Morning News Summary (09/07/2025): Dinamika Geopolitik, Pasar Komoditas Bergelora, dan Antusiasme IPO di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global.

Morning News Summary (09/07/2025): Dinamika Geopolitik, Pasar Komoditas Bergelora, dan Antusiasme IPO di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global.

Morning News Summary (09/07/2025): Dinamika Geopolitik, Pasar Komoditas Bergelora, dan Antusiasme IPO di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global.

Presiden Donald Trump kembali menegaskan sikap tegasnya terkait kebijakan perdagangan global, menyatakan bahwa batas waktu penerapan tarif resiprokal yang ditetapkan pada 1 Agustus 2025 tidak akan diperpanjang. Pernyataan ini disampaikan meskipun tetap membuka peluang negosiasi dagang, mengindikasikan bahwa Washington siap untuk mempertahankan tekanan jika tidak ada kesepakatan yang memuaskan tercapai sebelum tenggat waktu tersebut. Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari strategi proteksionis Amerika Serikat yang bertujuan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dan melindungi industri domestik, namun di sisi lain berpotensi memicu ketegangan perdagangan lebih lanjut yang dapat berdampak pada rantai pasok global dan stabilitas ekonomi dunia. Keputusan Trump ini menambah lapisan ketidakpastian di pasar internasional, terutama bagi negara-negara mitra dagang utama AS.

Respons pasar terhadap pernyataan Trump cukup beragam. Indeks saham S&P500 di Amerika Serikat menunjukkan penurunan tipis sebesar 0,1%, mencerminkan kehati-hatian investor di tengah prospek perang dagang yang berkelanjutan. Meskipun penurunannya tidak signifikan, hal ini mengindikasikan bahwa sentimen pasar masih rentan terhadap perkembangan geopolitik. Futures saham Asia diperkirakan akan dibuka datar, mengikuti tren pasar AS, seiring dengan sikap "wait-and-see" dari para investor di kawasan tersebut. Sementara itu, dolar AS melanjutkan penguatan tipis, sebuah fenomena yang sering terjadi di tengah ketidakpastian global karena mata uang AS dianggap sebagai aset safe haven. Di sisi lain, harga emas justru mengalami penurunan signifikan sebesar 1%. Penurunan emas ini bisa diinterpretasikan sebagai pergeseran minat investor dari aset lindung nilai tradisional ke komoditas lain yang menawarkan potensi keuntungan lebih besar, atau sebagai respons terhadap penguatan dolar AS yang secara historis berkorelasi negatif dengan harga emas.

Salah satu berita paling mengejutkan datang dari pasar komoditas, di mana harga tembaga di bursa COMEX melonjak fantastis sebesar 13% mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Kenaikan drastis ini dipicu oleh rencana Donald Trump untuk mengenakan tarif impor sebesar 50% bagi tembaga. Kebijakan tarif ini, jika benar-benar diterapkan, akan secara signifikan meningkatkan biaya impor tembaga ke AS, mendorong permintaan domestik dan menekan pasokan global. Tembaga, sebagai logam industri vital yang digunakan dalam berbagai sektor mulai dari konstruksi hingga elektronik dan energi terbarukan, memainkan peran krusial dalam ekonomi global. Lonjakan harga ini tidak hanya mencerminkan reaksi terhadap kebijakan proteksionis AS, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran akan disrupsi pasokan dan potensi dampak inflasi pada industri yang sangat bergantung pada komoditas ini.

