
Peluncuran Indonesia AI Center of Excellence (CoE) di Jakarta menandai sebuah tonggak bersejarah dan langkah strategis yang fundamental dalam mengakselerasi visi ambisius Indonesia untuk menjadi kekuatan digital global yang kokoh, didukung oleh fondasi kecerdasan artifisial (AI) yang kuat dan berkelanjutan. Acara yang berlangsung di Hotel The St. Regis Jakarta, Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Jumat (11/7) tersebut, bukan sekadar seremoni, melainkan manifestasi nyata dari komitmen pemerintah dan para pemangku kepentingan industri untuk menempatkan Indonesia di garis depan revolusi AI global.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, dalam sambutannya menegaskan bahwa kehadiran AI CoE memiliki peran yang jauh melampaui simbolisme semata. Ia dirancang secara cermat sebagai penggerak utama dan lengan implementasi yang proaktif dari peta jalan AI nasional yang saat ini sedang dalam tahap penyusunan. "Indonesia AI Center of Excellence bukanlah inisiatif yang terisolasi atau berdiri sendiri. Pusat ini didesain secara khusus untuk berfungsi sebagai lengan implementasi yang efektif, sebuah mesin pendorong yang akan secara langsung menerjemahkan peta jalan AI nasional kita yang akan datang menjadi program-program yang nyata, terukur, dan dapat ditindaklanjuti," ujar Wamen Nezar, memberikan penekanan pada urgensi dan fungsi operasional CoE ini. Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa AI CoE akan menjadi poros sentral yang menerjemahkan kebijakan makro menjadi aksi konkret di lapangan.
Wamen Nezar selanjutnya menjabarkan secara rinci lima pilar penting yang menjadi inti dari peta jalan AI nasional yang akan segera dijalankan. Kelima pilar ini dirancang untuk saling melengkapi dan AI CoE sendiri diposisikan untuk memperkuat masing-masing pilar tersebut secara sinergis. Penjelasan ini memberikan gambaran komprehensif tentang arsitektur strategi AI Indonesia, menyoroti bagaimana setiap komponen berinteraksi untuk mencapai tujuan besar.
Pilar pertama yang menjadi fokus utama adalah etika. Dalam konteks pengembangan AI yang begitu pesat, aspek etika menjadi krusial untuk memastikan bahwa teknologi ini berkembang secara bertanggung jawab dan memberikan manfaat maksimal tanpa menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. "AI CoE akan secara aktif memperjuangkan pengembangan audit etika nasional yang komprehensif. Ini adalah langkah fundamental untuk memastikan bahwa setiap aplikasi dan sistem AI yang kita kembangkan dan adopsi di Indonesia selalu inklusif, adil, transparan, dan tidak diskriminatif," ucap Nezar. Penekanan pada etika mencerminkan kesadaran akan potensi bias algoritma, isu privasi data, serta dampak sosial dan ekonomi dari AI, sehingga diperlukan kerangka kerja yang kuat untuk mengarahkan pengembangannya sesuai nilai-nilai luhur bangsa. Audit etika ini akan memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip ini, melindungi hak-hak individu, dan membangun kepercayaan publik terhadap teknologi AI.
Pilar kedua berpusat pada infrastruktur dan tata kelola data. Fondasi AI yang kuat tidak dapat terwujud tanpa infrastruktur yang mumpuni dan tata kelola data yang efektif. Dalam hal ini, AI CoE akan memperkuat upaya untuk menstandardisasi teknologi dan keamanan infrastruktur AI nasional yang strategis. Ini mencakup pengembangan pusat data berkapasitas tinggi, jaringan konektivitas berkecepatan tinggi, serta ekosistem komputasi awan yang tangguh dan aman. Selain itu, AI CoE juga akan sekaligus memperkuat kerangka tata kelola data untuk menjamin kelancaran interoperabilitas antar sistem dan lembaga, sekaligus memastikan privasi dan keamanan data yang optimal. Standarisasi ini penting untuk menghindari fragmentasi teknologi dan memungkinkan berbagai sistem AI untuk "berbicara" satu sama lain, sementara tata kelola data yang baik adalah tulang punggung inovasi AI yang bertanggung jawab.
Pilar ketiga, yang disebut Wamen Nezar sebagai "aset terbesar kita", adalah bakat manusia. Pengembangan AI tidak akan berarti tanpa talenta-talenta unggul yang mampu merancang, mengembangkan, dan mengelola sistem AI. "Manusia kita adalah bakat terbesar kita, aset terbesar kita. Oleh karena itu, AI CoE akan memberikan dukungan penuh pada program beasiswa, sertifikasi nasional yang terstandarisasi, reformasi kurikulum AI di berbagai jenjang pendidikan, serta program literasi publik yang masif. Semua ini bertujuan untuk memberdayakan jutaan orang Indonesia dengan keterampilan digital yang dibutuhkan untuk masa depan yang semakin didominasi AI," tuturnya dengan antusias. Ini bukan hanya tentang menciptakan ahli data atau insinyur AI, tetapi juga tentang membekali masyarakat umum dengan literasi digital dasar agar mereka dapat berinteraksi secara cerdas dan aman dengan teknologi AI dalam kehidupan sehari-hari, mengurangi kesenjangan digital, dan mempersiapkan tenaga kerja untuk pekerjaan di masa depan yang akan banyak dipengaruhi AI.
