
London – Kabar mengejutkan berhembus kencang dari markas Tottenham Hotspur di London utara. Muncul rumor bahwa Son Heung-min, ikon dan kapten tim, akan dicopot dari jabatannya sebagai kapten dan bahkan berpotensi ‘dipaksa’ pergi dari klub. Spekulasi ini mencuat seiring dengan situasi kontraknya yang belum diperpanjang dan kini hanya tersisa satu musim lagi. Pertanyaan besar yang kini menghantui pikiran para penggemar dan pengamat sepak bola adalah: apakah sang striker legendaris ini benar-benar akan meninggalkan Tottenham, atau ini hanyalah bagian dari permainan transfer yang rumit?
Son Heung-min, yang akan berusia 33 tahun pada musim depan, merupakan salah satu pilar utama Tottenham Hotspur selama bertahun-tahun. Sejak bergabung pada tahun 2015, ia telah menjelma menjadi penyerang kelas dunia, memenangkan penghargaan Sepatu Emas Premier League pada musim 2021/2022, dan menjadi kapten tim yang sangat dihormati. Kontraknya saat ini akan berakhir pada musim panas 2025, menempatkan Tottenham dalam posisi yang dilematis. Klub harus memutuskan apakah akan menawarkan perpanjangan kontrak yang signifikan kepada pemain yang usianya sudah menginjak kepala tiga, atau memanfaatkan sisa kontraknya untuk mendapatkan pemasukan dari penjualan.
Situasi ini diperparuh dengan laporan bahwa Tottenham Hotspur sedang mempertimbangkan untuk menjual Son Heung-min pada bursa transfer musim panas 2025, atau bahkan lebih cepat jika ada tawaran yang menggiurkan. Gayung bersambut, beberapa klub raksasa dari Arab Saudi dikabarkan sangat meminatinya. Liga Pro Saudi belakangan ini memang menjadi magnet bagi banyak bintang sepak bola Eropa yang mencari tantangan baru dan, tentu saja, kontrak yang sangat menggiurkan. Kehadiran Son, dengan popularitasnya yang masif di Asia dan kemampuan mencetak golnya yang terbukti, akan menjadi aset berharga bagi pengembangan liga mereka.
Tottenham dilaporkan mematok harga jual senilai 40 juta Euro untuk Son, atau setara dengan sekitar Rp 759 miliar. Angka ini terbilang cukup fantastis untuk seorang pemain yang sisa kontraknya hanya satu musim dan usianya sudah melewati puncak karier bagi sebagian besar pesepak bola. Namun, Tottenham tampak sangat percaya diri bahwa klub-klub Arab Saudi memiliki kekuatan finansial untuk menebus angka tersebut. Mereka mungkin melihatnya sebagai investasi jangka panjang, bukan hanya dari sisi performa di lapangan, tetapi juga dari nilai komersial dan daya tarik global yang dibawa Son Heung-min, terutama di pasar Asia yang sangat besar. Rencananya, Tottenham akan membuka meja penawaran secara resmi setelah mereka menjalani tur pramusim ke Asia pada bulan Juli ini, sebuah langkah strategis yang bisa jadi dimanfaatkan untuk meningkatkan visibilitas sang pemain di wilayah tersebut sekaligus menarik minat calon pembeli.
Kedatangan manajer baru Tottenham, Thomas Frank, semakin menambah lapisan intrik dalam saga Son ini. Frank, yang didatangkan dari Brentford, tentu memiliki visi dan rencana tersendiri untuk skuadnya. Ketika ditanya mengenai masa depan Son Heung-min dalam konferensi pers pertamanya, ia tidak memberikan jawaban langsung mengenai status transfer Son. Sebaliknya, Frank justru menyinggung soal jabatan kapten tim, yang secara tidak langsung memicu pertanyaan lebih lanjut. "Son adalah kapten kami di musim lalu. Namun musim depan, kami akan menjalani dua babak berdurasi 45 menit, maka Romero dan Son akan menjadi kapten di kedua babak itu," kata Frank, seperti dilansir dari The Sun. Pernyataan ini sontak memicu perdebatan. Apakah ini merupakan bentuk pencopotan jabatan kapten secara halus, ataukah strategi Frank untuk menerapkan sistem kepemimpinan bersama dalam tim?
Pernyataan Thomas Frank tentang kapten tim ini menarik untuk dianalisis lebih dalam. Mengubah struktur kepemimpinan tim dengan membagi ban kapten antara Son Heung-min dan Cristian Romero bisa memiliki beberapa implikasi. Pertama, ini bisa menjadi cara untuk mendistribusikan tanggung jawab kepemimpinan, terutama mengingat jadwal pertandingan yang padat dan tuntutan fisik di Premier League. Romero, sebagai bek tengah yang tangguh dan vokal, juga memiliki kualitas kepemimpinan yang kuat. Kedua, ini bisa diinterpretasikan sebagai upaya untuk mengurangi beban Son Heung-min, yang di musim lalu harus memikul beban ganda sebagai kapten dan pencetak gol utama setelah kepergian Harry Kane. Namun, bagi sebagian pihak, keputusan ini bisa juga dipandang sebagai sinyal bahwa peran Son di tim akan sedikit bergeser, atau bahkan sebagai langkah awal untuk mempersiapkan tim tanpa dirinya di masa depan. Meskipun Frank mengatakan bahwa Son akan tetap menjadi kapten di salah satu babak, konsep "kapten ganda" atau "kapten paruh waktu" ini jarang terjadi di klub-klub besar, dan bisa memicu spekulasi tentang hierarki kepemimpinan yang baru.
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai masa depan Son Heung-min secara spesifik, Thomas Frank memberikan jawaban yang lebih diplomatis, namun tetap menyiratkan bahwa belum ada keputusan final yang diambil. "Pertanyaan bagus. Saya belum memutuskan soal apapun, karena masih banyak poin-poin yang harus dikerjakan," tutupnya. Komentar ini menunjukkan bahwa Frank masih dalam tahap evaluasi menyeluruh terhadap skuadnya. Sebagai manajer baru, prioritas utamanya adalah memahami kekuatan dan kelemahan tim, serta mengidentifikasi pemain mana yang cocok dengan filosofi permainannya. Keputusan mengenai Son, baik itu perpanjangan kontrak, penjualan, atau mempertahankan hingga kontraknya habis, adalah keputusan besar yang melibatkan aspek finansial, taktis, dan emosional. Menjual Son akan membebaskan anggaran gaji yang besar dan memberikan dana transfer yang signifikan, tetapi juga berarti kehilangan salah satu pemain paling berpengaruh dan dicintai klub.
Bagi para penggemar Tottenham, gagasan untuk kehilangan Son Heung-min adalah pil pahit yang sulit ditelan. Son bukan hanya pemain bintang; ia adalah simbol dedikasi, kerja keras, dan kecintaan terhadap klub. Ia telah menjadi wajah klub, terutama di pasar Asia yang sangat penting bagi Spurs. Kepergiannya, apalagi jika disertai dengan rumor pencopotan kapten, bisa menimbulkan gejolak emosi yang signifikan di kalangan suporter. Setelah kehilangan Harry Kane, kapten tim nasional Inggris, ke Bayern Munich, kini muncul kemungkinan kehilangan Son, yang akan semakin menguji kesabaran dan loyalitas penggemar.
Dari sudut pandang strategis klub, menjual Son Heung-min pada harga 40 juta Euro di musim panas 2025, atau bahkan lebih cepat, bisa menjadi langkah finansial yang cerdas. Dengan sisa kontrak satu tahun, risikonya adalah ia bisa pergi secara gratis pada musim panas berikutnya jika tidak ada perpanjangan kontrak atau penjualan. Mendapatkan hampir 40 juta Euro untuk pemain yang akan berusia 33 tahun adalah nilai yang sangat baik di pasar transfer saat ini. Dana ini bisa digunakan untuk merekrut pemain-pemain baru yang lebih muda dan sesuai dengan visi jangka panjang Thomas Frank, serta untuk memenuhi tuntutan regulasi Financial Fair Play (FFP).
Namun, ada juga risiko dari penjualan Son. Siapa yang akan menggantikan peran dan produktivitasnya di lini serang? Son tidak hanya mencetak gol, tetapi juga memberikan asist, menciptakan peluang, dan memiliki etos kerja yang luar biasa. Menemukan pengganti dengan kualitas serupa, apalagi yang bisa langsung beradaptasi dengan Premier League, bukanlah tugas yang mudah. Selain itu, kepergiannya juga akan meninggalkan kekosongan dalam hal kepemimpinan di ruang ganti, terlepas dari siapa yang akan menjadi kapten utama.
Situasi Son Heung-min adalah salah satu teka-teki terbesar yang harus dipecahkan oleh Thomas Frank dan manajemen Tottenham Hotspur di awal masa jabatan mereka. Apakah mereka akan membiarkan Son menyelesaikan kontraknya dan mungkin pergi secara gratis? Atau akankah mereka mencoba menjualnya dengan harga tinggi ke Arab Saudi, yang akan memicu kemarahan penggemar tetapi menguntungkan secara finansial? Atau, mungkinkah ada kemungkinan ketiga, di mana Son pada akhirnya akan menandatangani kontrak baru, meskipun rumor dan indikasi yang ada saat ini tidak mengarah ke sana?
Masa depan Son Heung-min di Tottenham Hotspur kini berada di persimpangan jalan. Keputusan yang akan diambil dalam beberapa minggu atau bulan ke depan tidak hanya akan menentukan nasib salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki klub, tetapi juga akan membentuk arah dan ambisi Tottenham Hotspur di era Thomas Frank. Para penggemar hanya bisa menunggu dan melihat bagaimana saga ini akan berakhir, berharap yang terbaik bagi Son dan, tentu saja, bagi klub kesayangan mereka. Ini adalah periode yang penuh ketidakpastian, namun juga penuh potensi untuk perubahan signifikan di London utara.
