
Penampilan Memukau Kunto Aji di Prambanan Jazz Festival 2025: Harmoni Melodi di Bawah Langit Prambanan
Prambanan Jazz Festival (PJF) 2025 kembali mengukir sejarah dengan persembahan musik yang memukau, di mana salah satu puncak kemeriahannya adalah penampilan istimewa dari penyanyi dan penulis lagu berbakat, Kunto Aji. Pada hari Sabtu, 5 Juli 2025, di bawah langit senja yang memayungi kemegahan Candi Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kunto Aji sukses menghipnotis ribuan penonton dengan alunan melodi dan lirik yang dalam. Kolaborasi apiknya dengan Dere menambah dimensi baru pada malam yang penuh magis tersebut, mengukuhkan tema PJF 2025 "Sebelas Selaras" yang merayakan harmoni dan keselarasan dalam bermusik dan berkehidupan.
Prambanan Jazz Festival, sejak pertama kali digelar, telah memposisikan dirinya bukan hanya sebagai ajang festival musik biasa, melainkan sebuah perpaduan unik antara seni pertunjukan kontemporer dengan warisan budaya adiluhung Indonesia. Kawasan Candi Prambanan yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, menjadi latar belakang yang tak tertandingi, menciptakan atmosfer yang spiritual sekaligus megah. Setiap tahun, PJF selalu berhasil menarik musisi-musisi papan atas dari dalam dan luar negeri, serta ribuan penikmat musik dari berbagai penjuru. Edisi ke-11 ini, yang mengusung tajuk "Sebelas Selaras," secara implisit merayakan perjalanan satu dekade lebih PJF dalam menghadirkan harmoni musik di tengah keagungan sejarah. Tema ini juga merefleksikan upaya festival untuk menyelaraskan berbagai elemen: genre musik, generasi musisi, dan tentunya, keindahan alam serta budaya. Kehadiran Kunto Aji di panggung utama PJF 2025 adalah salah satu yang paling dinanti, mengingat reputasinya sebagai musisi yang selalu menghadirkan pertunjukan yang personal dan penuh makna.
Kunto Aji, dengan ciri khas musiknya yang kerap menyentuh isu-isu personal dan kesehatan mental, telah menjadi salah satu suara paling relevan di industri musik Indonesia. Sejak kemunculannya sebagai finalis ajang pencarian bakat, Kunto Aji telah menunjukkan evolusi artistik yang signifikan. Album-albumnya seperti "Mantra Mantra" dan "Satu Per Satu" tidak hanya sukses secara komersial tetapi juga diakui secara kritis karena kedalaman lirik dan eksplorasi musikalnya yang berani, memadukan elemen pop, neo-soul, dan folk dengan sentuhan elektronik. Ia dikenal dengan lirik-lirik introspektif yang mengajak pendengar untuk merenung, mencari kedamaian batin, dan menerima diri sendiri. Kunto Aji tidak hanya sekadar bernyanyi; ia bercerita, ia berbagi pengalaman, dan ia membangun koneksi emosional yang kuat dengan audiensnya melalui kejujuran dalam setiap karyanya. Oleh karena itu, penampilan Kunto Aji di sebuah panggung seikonik Prambanan Jazz Festival adalah janji akan sebuah pengalaman yang tidak hanya menghibur telinga, tetapi juga menenangkan jiwa.
Malam itu, di hadapan ribuan pasang mata yang antusias, panggung utama PJF 2025 menyala terang saat Kunto Aji melangkah ke atas pentas. Gemuruh sorak sorai penonton langsung menyambutnya, mengisi udara yang sejuk di kawasan candi. Dengan senyum khasnya dan aura tenang namun karismatik, Kunto Aji membuka penampilannya. Setiap petikan gitar dan alunan nada yang keluar dari band pengiringnya terasa begitu presisi, mengisi ruang terbuka dengan kualitas suara yang prima, berkat tata suara yang canggih yang menjadi salah satu keunggulan PJF. Visual panggung yang dirancang minimalis namun elegan, dengan pencahayaan yang menyorot relief-relief candi di kejauhan, menciptakan latar yang epik dan syahdu.
Kunto Aji tidak membuang waktu untuk langsung menyajikan hits-hits andalannya yang sudah sangat akrab di telinga para penggemar. Penampilannya dimulai dengan lagu "Jernih," sebuah komposisi yang menenangkan dan mengajak pendengar untuk mencari kejelasan di tengah hiruk pikuk kehidupan. Lirik-liriknya yang puitis dan melodi yang mengalir lembut menciptakan suasana kontemplatif, seolah membersihkan pikiran dari segala beban. Penonton terlihat ikut larut, ada yang memejamkan mata, ada yang mengayunkan tangan perlahan, merasakan setiap kata yang diucapkan Kunto Aji. Energi kolektif ini semakin terasa ketika Kunto Aji melanjutkan dengan "Selaras," lagu yang sangat relevan dengan tema festival tahun ini. Lagu ini berbicara tentang menemukan keseimbangan dan harmoni dalam hubungan maupun dalam diri sendiri, sebuah pesan yang resonan dengan lokasi yang sakral dan tujuan festival itu sendiri. Cahaya sorot lampu yang menari-nari di antara pilar-pilar candi seolah ikut "menari selaras" dengan irama lagu, menciptakan pemandangan yang tak terlupakan.
Puncak emosional dari penampilan Kunto Aji malam itu mungkin adalah saat ia membawakan "Rehat." Lagu ini, yang telah menjadi semacam "anthem" bagi banyak orang yang sedang berjuang dengan isu kesehatan mental, disambut dengan gemuruh tepuk tangan. Kunto Aji menyanyikannya dengan penuh penghayatan, suaranya yang khas menyampaikan kehangatan dan dukungan. Ribuan penonton serempak ikut bernyanyi, menciptakan paduan suara raksasa yang syahdu, seolah menemukan kenyamanan kolektif dalam melodi dan lirik yang menenangkan. Momen ini bukan hanya tentang mendengarkan musik, melainkan tentang berbagi pengalaman, melepaskan beban, dan menemukan kekuatan untuk "rehat" sejenak dari hiruk pikuk dunia.
Tidak hanya memanjakan penonton dengan hits solonya, Kunto Aji juga menghadirkan kejutan istimewa dengan mengundang Dere, musisi muda bertalenta yang juga dikenal dengan gaya musik dan liriknya yang unik serta puitis. Kehadiran Dere menambah dimensi baru pada pertunjukan Kunto Aji. Sinergi vokal keduanya begitu harmonis, menciptakan duet yang memukau. Suara lembut Dere yang khas berpadu apik dengan vokal Kunto Aji yang menenangkan, menghasilkan interpretasi lagu-lagu yang segar dan penuh nuansa. Kolaborasi ini menunjukkan kekayaan musik Indonesia dan bagaimana musisi lintas generasi dapat berinteraksi dan menghasilkan karya yang indah bersama. Interaksi Kunto Aji dan Dere di atas panggung juga sangat natural dan hangat, menambah keakraban suasana konser. Mereka berbagi panggung dengan chemistry yang solid, menunjukkan profesionalisme dan kecintaan mereka pada musik.
Penampilan Kunto Aji di PJF 2025 bukan hanya sekadar konser musik; ia adalah sebuah pengalaman multisentris yang memadukan seni, sejarah, dan emosi. Di tengah lanskap Candi Prambanan yang megah, musik Kunto Aji yang introspektif dan menenangkan menemukan resonansi yang lebih dalam. Festival ini berhasil menciptakan ruang di mana melodi modern berinteraksi dengan warisan masa lalu, mengingatkan kita akan keindahan yang abadi dan pentingnya menjaga keseimbangan dalam hidup. PJF sendiri telah menjadi duta budaya dan pariwisata yang efektif, menarik perhatian dunia pada kekayaan Indonesia tidak hanya melalui situs bersejarahnya tetapi juga melalui talenta-talenta musiknya yang luar biasa. Keberhasilan Kunto Aji dalam menyampaikan pesan-pesan positif melalui musiknya di panggung seikonik ini menegaskan posisinya sebagai salah satu musisi paling berpengaruh di generasinya, yang mampu menyentuh hati dan pikiran banyak orang.
Malam itu, Sabtu, 5 Juli 2025, di bawah langit Prambanan yang bertabur bintang, Kunto Aji dan Dere telah memberikan lebih dari sekadar penampilan. Mereka menyajikan sebuah perjalanan emosional, sebuah undangan untuk merenung, dan sebuah perayaan harmoni. Setiap nada yang dilantunkan, setiap lirik yang diucapkan, beresonansi dengan jiwa para penonton, menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Prambanan Jazz Festival 2025 dengan tema "Sebelas Selaras" telah membuktikan bahwa musik adalah bahasa universal yang mampu menyatukan, menyembuhkan, dan menginspirasi, terutama ketika ia dipersembahkan di tengah keindahan dan keagungan sejarah. Penampilan Kunto Aji adalah salah satu bukti nyata keajaiban tersebut, meninggalkan kesan mendalam dan harapan akan lebih banyak lagi harmoni di masa depan.