Pilar keempat berfokus pada investasi. Adopsi dan pengembangan AI berskala besar membutuhkan alokasi pendanaan yang signifikan. Pada pilar ini, AI CoE akan berperan krusial dalam mengamankan dan mengarahkan pendanaan yang diperlukan, baik dari sumber pemerintah, swasta, maupun internasional. Ini termasuk penyediaan dana investasi AI khusus yang dialokasikan untuk program-program prioritas nasional Indonesia yang terkait dengan AI. Peran ini sangat vital untuk memastikan keberlanjutan proyek-proyek AI strategis, mendorong inovasi, dan menarik lebih banyak investasi di sektor ini. Dengan adanya dana khusus, proyek-proyek inovatif yang mungkin berisiko tinggi namun berpotensi besar dapat didanai, mempercepat terwujudnya solusi AI yang relevan bagi Indonesia.
Pilar terakhir adalah mengenai riset dan pengembangan (RnD). Inovasi AI yang berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui kegiatan riset dan pengembangan yang intensif dan terarah. AI CoE akan berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat adopsi AI melalui riset terapan, yang secara spesifik dirancang untuk menyelesaikan permasalahan dan memanfaatkan peluang unik di Indonesia. Ini akan dilakukan dengan memanfaatkan ekosistem digital Indonesia yang dinamis, serta mendorong pendekatan sumber terbuka (open source) dan inovasi terbuka (open innovation). Pendekatan ini memungkinkan kolaborasi lintas sektor, mempercepat pertukaran pengetahuan, dan mendorong penciptaan solusi AI yang relevan dan dapat diakses oleh lebih banyak pihak, mulai dari sektor kesehatan, pertanian, transportasi, hingga pendidikan.
"Sebagai hub sentral, AI CoE akan berfungsi sebagai platform mercusuar yang memancarkan cahaya untuk mendorong kolaborasi yang erat dan memberdayakan jaringan global maupun lokal. Tujuannya adalah untuk berbagi keahlian terbaik, menyinergikan sumber daya, dan memimpin program-program inovasi transformatif," jelas Nezar, menggambarkan CoE sebagai episentrum kolaborasi. Ini mengindikasikan bahwa CoE tidak hanya akan menjadi pusat pengembangan internal, tetapi juga jembatan yang menghubungkan Indonesia dengan ekosistem AI global, menarik investasi, talenta, dan pengetahuan dari seluruh dunia.
Kolaborasi strategis antara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama dengan perusahaan teknologi terkemuka seperti Indosat Ooredoo Hutchison, Cisco, dan Nvidia, merupakan upaya konkret untuk mewujudkan visi Indonesia Digital di tahun 2045. Masing-masing mitra membawa kekuatan dan keahlian uniknya dalam sinergi ini: Kominfo sebagai regulator dan perumus kebijakan, Indosat Ooredoo Hutchison dengan jangkauan dan infrastruktur telekomunikasinya yang luas, Cisco dengan keahliannya dalam keamanan siber dan jaringan enterprise, serta Nvidia sebagai pemimpin global dalam komputasi AI dan GPU.
Salah satu bentuk kerja sama yang sudah berjalan dan menunjukkan komitmen nyata adalah pendirian AI Center of Excellence di Papua. Inisiatif ini sangat penting untuk membuka akses terkait dengan teknologi AI di sejumlah wilayah Indonesia yang mungkin sebelumnya kurang terjangkau, memastikan inklusivitas dalam pengembangan dan pemanfaatan AI. Kehadiran CoE di Papua menunjukkan komitmen untuk meratakan akses terhadap teknologi canggih ini, sehingga potensi inovasi dapat muncul dari seluruh pelosok negeri.
"Dengan adanya kolaborasi yang kuat dan multi-pihak ini, kita memiliki potensi besar untuk mendidik dan melatih talenta AI di Indonesia yang jumlahnya diperkirakan mencapai sekitar 2 juta orang. Ini merupakan kesempatan yang sangat bagus dan harus dimanfaatkan secara optimal," pungkas Nezar. Ia menambahkan, "Dengan kekuatan komputasi yang tak tertandingi yang dimiliki NVIDIA, serta sistem keamanan siber yang telah disiapkan secara matang oleh Cisco, kita dapat belajar banyak dan mengadopsi teknologi AI ini dengan kecepatan dan efisiensi yang luar biasa."
Peluncuran Indonesia AI Center of Excellence ini bukan hanya sekadar peresmian sebuah fasilitas, melainkan deklarasi niat yang jelas untuk menjadikan Indonesia pemain kunci dalam lanskap AI global. Dengan fondasi etika yang kuat, infrastruktur yang tangguh, talenta yang berdaya saing, investasi yang terarah, dan riset yang inovatif, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan visi digitalnya pada tahun 2045, menciptakan masa depan yang lebih cerdas, lebih inklusif, dan lebih makmur bagi seluruh rakyatnya.
