Massimiliano Allegri Kembali ke AC Milan dengan Misi Ambisius: Mengembalikan Rossoneri ke Liga Champions

Massimiliano Allegri Kembali ke AC Milan dengan Misi Ambisius: Mengembalikan Rossoneri ke Liga Champions

Massimiliano Allegri, sosok yang tidak asing bagi para penggemar AC Milan, telah kembali ke San Siro untuk periode keduanya sebagai pelatih kepala, sebuah penunjukan yang menggebrak jagat sepak bola Italia. Allegri ditugaskan untuk menggantikan Sergio Conceicao, yang hanya sebentar menukangi Rossoneri sebelum dipecat. Kembali setelah sebelas tahun sejak kepergiannya yang pertama, Allegri menghadapi tantangan monumental: mengembalikan AC Milan ke panggung Liga Champions, kompetisi elite Eropa yang menjadi tolok ukur kebesaran klub. Target ini bukan sekadar ambisi, melainkan sebuah keharusan bagi klub dengan sejarah dan reputasi sebesar AC Milan.

Misi Allegri semakin mendesak mengingat performa AC Milan pada Serie A musim lalu yang jauh dari ekspektasi. Rossoneri hanya mampu finis di peringkat kedelapan, sebuah posisi yang mengecewakan dan berarti mereka tidak akan tampil di kompetisi Eropa mana pun pada musim 2025/2026. Ini adalah pukulan telak bagi keuangan dan prestise klub, serta menjadi indikator jelas betapa dalamnya lubang yang harus ditambal oleh Allegri. Kehilangan panggung Eropa berarti Milan kehilangan pendapatan penting, daya tarik bagi pemain bintang, dan kesempatan untuk menguji diri di level tertinggi. Oleh karena itu, tugas pertama dan terpenting Allegri adalah membenahi fondasi tim dan mengarahkan mereka kembali ke jalur yang benar.

Dalam pernyataan pertamanya setelah kembali, Allegri menegaskan fokus utamanya. "Enam bulan pertama penting untuk mempersiapkan diri menghadapi bulan Maret, ketika musim ditentukan. Target pertama adalah kembali ke Liga Champions, kami harus ada di posisi itu pada bulan Maret," ujar Allegri, seperti dilansir Football Italia. Pernyataan ini menunjukkan pendekatan pragmatis dan berorientasi pada target yang menjadi ciri khas Allegri. Ia tidak bicara tentang permainan indah atau filosofi muluk, melainkan tentang pencapaian konkret. Maret 2026 menjadi penanda krusial, di mana ia berharap Milan sudah berada di posisi yang aman untuk mengamankan tiket Liga Champions, yang biasanya berarti finis di empat atau lima besar Serie A, tergantung pada koefisien liga dan hasil di kompetisi Eropa.

Allegri melanjutkan dengan menekankan mentalitas yang harus ditanamkan di Milan. "Di Milan, kami harus selalu mengincar papan atas dan tidak pernah berpuas diri. Bekerja dengan dedikasi tinggi khususnya di liga di mana Anda harus mempertahankan kecepatan. Anda butuh jumlah poin tertentu, mencetak gol, dan kebobolan sedikit. Selisih gol selalu penting di sepak bola Italia, mereka menanamkan itu kepada saya sejak kecil." Filosofi ini mencerminkan pendekatan "corto muso" atau kemenangan dengan margin tipis yang sering ia terapkan. Ini adalah pendekatan yang mengutamakan hasil di atas segalanya, dengan fokus pada pertahanan yang solid dan efisiensi dalam serangan. Baginya, setiap poin sangat berharga, dan konsistensi adalah kunci untuk bersaing di puncak.

Kembalinya Allegri ke Milan bukan hanya sekadar pergantian pelatih; ini adalah sebuah reuni dengan masa lalu yang penuh kejayaan namun juga diakhiri dengan kontroversi. Periode pertamanya di San Siro berlangsung dari tahun 2010 hingga 2014. Selama masa itu, Allegri membawa Milan meraih gelar Serie A pada musim 2010/2011, mengakhiri dominasi Inter Milan yang telah berlangsung beberapa tahun. Ia juga mempersembahkan Supercoppa Italiana pada tahun 2011. Tim Milan di bawah Allegri kala itu diperkuat oleh sejumlah nama besar seperti Zlatan Ibrahimovic, Thiago Silva, Clarence Seedorf, Andrea Pirlo, dan Gennaro Gattuso. Namun, seiring waktu, Milan mulai menghadapi tantangan finansial dan harus menjual beberapa pemain kunci, yang menyebabkan penurunan performa. Allegri akhirnya dipecat pada Januari 2014 setelah serangkaian hasil buruk. Kenangan akan Scudetto itu masih membekas manis di hati para Milanisti, namun juga ada bayang-bayang kesulitan di akhir masa jabatannya.

Setelah meninggalkan Milan, karier Allegri mencapai puncak kejayaannya di Juventus. Ia bergabung dengan Bianconeri pada tahun 2014 dan menikmati periode dominasi yang luar biasa. Selama lima musim pertamanya di Turin, Allegri memenangkan lima gelar Serie A berturut-turut, empat Coppa Italia, dan dua Supercoppa Italiana. Ia juga berhasil membawa Juventus mencapai final Liga Champions dua kali, pada tahun 2015 dan 2017, meskipun keduanya berakhir dengan kekalahan dari Barcelona dan Real Madrid. Gaya pragmatisnya, yang mengutamakan pertahanan solid dan efektivitas serangan balik, terbukti sangat cocok dengan mentalitas Juventus. Ia dikenal mampu meracik strategi yang berbeda untuk setiap lawan, seringkali mengorbankan "keindahan" demi hasil. Setelah sempat berpisah pada 2019 dan kembali pada 2021, Allegri kembali membawa Juventus meraih Coppa Italia pada musim 2023/2024 sebelum akhirnya berpisah lagi. Rekam jejaknya yang sarat gelar di Juventus adalah bukti kapasitasnya sebagai salah satu pelatih top Eropa.

Keputusan Milan untuk membawa kembali Allegri setelah Conceicao hanya bertahan sesaat mencerminkan keinginan klub untuk mencari stabilitas dan pengalaman. Proyek Milan di bawah kepemilikan RedBird Capital Partners dan CEO Gerry Cardinale tampaknya mengarah pada pendekatan yang lebih matang dan teruji. Kehadiran Zlatan Ibrahimovic di jajaran manajemen sebagai penasihat senior juga diyakini memainkan peran kunci dalam keputusan ini. Ibrahimovic memiliki hubungan kerja yang baik dengan Allegri dari masa mereka bersama di Milan dan Juventus, serta memahami filosofi kemenangan yang diusung oleh pelatih asal Livorno tersebut. Kepercayaan dari manajemen dan legenda klub seperti Ibrahimovic akan menjadi modal penting bagi Allegri dalam menjalankan tugas beratnya.

Pentingnya Liga Champions bagi AC Milan tidak bisa dilebih-lebihkan. Selain prestise dan status sebagai salah satu klub elite Eropa, partisipasi di Liga Champions juga membawa dampak finansial yang sangat besar. Pendapatan dari hak siar, hadiah pertandingan, dan penjualan tiket dapat mencapai puluhan juta Euro, yang krusial untuk menjaga stabilitas keuangan klub dan mematuhi aturan Financial Fair Play (FFP). Selain itu, bermain di Liga Champions adalah daya tarik utama bagi pemain-pemain bintang. Pemain top dunia selalu ingin berkompetisi di panggung tertinggi, dan absennya Milan dari kompetisi ini membuat mereka kesulitan bersaing di bursa transfer untuk mendapatkan talenta-talenta terbaik. Mengembalikan Milan ke Liga Champions akan menjadi langkah fundamental dalam upaya membangun kembali skuad yang kompetitif dan berkelanjutan.

Secara taktik, Allegri dikenal sebagai pelatih yang fleksibel namun memiliki prinsip dasar yang kuat: pertahanan yang terorganisir, transisi cepat, dan kemampuan untuk "membunuh" pertandingan. Ia mungkin tidak selalu menghadirkan sepak bola yang paling atraktif, tetapi hasilnya seringkali berbicara sendiri. Tantangan bagi Allegri adalah bagaimana menerapkan filosofinya dengan skuad Milan saat ini. Apakah pemain-pemain yang ada cocok dengan gaya permainannya? Apakah mereka bisa beradaptasi dengan tuntutan disiplin taktik yang tinggi? Bursa transfer musim panas akan menjadi kunci untuk Allegri dalam membentuk tim sesuai visinya, mungkin dengan mendatangkan pemain-pemain yang lebih cocok dengan sistemnya atau yang memiliki pengalaman lebih dalam meraih kemenangan.

Persaingan di Serie A untuk memperebutkan tiket Liga Champions semakin ketat. Musim lalu menunjukkan bahwa tim-tim seperti Bologna dan Atalanta mampu bersaing di papan atas, sementara tim-tim tradisional seperti Inter Milan, Juventus, Napoli, Roma, dan Lazio selalu menjadi ancaman serius. Allegri harus memastikan bahwa Milan mampu mempertahankan konsistensi sepanjang musim, sebuah aspek yang seringkali menjadi penentu dalam perebutan posisi empat besar. Setiap pertandingan akan menjadi final, dan Allegri harus menanamkan mentalitas itu kepada para pemainnya sejak hari pertama pramusim.

"Ini bukan soal kemenangan tipis, target semua orang adalah bekerja dengan baik, memulai dengan kuat, dan membawa Milan kembali ke Liga Champions. Itu harus jadi pola pikir semuanya, dan kami hanya akan sampai sana lewat kerja harian, dimulai dari saya. Saya sangat percaya diri," kata Allegri. Keyakinan Allegri pada proses dan kerja keras harian adalah fondasi optimismenya. Ia tahu bahwa tidak ada jalan pintas menuju puncak, terutama setelah Milan mengalami kemunduran yang signifikan. Dukungan penuh dari manajemen, kerja keras di lapangan latihan, dan kemampuan untuk mengatasi tekanan dari para penggemar yang haus akan kemenangan akan menjadi kunci keberhasilan Allegri dalam misi keduanya di San Siro. Kembalinya Allegri adalah pertaruhan besar bagi AC Milan, sebuah langkah yang diharapkan dapat mengembalikan kejayaan Rossoneri di panggung domestik maupun Eropa. Tantangan di depan mata memang berat, namun dengan pengalaman dan mentalitas juara yang dimiliki Allegri, harapan untuk melihat Milan kembali bersinar di Liga Champions kini kembali menyala.

Massimiliano Allegri Kembali ke AC Milan dengan Misi Ambisius: Mengembalikan Rossoneri ke Liga Champions

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *