
Smartphone telah menjadi ekstensi tak terpisahkan dari kehidupan modern, menemani penggunanya dari detik pertama bangun tidur hingga malam menjelang istirahat. Ketergantungan global pada perangkat pintar ini memicu kekhawatiran yang berkelanjutan mengenai potensi efek kesehatan dari radiasi yang dipancarkan. Meskipun ponsel telah melewati serangkaian uji keamanan yang ketat dan regulasi yang ketat, diskusi seputar tingkat radiasi dan implikasinya tetap menjadi topik yang relevan dan penting untuk dipahami oleh setiap pengguna.
Semua perangkat elektronik, termasuk ponsel, memancarkan radiasi elektromagnetik. Radiasi yang dipancarkan oleh smartphone berada dalam rentang spektrum elektromagnetik non-ionisasi. Ini berarti energi yang dipancarkan tidak cukup kuat untuk merusak ikatan molekul dalam sel atau menyebabkan kerusakan DNA secara langsung, seperti yang dapat dilakukan oleh radiasi pengion seperti sinar-X atau sinar gamma. Namun, radiasi non-ionisasi ini dapat diserap oleh jaringan tubuh manusia, yang berpotensi menimbulkan efek termal atau rasa panas pada area yang terpapar. Efek termal ini adalah mekanisme utama interaksi antara gelombang radio dan jaringan biologis, di mana energi elektromagnetik diubah menjadi panas.
Untuk mengukur sejauh mana radiasi ini diserap oleh jaringan tubuh manusia, para ilmuwan dan regulator menggunakan indeks yang dikenal sebagai Specific Absorption Rate (SAR). Indeks SAR mengukur laju penyerapan energi frekuensi radio (RF) oleh jaringan di tubuh manusia. Nilai ini dinyatakan dalam satuan watt per kilogram (W/kg) dan mencerminkan jumlah rata-rata daya yang diserap per satuan massa jaringan dalam volume tertentu. Pengukuran SAR adalah komponen krusial dalam proses sertifikasi perangkat seluler sebelum diizinkan untuk dijual kepada publik.
Nilai SAR yang dilaporkan oleh vendor ponsel bukanlah representasi dari penggunaan sehari-hari secara rata-rata, melainkan angka paling tinggi yang diperoleh dalam kondisi uji coba standar yang dirancang untuk mensimulasikan skenario terburuk. Pengujian ini biasanya dilakukan di laboratorium khusus dengan menempatkan ponsel dalam posisi tertentu di dekat manekin atau materi simulasi jaringan yang menyerupai jaringan kepala atau tubuh manusia. Selama pengujian, ponsel akan mentransmisikan sinyal pada daya maksimumnya di semua frekuensi dan mode operasional yang didukungnya. Prosedur ini memastikan bahwa nilai SAR yang dilaporkan mencerminkan potensi penyerapan energi tertinggi yang mungkin terjadi.
Regulator di seluruh dunia telah menetapkan batas maksimum nilai SAR yang diizinkan untuk melindungi kesehatan masyarakat. Di Uni Eropa, misalnya, batas maksimum nilai SAR yang diizinkan untuk seluruh tubuh adalah 0,08 W/kg, sedangkan untuk kepala ditetapkan sebesar 2 W/kg, dengan pengukuran rata-rata dalam 10 gram jaringan. Sementara itu, di Amerika Serikat, Federal Communications Commission (FCC) menetapkan batas SAR sebesar 1,6 W/kg, yang diukur rata-rata dalam 1 gram jaringan. Batasan ini ditetapkan jauh di bawah level di mana efek panas signifikan diamati atau di mana risiko kesehatan yang merugikan dapat timbul. Adanya margin keamanan yang substansial ini bertujuan untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi semua pengguna, termasuk populasi yang lebih rentan.
Meskipun batas keamanan ini telah ditetapkan berdasarkan riset ilmiah yang ekstensif, kekhawatiran publik tetap ada. Sebagian besar kekhawatiran ini berpusat pada potensi efek non-termal atau efek jangka panjang yang mungkin tidak sepenuhnya terdeteksi oleh pengukuran SAR saat ini. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), bagian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah mengklasifikasikan medan elektromagnetik frekuensi radio sebagai "kemungkinan karsinogenik bagi manusia" (Grup 2B) pada tahun 2011. Klasifikasi ini didasarkan pada studi epidemiologi yang menunjukkan kemungkinan peningkatan risiko glioma (sejenis tumor otak) pada pengguna ponsel berat. Namun, klasifikasi ini juga menegaskan bahwa bukti yang ada belum cukup konklusif untuk menyatakan hubungan sebab-akibat yang pasti, dan penelitian lebih lanjut masih terus berlangsung untuk mengklarifikasi potensi risiko ini.
Dalam konteks ini, daftar ponsel dengan radiasi tertinggi, seperti yang dikumpulkan oleh Gizchina, seringkali menarik perhatian. Penting untuk diingat bahwa "radiasi tertinggi" dalam konteks ini berarti nilai SAR yang mendekati batas atas yang diizinkan, namun masih sepenuhnya dalam batas aman yang ditetapkan oleh regulator. Daftar ini biasanya mencakup model-model terbaru dan berperforma tinggi dari vendor ternama, yang mungkin memerlukan daya transmisi lebih tinggi untuk mendukung fitur-fitur canggih atau konektivitas yang lebih kuat.
Berikut ini 10 HP dengan radiasi tertinggi berdasarkan data yang dihimpun:
1. Motorola Edge 30 Pro
2. Xiaomi 13 Pro
3. OnePlus 11 Pro
4. iQOO 11 Pro
5. ZTE Nubia Red Magic 8 Pro+
6. Vivo X90 Pro+
7. Meizu 20 Pro
8. Redmi K60 Pro
9. Motorola Edge 30
10. OnePlus 11
Perlu ditekankan kembali bahwa nilai indeks SAR yang dilaporkan oleh vendor ponsel menunjukkan skenario terburuk yang diuji di laboratorium. Dalam penggunaan sehari-hari, tingkat paparan radiasi yang sebenarnya seringkali jauh lebih rendah daripada nilai hasil uji coba ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor kunci yang memengaruhi bagaimana ponsel berinteraksi dengan lingkungan dan tubuh pengguna:
1. Kekuatan Sinyal: Ini adalah salah satu faktor paling signifikan. Semakin kuat sinyal jaringan (misalnya, saat berada dekat menara seluler atau di area dengan jangkauan 4G/5G yang optimal), semakin kecil daya yang perlu ditransmisikan oleh ponsel untuk menjaga koneksi. Ini secara otomatis mengurangi nilai SAR yang dipancarkan. Sebaliknya, sinyal yang lemah (misalnya, di dalam gedung, area terpencil, atau lift) akan memaksa ponsel untuk bekerja lebih keras, meningkatkan daya transmisinya dan berpotensi menaikkan nilai SAR yang dipancarkan. Oleh karena itu, hindari penggunaan telepon di area sinyal lemah jika memungkinkan untuk mengurangi paparan.
2. Jarak: Hukum fisika dasar menyatakan bahwa intensitas gelombang elektromagnetik berkurang secara drastis seiring dengan bertambahnya jarak dari sumbernya. Semakin jauh posisi ponsel dari tubuh atau kepala, semakin rendah paparan radiasi yang diterima. Prinsip ini menyoroti manfaat besar menggunakan headset (kabel atau Bluetooth) atau fitur speakerphone untuk menjauhkan ponsel dari kepala saat melakukan panggilan telepon. Menempatkan ponsel di tas dibandingkan saku celana juga dapat mengurangi paparan.
3. Pola Penggunaan: Sebagian besar pengguna tidak mendekatkan ponsel ke kepalanya atau tubuhnya seharian penuh. Durasi panggilan telepon, frekuensi penggunaan data, dan jenis aktivitas (misalnya, hanya browsing atau streaming dibandingkan panggilan suara) semuanya memengaruhi total waktu paparan. Mengurangi durasi panggilan atau beralih ke pesan teks dan panggilan video melalui Wi-Fi dapat mengurangi total paparan radiasi frekuensi radio.
4. Desain Antena dan Lokasi: Desain internal dan penempatan antena di dalam ponsel juga memainkan peran dalam bagaimana radiasi dipancarkan dan diserap. Beberapa desain mungkin lebih efisien dalam memancarkan sinyal ke arah yang diinginkan, sehingga mengurangi radiasi yang tidak perlu diserap oleh tubuh.
5. Teknologi Jaringan: Meskipun semua teknologi jaringan (2G, 3G, 4G, 5G) memancarkan radiasi, cara mereka melakukannya bisa sedikit berbeda. Teknologi yang lebih baru dan efisien mungkin dapat mengirimkan data dengan daya yang lebih rendah untuk jumlah informasi yang sama, meskipun ini bervariasi tergantung pada implementasi dan kondisi jaringan.
Mengingat faktor-faktor ini, pengguna dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengurangi paparan radiasi frekuensi radio dari smartphone mereka. Strategi sederhana meliputi:
- Gunakan Headset atau Speakerphone: Ini adalah cara paling efektif untuk menjauhkan ponsel dari kepala Anda saat berbicara.
- Kirim Pesan Teks atau Gunakan Panggilan Video/VoIP: Jika memungkinkan, pilihlah pesan teks atau aplikasi panggilan berbasis internet (seperti WhatsApp, Zoom) yang seringkali menggunakan daya lebih rendah dibandingkan panggilan suara tradisional.
- Hindari Panggilan di Area Sinyal Lemah: Jika sinyal ponsel Anda lemah, ponsel akan bekerja lebih keras. Tunggu hingga Anda berada di area dengan sinyal yang kuat sebelum melakukan panggilan penting.
- Jangan Dekatkan Ponsel ke Tubuh Saat Tidak Digunakan: Hindari menaruh ponsel di saku celana atau baju dalam waktu lama. Letakkan di meja atau dalam tas.
- Unduh Konten: Untuk video atau musik, unduh terlebih dahulu daripada streaming, terutama di area dengan sinyal kurang stabil.
- Perhatikan Pembaruan Perangkat Lunak: Produsen ponsel terkadang merilis pembaruan yang dapat meningkatkan efisiensi daya ponsel, yang secara tidak langsung dapat mengurangi radiasi.
Pada akhirnya, smartphone adalah alat yang sangat berguna dan telah merevolusi cara kita berkomunikasi dan mengakses informasi. Meskipun kekhawatiran tentang radiasi adalah hal yang wajar, penting untuk mengandalkan informasi ilmiah yang terbukti dan memahami bahwa nilai SAR yang tinggi dalam batas aman bukanlah indikator bahaya. Dengan pemahaman yang baik tentang bagaimana ponsel memancarkan radiasi dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta menerapkan praktik penggunaan yang cerdas, pengguna dapat terus menikmati manfaat teknologi ini dengan tenang dan aman. Penelitian tentang efek jangka panjang dari radiasi frekuensi radio seluler terus berlanjut, dan kita dapat berharap bahwa temuan baru akan terus memperkaya pemahaman kita di masa depan.
