
Pemerintah Indonesia mengambil langkah progresif dengan meluncurkan inisiatif layanan internet gratis berkecepatan tinggi, sebuah program strategis yang dirancang sebagai penunjang vital bagi Program Sekolah Rakyat. Kebijakan ini bukan sekadar upaya memperluas akses digital, melainkan fondasi krusial dalam memperkuat kualitas pendidikan nasional dan memastikan adaptasi yang komprehensif terhadap laju perkembangan teknologi global yang tak terhindarkan. Dengan janji kecepatan internet hingga 100 Mbps yang akan tersedia di seluruh Sekolah Rakyat yang dicanangkan, pemerintah menegaskan komitmennya untuk menghadirkan lingkungan belajar yang modern dan setara bagi seluruh lapisan masyarakat.
Program Sekolah Rakyat sendiri merupakan salah satu program prioritas utama yang digagas oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto. Visi di balik inisiatif ini sangat jelas: memutus mata rantai kemiskinan struktural melalui perluasan akses pendidikan yang berkualitas, khususnya bagi masyarakat yang berasal dari kelompok kurang mampu dan rentan. Ini adalah investasi jangka panjang dalam sumber daya manusia, memastikan bahwa setiap anak Indonesia, terlepas dari latar belakang sosial-ekonomi mereka, memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi diri dan meraih masa depan yang lebih baik di era digital.
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, secara eksplisit menegaskan bahwa setiap Sekolah Rakyat akan dijamin mendapatkan konektivitas internet dengan kecepatan minimal 100 Mbps. Langkah awal implementasi program ambisius ini telah dimulai dengan menargetkan dua institusi pendidikan sebagai proyek percontohan: Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 19 Kabupaten Bantul dan SRMA 20 Kabupaten Sleman, keduanya berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan lokasi awal ini bertujuan untuk menguji efektivitas dan kesiapan infrastruktur sebelum ekspansi yang lebih luas.
"Kewajiban Komdigi adalah pertama, memastikan infrastruktur digital. Jadi, bahwa Sekolah Rakyat ini juga terkoneksi dengan koneksi internet yang baik dan cepat. Kemudian yang kedua adalah melakukan komunikasi publik dengan baik," ujar Menkomdigi Meutya Hafid pada akhir Juni lalu, menggarisbawahi peran ganda kementeriannya dalam memastikan keberhasilan program ini. Pernyataan ini menegaskan bahwa aspek teknis dan sosialisasi program berjalan seiringan untuk mencapai dampak maksimal.
Kini, kedua unit Sekolah Rakyat di Yogyakarta tersebut telah terbukti tersambung dengan layanan internet berkecepatan tinggi, secara signifikan mendukung kegiatan belajar-mengajar para siswanya. SR Kabupaten Bantul, misalnya, menerima dukungan internet 100 Mbps yang melayani 75 siswa dari tiga rombongan belajar, memungkinkan mereka mengakses sumber daya digital, mengikuti kelas daring, dan melakukan riset tanpa hambatan. Sementara itu, SR Kabupaten Sleman mendapatkan dukungan koneksi yang lebih masif, yakni 200 Mbps, yang akan dimanfaatkan oleh 200 siswa yang berasal dari lima kabupaten/kota berbeda di DIY, menunjukkan kapasitas jaringan yang mampu mengakomodasi kebutuhan yang lebih besar.
Kementerian Komunikasi dan Digital memandang ketersediaan internet cepat sebagai fondasi utama dalam mendukung pelaksanaan Program Sekolah Rakyat di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Dengan target ambisius sebanyak 200 Sekolah Rakyat yang akan mendapatkan akses koneksi internet berkecepatan tinggi, pemerintah bertekad untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan responsif terhadap tuntutan zaman. Langkah ini merupakan bagian integral dari komitmen Komdigi untuk memastikan bahwa setiap anak Indonesia, khususnya mereka yang berasal dari kelompok rentan, memiliki akses yang setara ke pendidikan berbasis teknologi. Hal ini sejalan dengan agenda besar transformasi digital nasional yang bertujuan untuk meningkatkan literasi digital dan keterampilan abad ke-21 di seluruh pelosok negeri.
Menariknya, pembiayaan untuk pengadaan layanan internet 100 Mbps di Sekolah Rakyat ini tidak bersumber dari anggaran Komdigi secara langsung, melainkan sepenuhnya ditanggung oleh Kementerian Sosial. Komdigi, dalam hal ini, bertindak sebagai penyedia layanan dan pelaksana teknis di lokasi, memastikan instalasi dan operasional jaringan berjalan lancar. Kolaborasi lintas kementerian ini menunjukkan sinergi pemerintah dalam mencapai tujuan bersama untuk kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pendidikan. Ini adalah model kerja sama yang efisien, memanfaatkan keahlian masing-masing kementerian untuk mencapai dampak yang lebih besar.
Secara keseluruhan, Sekolah Rakyat direncanakan akan mulai dibuka secara bertahap pada periode Agustus hingga September 2025. Kementerian Sosial menjelaskan bahwa fasilitas pendidikan ini akan memanfaatkan Balai Latihan Kerja (BLK) yang sudah ada, baik yang dimiliki oleh Kementerian Ketenagakerjaan maupun pemerintah daerah di berbagai provinsi, kabupaten, dan kota. Pemanfaatan infrastruktur yang sudah ada ini merupakan strategi cerdas untuk mempercepat implementasi program dan mengoptimalkan penggunaan aset negara, sekaligus menunjukkan efisiensi dalam perencanaan anggaran. BLK, yang selama ini fokus pada pelatihan keterampilan kerja, kini akan bertransformasi menjadi pusat pendidikan yang lebih komprehensif.
"Konsepnya sama persis seperti di SMA Taruna Nusantara dengan nanti di dalamnya ada SD, SMP, dan SMA dengan fasilitas 100 persen dibiayai oleh APBN," ungkap Sekretaris Jenderal Kemensos, Robben Rico, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang standar dan ambisi Program Sekolah Rakyat. Perbandingan dengan SMA Taruna Nusantara, yang dikenal sebagai institusi pendidikan unggulan dengan fasilitas lengkap dan biaya ditanggung negara, menunjukkan bahwa Sekolah Rakyat tidak hanya bertujuan untuk menyediakan akses dasar, tetapi juga pendidikan berkualitas tinggi yang setara. Ini berarti siswa akan mendapatkan akses ke kurikulum yang kuat, tenaga pengajar yang kompeten, dan lingkungan belajar yang mendukung, semuanya tanpa beban biaya bagi keluarga mereka.
Selama masa rintisan dan awal implementasi, pemerintah akan menggunakan skema pinjam pakai gedung selama satu tahun. Gedung-gedung BLK yang dipinjam akan direnovasi sesuai standar yang diperlukan untuk kegiatan belajar-mengajar, dan setelah masa pinjam pakai selesai, gedung tersebut akan dikembalikan dalam kondisi layak guna kepada pemerintah daerah. Skema ini memberikan fleksibilitas dan memungkinkan program untuk segera berjalan tanpa menunggu pembangunan gedung baru, sekaligus memberikan nilai tambah bagi aset daerah. Ini adalah pendekatan pragmatis yang memungkinkan program untuk segera menjangkau masyarakat yang membutuhkan.
Program internet gratis di Sekolah Rakyat ini diharapkan dapat membawa dampak transformatif yang luas. Di tingkat mikro, konektivitas 100 Mbps akan memungkinkan siswa untuk mengakses perpustakaan digital global, mengikuti kursus daring dari berbagai platform pendidikan, berkolaborasi dalam proyek-proyek interaktif, dan mengembangkan keterampilan digital yang esensial untuk masa depan. Guru-guru juga akan mendapatkan manfaat besar, dengan akses ke materi ajar yang lebih kaya, pelatihan daring, dan kemampuan untuk menerapkan metode pengajaran yang lebih inovatif dan berbasis teknologi.
Pada skala yang lebih makro, inisiatif ini adalah langkah penting dalam menjembatani kesenjangan digital yang masih lebar di Indonesia, terutama antara perkotaan dan pedesaan. Dengan memastikan akses internet cepat di daerah-daerah yang mungkin sebelumnya terisolasi secara digital, pemerintah tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan tetapi juga membuka peluang ekonomi dan sosial yang lebih luas bagi komunitas lokal. Ini adalah investasi dalam modal manusia yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan menciptakan masyarakat yang lebih berdaya saing di kancah global.
Lebih dari sekadar konektivitas, program ini juga berpotensi menjadi katalisator bagi pengembangan kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan industri 4.0 dan masyarakat 5.0. Dengan adanya infrastruktur digital yang memadai, Sekolah Rakyat dapat mengintegrasikan mata pelajaran seperti pemrograman dasar, kecerdasan buatan, keamanan siber, dan literasi media digital sebagai bagian integral dari pendidikan. Ini akan membekali siswa dengan keterampilan yang sangat dicari di pasar kerja modern, mempersiapkan mereka tidak hanya sebagai pekerja tetapi juga sebagai inovator dan pemecah masalah.
Tentu saja, keberhasilan jangka panjang program ini akan sangat bergantung pada beberapa faktor kunci. Pertama, keberlanjutan pembiayaan dan pemeliharaan infrastruktur. Kedua, ketersediaan konten pendidikan digital yang berkualitas dan relevan. Ketiga, pelatihan dan pengembangan profesional guru agar mereka mampu memanfaatkan teknologi secara optimal dalam proses belajar-mengajar. Dan keempat, kolaborasi yang erat antara Komdigi, Kemensos, Kemenaker, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta pemerintah daerah untuk memastikan sinkronisasi program dan menghindari duplikasi.
Secara keseluruhan, layanan internet gratis 100 Mbps di Sekolah Rakyat adalah lebih dari sekadar fasilitas; ini adalah investasi strategis dalam masa depan bangsa. Ini adalah upaya nyata pemerintah untuk menciptakan pendidikan yang inklusif, modern, dan relevan, yang pada akhirnya akan memutus rantai kemiskinan dan membangun fondasi bagi Indonesia yang lebih maju dan berdaya saing di era digital. Dengan komitmen yang kuat dan implementasi yang terencana, Program Sekolah Rakyat berpotensi menjadi mercusuar harapan bagi jutaan anak Indonesia yang mendambakan kesempatan pendidikan yang setara dan berkualitas.
