
Institut Teknologi Bandung (ITB) tengah menorehkan sejarah baru dalam lanskap riset ilmiah Indonesia dengan pembangunan fasilitas riset Teleskop Radio Very Long Baseline Interferometry (VLBI) Global Observing System atau VGOS, yang berlokasi strategis di Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung, Jawa Barat. Proyek monumental ini tidak hanya menandai komitmen teguh ITB dalam mendorong kemajuan pesat riset astronomi dan geodesi modern, tetapi juga secara signifikan memperkuat kontribusi Indonesia dalam jejaring ilmiah internasional yang semakin terintegrasi.
Tonggak penting dalam pembangunan proyek ini telah tercapai pada Rabu (9/7), ketika proses "big lift" atau pengangkatan dan pemasangan bagian utama antena teleskop seberat 85 ton berhasil dilaksanakan dengan presisi menggunakan crane khusus. Momen krusial ini menandai fase akhir dari struktur inti proyek pembangunan, di mana dengan pemasangan ini, total ketinggian bangunan teleskop VGOS kini menjulang mencapai 19 meter di atas tanah Bosscha yang bersejarah. Proses ini tidak hanya menjadi capaian teknis yang luar biasa, tetapi juga simbol nyata dari kemajuan yang dicapai, mengundang decak kagum dari para pakar dan publik.
Untuk memahami signifikansi fasilitas ini, penting untuk mengenal lebih dekat apa itu teleskop VGOS. VGOS adalah sebuah jaringan teleskop radio global yang dirancang untuk beroperasi secara sinkron, mengamati sumber radio kosmik dengan tingkat presisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Konsep inti di balik VLBI adalah menggabungkan sinyal dari beberapa teleskop yang tersebar di berbagai lokasi di seluruh dunia untuk membentuk satu "teleskop virtual" raksasa dengan diameter setara dengan jarak antar teleskop terjauh. Dengan menggabungkan dan menganalisis data yang dikumpulkan dari berbagai teleskop dalam jaringan ini, sistem VGOS memungkinkan pengukuran jarak antar titik di Bumi secara akurat hingga skala milimeter.
Aplikasi dari teknologi canggih ini sangat luas dan berdampak fundamental. Salah satu aplikasi utamanya adalah memantau pergerakan lempeng benua, termasuk kecepatan dan perubahan jaraknya dalam jangka waktu tertentu. Ini krusial untuk memahami dinamika geologis Bumi, memprediksi potensi gempa bumi, dan memetakan deformasi kerak Bumi. Selain kemampuannya mengukur pergerakan titik-titik di permukaan Bumi yang terus berubah, teleskop VGOS juga dapat digunakan untuk membuat kerangka acuan global (International Terrestrial Reference Frame/ITRF) dengan akurasi yang sangat tinggi, yang merupakan dasar bagi sistem navigasi global seperti GPS. Lebih jauh lagi, fasilitas ini berkontribusi pada penentuan standar waktu yang sangat presisi, vital untuk berbagai aplikasi teknologi modern, serta memantau potensi dari perubahan iklim global melalui pengukuran variasi tinggi permukaan laut, pergerakan massa es, dan distribusi uap air di atmosfer.
Pembangunan teleskop radio pertama di Indonesia ini merupakan buah dari kolaborasi strategis antara ITB dan Shanghai Astronomical Observatory (SHAO), Chinese Academy of Sciences (CAS). Kemitraan ini bukan sekadar proyek riset bilateral, melainkan juga salah satu kegiatan konkret di bawah payung kerja sama yang lebih besar antara Indonesia dan China, yaitu "Cooperation Plan Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the People’s Republic of China on Jointly Promoting Cooperation within the Framework of the Global Maritime Fulcrum and the Belt and Road Initiative". Perjanjian penting ini telah ditandatangani pada 16 November 2022 oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah China, menunjukkan komitmen kedua negara untuk memajukan sains dan teknologi sebagai bagian dari inisiatif konektivitas global.
Dr.rer.nat. Hesti Retno Tri Wulandari, S.Si., M.Si., selaku Ketua Tim Implementasi Pembangunan Teleskop Radio VGOS dan Rumah Teropong Kawasan Bosscha Lembang, menyampaikan apresiasi mendalam kepada berbagai pihak yang telah mendukung terwujudnya proyek ini. Beliau secara khusus berterima kasih kepada Rektor ITB periode 2020-2025, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D. beserta jajaran, serta Rektor ITB saat ini, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T. beserta jajaran, dan seluruh pihak terkait lainnya yang telah memberikan dukungan tak ternilai hingga saat ini. "Semoga kita bisa mewujudkan astronomi yang semakin maju, berkontribusi nyata, dan berdampak. Pengangkatan disc antenna ini menandai puncak dari mewujudnya bangunan tower Teleskop Radio VGOS di Observatorium Bosscha," ujar Dr. Hesti dengan penuh harap.
Observatorium Bosscha sendiri memiliki sejarah yang sangat kaya dan panjang. Didirikan lebih dari 100 tahun yang lalu, observatorium ini pada masa berdirinya merupakan salah satu dari hanya tiga observatorium di belahan bumi selatan yang memiliki fasilitas modern. Sejak saat itu, Observatorium Bosscha telah memberikan kontribusi signifikan pada studi langit selatan sepanjang sejarahnya, menjadi mercusuar penelitian astronomi di kawasan tropis. Kini, dengan statusnya sebagai objek vital nasional, cagar budaya nasional, dan berada di kawasan strategis nasional, Bosscha memiliki posisi yang luar biasa dalam peta ilmiah dan budaya Indonesia. "Kita kini diberikan kesempatan, diberikan nikmat, untuk mudah-mudahan bisa membuat sejarah kembali dengan kehadiran instrumen yang baru yaitu VGOS," tutur Hesti, menekankan pentingnya proyek ini dalam meneruskan warisan keilmuan Bosscha.
Prof. Taufiq Hidayat, Ph.D., selaku PIC kerja sama Pembangunan Teleskop Radio VGOS ITB dan SHAO, menambahkan bahwa "big lift" ini merupakan tahapan yang sangat krusial dan kompleks. "ITB telah mengerahkan berbagai sumber daya terbaiknya demi wujudkan fasilitas ini yang kelak diharapkan bermanfaat bagi seluruh peneliti, mahasiswa ITB, beserta mitra-mitra, baik di dalam negeri maupun luar negeri," ungkap Prof. Taufiq, menggarisbawahi komitmen dan investasi besar ITB dalam proyek ini.
Kehadiran VGOS di Bosscha memiliki makna strategis yang tak terbantahkan dalam konteks jaringan pengamatan global. Posisinya yang berada di wilayah ekuator bujur timur akan menjadi representasi vital yang melengkapi jaringan teleskop dunia yang hingga kini masih didominasi oleh fasilitas di belahan bumi utara. Lokasi unik ini akan secara signifikan memperkuat baseline pengamatan global, menciptakan jembatan ilmiah yang menghubungkan belahan utara dan selatan Bumi. Teleskop VGOS di Bosscha akan menyusul dan terintegrasi dengan teleskop-teleskop VGOS lainnya yang sudah eksis di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat, China, Jepang, Jerman, Spanyol, Swedia, Australia, Afrika Selatan, Norwegia, Finlandia, Thailand, Portugal, hingga Brasil, membentuk sebuah jaringan kolaboratif yang tak tertandingi.
Setelah tahap pemasangan antena utama berhasil diselesaikan, proyek ini akan memasuki fase penyelesaian akhir yang meliputi aspek arsitektural, kesipilan, permesinan, hingga sistem elektro. Setelah semua infrastruktur fisik dan teknis rampung, fasilitas ini akan melalui tahap commisioning astronomi dan geodesi dalam beberapa waktu mendatang. Tahap ini sangat penting untuk memastikan semua sistem berfungsi optimal dan menghasilkan data yang akurat sesuai standar internasional.
Teleskop VGOS di Bosscha dirancang untuk menjadi pusat riset multidisiplin yang komprehensif. Selain antena utama, fasilitas ini akan dilengkapi dengan receiver Global Navigation Satellite System (GNSS) untuk data geodetik yang sangat presisi, stasiun cuaca yang memantau kondisi atmosfer secara real-time, serta antena holometry yang memungkinkan riset mendalam dari astronomi radio hingga dinamika lempeng tektonik. Kelengkapan instrumen ini akan membuka peluang penelitian yang sangat beragam, memungkinkan para ilmuwan untuk mengeksplorasi fenomena alam semesta dan Bumi dari berbagai perspektif.
ITB juga aktif menjalin kerja sama data center dengan institusi internasional terkemuka seperti TU Wien (Austria), TU Munich (Jerman), SHAO (China), dan KASI (Korea Selatan). Lebih ambisius lagi, ITB sedang menjajaki peran sebagai "correlation center" pengolahan data VLBI. Peran ini sangat vital karena correlation center bertanggung jawab menggabungkan dan memproses data mentah dari seluruh teleskop dalam jaringan global untuk menghasilkan data yang siap dianalisis. Jika terwujud, ini akan menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam infrastruktur pengolahan data geodetik dan astronomi global.
Sebagai bagian integral dari jejaring global International VLBI Service for Geodesy and Astrometry (IVS), ITB saat ini sedang memproses pendaftaran stasiun VGOS Bosscha ke International Telecommunication Union (ITU) di Jenewa dengan nama resmi ‘ITB Bosscha VLBI Station’. Langkah ini merupakan pengakuan formal dan menandai integrasi resmi Indonesia dalam komunitas pengamatan geodesi internasional, membuka pintu bagi partisipasi penuh dalam proyek-proyek riset global. Selain itu, ITB juga secara proaktif membuka peluang kolaborasi dengan jejaring regional dan global lainnya seperti East Asian VLBI Network (EAVN), Asia-Oceania VLBI Group (AOV), dan European VLBI Network (EVN).
Kehadiran Teleskop Radio VGOS di Observatorium Bosscha bukan hanya sekadar penambahan instrumen ilmiah, melainkan sebuah lompatan besar bagi riset, pendidikan, dan penguatan posisi Indonesia di kancah sains global. Proyek ini akan menjadi katalisator bagi pengembangan sumber daya manusia unggul di bidang astronomi dan geodesi, menginspirasi generasi muda untuk mengejar karir di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), serta memberikan kontribusi nyata dalam memecahkan misteri alam semesta dan tantangan lingkungan global. Dengan fasilitas ini, Indonesia siap untuk tidak hanya mengamati, tetapi juga memimpin dalam penemuan-penemuan ilmiah yang akan membentuk masa depan pengetahuan manusia.