Di ranah diplomasi dan perdagangan, delegasi negosiasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat ini tengah berada di Washington, D.C. Kunjungan ini bertujuan untuk melanjutkan dialog dagang pasca penerapan tarif tetap 32% oleh Trump, sebuah keputusan yang mengejutkan para pejabat Indonesia. Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah menyatakan keyakinan bahwa mereka hampir menandatangani "bold agreement" atau perjanjian ambisius dengan Amerika Serikat, yang diharapkan dapat mempererat hubungan ekonomi kedua negara dan memberikan akses pasar yang lebih baik bagi produk-produk Indonesia. Namun, penerapan tarif baru secara sepihak ini telah mengubah dinamika negosiasi dan menimbulkan kekhawatiran serius mengenai daya saing ekspor Indonesia ke pasar AS. Kehadiran Menko Airlangga di Washington menunjukkan komitmen kuat Indonesia untuk mencari solusi damai dan adil, serta melindungi kepentingan ekonomi nasional di tengah tekanan perdagangan global. Diskusi yang sedang berlangsung diharapkan dapat meredakan ketegangan dan menemukan titik temu yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Dari pasar saham domestik, volume transaksi di pasar saham Indonesia menunjukkan perbaikan yang signifikan, sebuah indikasi positif bagi kesehatan pasar modal. Peningkatan ini seiring dengan selesainya proses penawaran umum saham perdana (IPO) dari beberapa emiten "hype" seperti CPRO (PT Century Pasific Tbk.), PGEO (PT Pertamina Geothermal Energy Tbk.), dan AMMN (PT Amman Mineral Internasional Tbk.) kemarin. Kehadiran emiten-emiten besar dengan fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhan yang menarik telah menyedot perhatian investor, mengembalikan nilai transaksi harian di atas angka Rp10 triliun. Hal ini mencerminkan pulihnya kepercayaan investor dan meningkatnya likuiditas di pasar, setelah periode volatilitas yang mungkin disebabkan oleh sentimen global atau penantian IPO-IPO besar tersebut.

Antusiasme pasar diperkirakan akan berlanjut dengan dimulainya perdagangan perdana saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (PRGO) hari ini, emiten terbaru dari grup Prajogo Pangestu yang dikenal sebagai konglomerat dengan jejak rekam sukses di berbagai sektor. Selama periode bookbuilding, PRGO mencatat kelebihan permintaan atau oversubscribe sebanyak 15,06 kali, menunjukkan minat investor institusi yang kuat. Yang lebih mencengangkan, pada masa pooling, permintaan melonjak hingga lebih dari 400 kali, sebuah angka yang luar biasa dan mencerminkan euforia investor ritel. "Hype" yang terjadi pada penawaran IPO PRGO ini diperkirakan akan menjadi sentimen positif bagi emiten-emiten grup Prajogo lainnya, menyusul kesuksesan IPO PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA), serta akuisisi PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) sebelumnya. Fenomena ini menciptakan efek domino yang memacu euforia pada saham-saham terkait seperti PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA), yang telah menunjukkan performa kuat pasca-IPO dan akuisisi di dalam grup.

Analisis sektor Poultry menunjukkan bahwa margin pakan untuk PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) pada kuartal kedua 2025 diperkirakan stabil, didukung oleh biaya input yang terjaga. Namun, tantangan utama datang dari pelemahan harga DOC (Day Old Chick) dan broiler (ayam pedaging) yang menyeret laba turun tajam. Fluktuasi harga produk utama ini seringkali menjadi penentu profitabilitas di industri unggas. Beruntungnya, segmen makanan olahan JPFA berhasil membantu menopang kinerja perusahaan di tengah tekanan harga di segmen inti. Analis kami tetap mempertahankan rekomendasi Overweight pada sektor poultry, dengan harapan adanya rebound di kuartal ketiga 2025. Proyeksi rebound ini didasarkan pada ekspektasi dukungan harga dari pemerintah, yang seringkali turun tangan untuk menstabilkan harga komoditas pangan guna menjaga keseimbangan antara kepentingan peternak dan konsumen. Kebijakan pemerintah, seperti pengaturan harga acuan atau intervensi pasar, akan sangat krusial dalam menentukan arah profitabilitas sektor ini ke depan.

