
Manchester United secara resmi telah memulai sesi latihan pramusim mereka di pusat latihan Carrington, menandai awal dari era baru di bawah kepemimpinan manajer yang baru ditunjuk, Ruben Amorim, serta pengaruh signifikan dari struktur kepemilikan baru di bawah Sir Jim Ratcliffe dan INEOS. Namun, kepulangan para pemain ke markas klub tidaklah mulus bagi semua. Kabar mengejutkan datang dari status beberapa nama besar, termasuk Marcus Rashford, yang dilaporkan tengah menjalani sesi latihan terpisah dari skuad utama, sebuah indikasi jelas akan restrukturisasi masif yang sedang berlangsung di Old Trafford. Situasi ini bukan hanya mencerminkan ambisi klub untuk melakukan perombakan besar-besaran, tetapi juga mengirimkan pesan tegas mengenai standar dan visi yang ingin diterapkan oleh manajemen baru.
Menurut laporan dari Daily Mail, Manchester United telah membuka kembali pintu Carrington pada akhir pekan lalu, menyambut kembali sebagian besar pemain skuad utama, ditambah beberapa talenta menjanjikan dari akademi, dan pemain yang kembali dari masa peminjaman. Antusiasme seharusnya memuncak dengan dimulainya persiapan untuk musim yang krusial, di mana United bertekad untuk kembali ke papan atas sepak bola Inggris dan Eropa. Namun, sorotan utama justru tertuju pada lima pemain yang absen dari sesi latihan bersama tim inti, sebuah kelompok yang secara implisit telah ditempatkan di "daftar tunggu" atau bahkan "daftar jual" klub.
Kelima pemain yang menjalani latihan terpisah tersebut adalah Marcus Rashford, Jadon Sancho, Antony, Tyrell Malacia, dan secara mengejutkan, Alejandro Garnacho. Kehadiran nama-nama ini dalam daftar terpisah telah memicu spekulasi luas di kalangan penggemar dan media. Meskipun kelimanya masih memiliki akses penuh ke fasilitas medis dan rehabilitasi di Carrington, pemisahan mereka dari skuad utama secara terang-terangan menunjukkan bahwa mereka mungkin tidak masuk dalam rencana jangka panjang Ruben Amorim. Perlu dicatat, laporan awal yang menyertakan Garnacho dalam kelompok ini sempat menimbulkan kebingungan besar, mengingat statusnya sebagai salah satu talenta muda paling cemerlang dan aset kunci bagi masa depan United. Namun, sumber-sumber internal dan analisis lebih lanjut mengindikasikan bahwa situasi Garnacho mungkin berbeda, kemungkinan besar melibatkan program latihan khusus atau pemulihan cedera, bukan karena ia dianggap surplus. Fokus utama pembersihan skuad ini lebih condong kepada empat nama lainnya yang memiliki nilai jual tinggi namun performa yang tidak konsisten.
Kasus Marcus Rashford menjadi yang paling menonjol dan menarik perhatian publik. Kepulangannya ke Manchester United disambut dengan kabar yang kurang mengenakkan, bahkan bisa disebut sebagai pukulan telak: nomor punggung keramat 10 miliknya telah dicopot oleh pihak klub. Nomor legendaris itu kini telah diberikan kepada pemain baru, Matheus Cunha, yang didatangkan dengan ekspektasi tinggi untuk menjadi bagian integral dari proyek baru Amorim. Pencopotan nomor punggung 10, yang sebelumnya dikenakan oleh ikon-ikon klub seperti Wayne Rooney dan Mark Hughes, adalah simbol yang sangat kuat. Ini bukan hanya sekadar pergantian angka di jersey; ini adalah pernyataan publik yang jelas bahwa status Rashford di klub telah berubah secara drastis. Keputusan ini secara efektif mengisyaratkan bahwa era Rashford sebagai pemain kunci dan simbol klub, setidaknya untuk saat ini, telah berakhir.
Bagi Rashford, penyingkiran ini seolah menjadi puncak dari periode sulit yang dialaminya dalam beberapa musim terakhir. Setelah musim 2022-2023 yang gemilang dengan 30 gol, performanya menurun drastis di musim berikutnya. Penampilannya yang tidak konsisten, seringnya terlihat kurang bersemangat di lapangan, dan isu-isu di luar lapangan telah menimbulkan pertanyaan besar tentang komitmen dan fokusnya. Kehilangan kepercayaan dari staf pelatih dan manajemen baru tampaknya menjadi faktor penentu. Dengan nomor 10 yang telah berpindah tangan, Marcus Rashford dikabarkan sudah bulat hati untuk mencari petualangan baru. Barcelona disebut-sebut sebagai destinasi impiannya, meskipun hingga kini belum ada tawaran resmi yang masuk ke Old Trafford. Pasar transfer untuk pemain sekaliber Rashford, meskipun sedang dalam performa menurun, tetap menarik bagi klub-klub top Eropa, terutama jika United bersedia menurunkan harga jualnya. Klub-klub lain seperti Paris Saint-Germain atau bahkan tim-tim kaya dari Liga Pro Saudi bisa menjadi alternatif menarik.
Di sisi lain, Jadon Sancho, yang baru saja menikmati masa peminjaman yang sukses di Borussia Dortmund, juga menghadapi masa depan yang tidak pasti di United. Hubungannya yang renggang dengan manajer sebelumnya, Erik ten Hag, telah menjadi rahasia umum. Meskipun ia menunjukkan performa impresif dan mencapai final Liga Champions bersama Dortmund, kembalinya ke Carrington tanpa jaminan tempat di skuad utama menunjukkan bahwa babak baru di bawah Amorim tidak secara otomatis menghapus catatan masa lalunya. United berharap bisa menjual Sancho dengan harga yang layak untuk memulihkan sebagian dari investasi besar yang mereka keluarkan untuknya.
Antony, pemain sayap mahal lainnya yang didatangkan dengan harga fantastis dari Ajax, juga termasuk dalam daftar pemain yang terpinggirkan. Penampilannya yang jauh di bawah ekspektasi sejak kedatangannya telah menjadi sumber frustrasi bagi penggemar dan manajemen. Kontribusi gol dan assist yang minim, ditambah dengan kritik terhadap gaya permainannya yang seringkali terlalu monoton, membuatnya menjadi kandidat kuat untuk dijual. United mungkin akan mengalami kerugian finansial yang signifikan jika menjualnya, tetapi melepaskannya akan membebaskan ruang gaji dan membuka peluang untuk mendatangkan pemain yang lebih sesuai dengan filosofi Amorim.
Tyrell Malacia, bek kiri yang juga didatangkan dari Eredivisie, telah lama absen karena cedera. Meskipun cedera adalah alasan utama minimnya penampilannya, pemisahan latihannya dari skuad utama mengisyaratkan bahwa ia mungkin tidak lagi menjadi bagian dari rencana jangka panjang klub, terutama jika Amorim ingin merekrut bek kiri baru yang lebih sesuai dengan sistemnya.
Keputusan tegas ini tak lepas dari visi dan filosofi manajer baru, Ruben Amorim. Manajer asal Portugal ini dikenal dengan pendekatan taktisnya yang disiplin, etos kerja yang tinggi, dan kemampuannya membangun tim yang solid dan harmonis. Amorim diyakini tidak ingin ada pemain yang tidak sepenuhnya berkomitmen atau berpotensi mengganggu keharmonisan ruang ganti. Baginya, setiap pemain harus sejalan dengan visi klub dan bekerja keras demi tujuan bersama. Kebijakan ini adalah bagian dari upaya Amorim untuk menciptakan budaya baru di Manchester United, di mana performa dan dedikasi menjadi prioritas utama. Ia menginginkan skuad yang lapar, termotivasi, dan siap berkorban demi kesuksesan tim, bukan kumpulan individu yang bermain untuk diri sendiri.
Langkah ini juga sejalan dengan strategi Sir Jim Ratcliffe dan INEOS yang ingin melakukan "reset budaya" di Manchester United. Mereka bertekad untuk membersihkan skuad dari pemain-pemain yang dianggap tidak memberikan nilai maksimal atau yang tidak lagi sejalan dengan standar tinggi yang ingin mereka terapkan. Ini adalah bagian dari upaya yang lebih besar untuk membangun kembali fondasi klub dari nol, dengan fokus pada efisiensi, akuntabilitas, dan pengambilan keputusan yang berbasis data. Pasar transfer musim panas 2024 ini akan menjadi sangat krusial bagi United. Mereka perlu menjual pemain-pemain dengan nilai jual tinggi untuk membiayai kedatangan pemain baru yang sesuai dengan kebutuhan Amorim, sembari tetap mematuhi aturan Financial Fair Play (FFP).
Meskipun kelima pemain tersebut kini menjalani latihan terpisah, fasilitas medis dan rehabilitasi di Carrington tetap terbuka bagi mereka. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka mungkin tidak lagi masuk dalam rencana tim utama, klub tetap bertanggung jawab atas kesejahteraan dan pemulihan mereka, terutama bagi yang mengalami cedera. Namun, pesan yang disampaikan sangat jelas: mereka berada di persimpangan jalan dalam karier mereka di Manchester United.
Dengan dimulainya era Ruben Amorim, Manchester United memasuki babak baru yang penuh tantangan dan perubahan radikal. Keputusan untuk memisahkan beberapa pemain kunci, termasuk Marcus Rashford, adalah tanda awal dari niat kuat klub untuk membangun kembali tim yang kompetitif dan berorientasi pada kemenangan. Ini adalah langkah berani yang menunjukkan bahwa tidak ada pemain yang "aman" jika performa atau sikap mereka tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Musim depan akan menjadi ujian sesungguhnya bagi visi baru ini, dan bagaimana United mampu mengelola transisi pemain ini akan sangat menentukan kesuksesan mereka di masa depan.
