harus beradaptasi dengan kondisi di luar lapangan yang tidak bisa mereka kontrol sepenuhnya. Ini adalah tantangan adaptasi pertama yang harus mereka taklukkan di tanah Indonesia.
Meskipun demikian, setibanya di tempat latihan, skuad Vietnam tetap menunjukkan profesionalisme. Mereka segera melakukan pemanasan ringan untuk melemaskan otot setelah perjalanan yang melelahkan. Pelatih Kim Sang-sik kemudian menginstruksikan para pemainnya untuk fokus pada gerakan taktis, membangun serangan, dan bertahan. Sesi latihan ini juga dimanfaatkan untuk aklimatisasi cuaca, mengingat iklim tropis Indonesia yang lembap dan panas bisa menjadi faktor penentu stamina pemain. Adaptasi terhadap kondisi lapangan dan cuaca menjadi prioritas utama di hari-hari awal kedatangan mereka.
Vietnam U-23 datang ke turnamen ini dengan status mentereng sebagai juara bertahan. Pada edisi sebelumnya yang berlangsung di Thailand, mereka berhasil mengalahkan rival sengit, Timnas Indonesia U-23 yang kala itu masih diasuh Shin Tae-yong, melalui adu penalti di babak final. Kemenangan dramatis tersebut tentu menambah motivasi dan kepercayaan diri bagi skuad muda Vietnam untuk mengulang sejarah. Namun, status juara bertahan juga membawa beban ekspektasi yang tidak kecil. Seluruh mata akan tertuju pada mereka, dan setiap lawan akan termotivasi untuk mengalahkan sang juara. Pelatih Kim Sang-sik, yang baru mengambil alih kursi kepelatihan timnas senior dan U-23 Vietnam pada Mei 2024, memiliki tugas berat untuk melanjutkan dominasi Vietnam di kancah sepak bola regional, khususnya di level usia muda. Filosofi permainannya yang menekankan pada disiplin taktis, transisi cepat, dan kekompakan tim akan menjadi kunci dalam upaya mempertahankan gelar.
Di Piala AFF U-23 2025 ini, Timnas Vietnam U-23 tergabung di Grup B bersama Kamboja dan Laos. Di atas kertas, grup ini terlihat relatif lebih mudah dibandingkan Grup A yang dihuni tim-tim kuat. Namun, dalam turnamen sepak bola usia muda, kejutan selalu mungkin terjadi. Kamboja dan Laos, meskipun seringkali dianggap sebagai tim kuda hitam, dapat memberikan perlawanan sengit dan memanfaatkan kelengahan lawan. Kamboja telah menunjukkan peningkatan performa dalam beberapa tahun terakhir, sementara Laos juga tidak bisa diremehkan dengan semangat juang mereka. Pertandingan perdana Vietnam akan dimainkan pada 19 Juli mendatang, di mana mereka akan menghadapi Laos di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi. Laga pembuka ini sangat krusial untuk membangun momentum dan mengamankan posisi teratas di grup. Kemenangan di laga pertama akan memberikan kepercayaan diri tambahan dan mengurangi tekanan bagi skuad muda Vietnam.
Sementara itu, di sisi lain turnamen, Timnas Indonesia U-23 juga bersiap dengan optimisme tinggi. Berbeda dengan edisi sebelumnya, Garuda Muda kini berada di bawah asuhan pelatih baru, Gerald Vanenburg. Penunjukan Vanenburg menandai babak baru bagi pengembangan sepak bola usia muda Indonesia, dengan harapan membawa filosofi permainan yang segar dan taktik yang lebih adaptif. Indonesia tergabung di Grup A, yang bisa dibilang sebagai "grup neraka" dengan kehadiran Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam. Persaingan di grup ini diprediksi akan sangat ketat, terutama dengan rivalitas abadi antara Indonesia dan Malaysia.
Timnas Indonesia U-23 akan melakoni laga perdananya melawan Brunei Darussalam pada Selasa (15/7) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Bermain di kandang sendiri di stadion ikonik seperti SUGBK, di hadapan puluhan ribu suporter setia, tentu akan menjadi motivasi ekstra bagi para pemain Garuda Muda. Dukungan penuh dari publik sendiri diharapkan dapat memberikan dorongan moral dan energi tambahan untuk meraih hasil maksimal. Setelah final yang pahit di edisi sebelumnya, di mana mereka kalah dari Vietnam melalui adu penalti, ada semangat besar untuk membalas dendam dan meraih gelar juara di kandang sendiri. Para pemain kunci seperti Marselino Ferdinan, Pratama Arhan (jika diizinkan klub), atau wonderkid lainnya yang akan mengisi skuad U-23 diharapkan dapat menunjukkan performa terbaik mereka dan menjadi tulang punggung tim di bawah arahan Vanenburg.
Piala AFF U-23 bukan sekadar ajang perebutan trofi regional semata. Turnamen ini berfungsi sebagai panggung penting bagi pengembangan bakat-bakat muda di Asia Tenggara. Banyak pemain yang kini menjadi bintang di timnas senior masing-masing mengawali karier gemilang mereka dari turnamen kelompok usia ini. Bagi para pemain, ini adalah kesempatan emas untuk menunjukkan potensi mereka kepada pelatih, pemandu bakat, dan klub-klub besar, baik di tingkat regional maupun internasional. Selain itu, turnamen ini juga menjadi barometer kekuatan sepak bola di kawasan ASEAN, melihat sejauh mana perkembangan program pembinaan usia muda setiap negara.
Penyelenggaraan turnamen berskala internasional seperti Piala AFF U-23 selalu membawa serangkaian tantangan logistik bagi negara tuan rumah. Selain isu kemacetan yang dialami Vietnam, ada pula aspek akomodasi, keamanan, transportasi tim, kesiapan venue, dan koordinasi jadwal pertandingan. Indonesia, dengan pengalaman panjangnya dalam menyelenggarakan berbagai event olahraga besar, termasuk Asian Games dan Piala Dunia U-17, diharapkan mampu mengatasi semua tantangan ini dengan baik. Meskipun demikian, pengalaman Timnas Vietnam U-23 di hari pertama menunjukkan bahwa detail sekecil apapun, seperti efisiensi perjalanan, bisa menjadi krusial dan membutuhkan perhatian khusus dari panitia penyelenggara.
Dengan segala dinamika dan tantangan yang menyertainya, Piala AFF U-23 2025 di Indonesia menjanjikan tontonan sepak bola yang menarik dan penuh drama. Pertarungan antara juara bertahan Vietnam dan tuan rumah Indonesia, ditambah dengan persaingan ketat dari tim-tim lain, akan menjadikan turnamen ini salah satu yang paling dinantikan di kalender sepak bola Asia Tenggara. Bagi Vietnam, tantangan kemacetan Jakarta mungkin hanya menjadi "pemanasan" kecil sebelum mereka menghadapi ujian sesungguhnya di lapangan hijau, di mana mereka akan berjuang keras untuk mempertahankan dominasi mereka di kawasan. Sementara bagi Indonesia, ini adalah kesempatan emas untuk menunjukkan kualitas sebagai tuan rumah sekaligus meraih gelar juara di hadapan publik sendiri.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5192585/original/069229900_1745163665-Piala_AFF_U-23_-_Ilustrasi_Logo_ASEAN_Championship_U-23_2025_copy.jpg)