Di sektor pertambangan, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), salah satu raksasa energi di Indonesia, secara resmi menjadi pemegang saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk. (AKPP). AKPP sendiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan bijih nikel, khususnya melalui kegiatan eksplorasi proyek nikel laterit. ADRO mengakuisisi kepemilikan saham sebesar 9,62% di AKPP, sebuah langkah strategis yang mengindikasikan diversifikasi bisnis Adaro melampaui batu bara. Investasi ini menempatkan Adaro lebih dalam ke rantai nilai nikel, komoditas yang sangat diminati di tengah tren global menuju kendaraan listrik (EV) dan energi terbarukan. Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia, dan langkah ADRO ini sejalan dengan ambisi negara untuk menjadi pemain kunci dalam industri baterai EV global. Akuisisi ini tidak hanya akan memperkuat portofolio Adaro, tetapi juga berpotensi memberikan nilai tambah signifikan di masa depan seiring dengan meningkatnya permintaan nikel.

Berikut adalah beberapa agenda korporasi dan ekonomi penting yang perlu dicermati investor:

Agenda Korporasi:

  • 09 Juli 2025:
    • RUPS: PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI), PT Astra International Tbk. (ASII), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI). Rapat Umum Pemegang Saham ini krusial untuk pengambilan keputusan strategis perusahaan, termasuk persetujuan laporan keuangan, penetapan dividen, dan perubahan direksi.
    • IPO Start Trading: PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (PRGO), yang akan menjadi debut yang sangat dinantikan di pasar saham.
  • 10 Juli 2025:
    • Start Trading: PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP)-R (Right Issue).
    • IPO Start Trading: PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA), PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN). Perdagangan perdana saham-saham ini diharapkan akan menjadi katalis positif bagi pasar.
  • 11 Juli 2025:
    • RUPS: PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM).

Agenda Ekonomi:

  • 1. CN – IHK China (Juni): Data Indeks Harga Konsumen (IHK) dari China ini penting untuk mengukur tingkat inflasi di ekonomi terbesar kedua dunia. Angka ini dapat memberikan petunjuk tentang kesehatan konsumsi domestik China dan potensi dampaknya terhadap inflasi global serta kebijakan moneter Bank Sentral China.
  • 2. ID – Penjualan Ritel Indonesia (YoY) (Mei): Data Penjualan Ritel di Indonesia secara tahunan (YoY) untuk bulan Mei ini akan memberikan gambaran tentang tingkat konsumsi rumah tangga, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Peningkatan penjualan ritel mengindikasikan kepercayaan konsumen yang baik dan daya beli yang stabil.
  • 3. US – Lelang Surat Utang 10-Tahun: Lelang surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun ini akan menjadi indikator penting bagi arah suku bunga jangka panjang dan sentimen pasar obligasi. Hasil lelang ini dapat memengaruhi biaya pinjaman global dan valuasi aset-aset berisiko.
  • 4. US – Hasil Rapat FOMC: Notulen dari Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan memberikan wawasan mendalam mengenai pandangan Federal Reserve terhadap kondisi ekonomi, inflasi, dan arah kebijakan moneter AS di masa mendatang, termasuk kemungkinan kenaikan atau penurunan suku bunga.

Pemantauan Khusus/FCA (Full Call Auction):

  • In: Tidak ada emiten baru yang masuk ke daftar pemantauan khusus pada hari ini.
  • Out: PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) telah keluar dari daftar pemantauan khusus. Status FCA diterapkan untuk saham-saham yang memenuhi kriteria tertentu, seperti memiliki likuiditas rendah atau volatilitas tinggi, dan keluarnya emiten dari daftar ini seringkali dianggap sebagai sinyal positif bagi prospek perdagangan saham tersebut.

Disclaimer On: Informasi ini disediakan oleh IndoPremier Wealth Management dan didasarkan pada sumber yang dapat dipercaya, namun tidak menjamin akurasi dan kelengkapan. Keputusan investasi tetap menjadi tanggung jawab masing-masing investor.

Sumber : IPS

Morning News Summary (09/07/2025): Dinamika Geopolitik, Pasar Komoditas Bergelora, dan Antusiasme IPO di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *