Penemuan Bentang Alam Purba dan Sungai Raksasa di Bawah Lapisan Es Antartika Ungkap Sejarah Benua dan Kunci Prediksi Kenaikan Permukaan Laut Global

Penemuan Bentang Alam Purba dan Sungai Raksasa di Bawah Lapisan Es Antartika Ungkap Sejarah Benua dan Kunci Prediksi Kenaikan Permukaan Laut Global

Ilmuwan telah membuat penemuan yang menakjubkan, mengungkap bentang alam yang telah lama hilang dan terawetkan secara luar biasa di bawah Lapisan Es Antartika selama lebih dari 30 juta tahun. Penelitian mutakhir ini mengonfirmasi keberadaan sistem sungai raksasa purba yang pernah mengalir di benua beku tersebut, jauh sebelum ia tertutup oleh selimut es tebal yang kita kenal sekarang. Temuan ini tidak hanya merevolusi pemahaman kita tentang sejarah geologis Antartika, tetapi juga memberikan wawasan krusial tentang dinamika aliran es dan potensi dampaknya terhadap kenaikan permukaan laut global di masa depan.

Erosi intensif oleh sungai-sungai purba ini tampaknya telah mengukir permukaan datar yang luas dan jaringan lembah yang dalam di bawah es di Antartika Timur, sebuah proses yang diyakini terjadi antara 80 juta dan 34 juta tahun yang lalu. Periode ini adalah masa transisi signifikan bagi Antartika, dari benua yang lebih hangat dan bervegetasi lebat menjadi gurun es yang dingin. Memahami bagaimana fitur-fitur geologis kuno ini terbentuk, dan bagaimana mereka terus memengaruhi lanskap subglasial serta aliran es saat ini, adalah kunci untuk menyempurnakan prediksi hilangnya es di masa mendatang. Penemuan yang monumental ini dilaporkan oleh para peneliti di jurnal bergengsi Nature Geoscience pada 11 Juli 2025, mengundang perhatian luas dari komunitas ilmiah dan publik.

"Kami telah lama tertarik dan bingung dengan fragmen bukti lanskap ‘datar’ yang tersembunyi di bawah lapisan es Antartika," ujar rekan penulis studi, Neil Ross, seorang ahli geofisika terkemuka dari Newcastle University di Inggris. Selama bertahun-tahun, data geofisika yang terpisah-pisah dan tidak lengkap telah mengisyaratkan keberadaan struktur-struktur aneh di bawah es, namun kepingan-kepingan teka-teki itu belum pernah berhasil disatukan menjadi gambaran yang koheren. "Studi ini menyatukan potongan-potongan data yang membingungkan untuk mengungkap gambaran besar: bagaimana permukaan purba ini terbentuk, perannya dalam menentukan aliran es saat ini, dan kemungkinan pengaruhnya terhadap bagaimana Lapisan Es Antartika Timur akan berevolusi di dunia yang semakin memanas," jelas Ross, menekankan pentingnya temuan ini dalam konteks perubahan iklim global.

Lapisan Es Antartika Timur (East Antarctic Ice Sheet/EAIS) adalah massa es tunggal terbesar di Bumi, menyimpan volume air beku yang luar biasa. Jika EAIS mencair seluruhnya—sebuah skenario ekstrem yang para ilmuwan berusaha keras untuk memprediksinya secara akurat—permukaan laut global dapat meningkat lebih dari 50 meter. Konsekuensi dari kenaikan permukaan laut sebesar itu akan sangat menghancurkan, mengubah garis pantai di seluruh dunia dan mengancam jutaan penduduk pesisir. Oleh karena itu, untuk memprediksi secara akurat seberapa besar lapisan es tersebut akan mencair di tahun-tahun dan abad-abad mendatang, para ilmuwan perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang perilaku masa lalunya serta kondisi geologis di dasarnya. Batuan dasar yang mendasari lapisan es berfungsi sebagai fondasi yang memengaruhi aliran es, dan penemuan ini memberikan detail yang belum pernah ada sebelumnya tentang fondasi tersebut.

Dalam studi baru yang inovatif ini, para peneliti memanfaatkan dan menganalisis data radar yang dikumpulkan dari empat survei sebelumnya yang dilakukan di wilayah Antartika Timur. Teknologi radar, yang bekerja dengan memancarkan gelombang elektromagnetik yang menembus es dan memantul dari batuan dasar, memungkinkan para ilmuwan untuk memetakan bentuk topografi di bawah lapisan es yang tebal. "Ketika kami memeriksa citra radar topografi sub-es di wilayah ini, permukaan-permukaan yang sangat datar ini mulai muncul hampir di mana pun kami memandang," ujar rekan penulis studi, Guy Paxman, seorang ahli geofisika kutub dari Durham University, Inggris. Keberadaan permukaan datar yang begitu luas dan konsisten adalah sebuah kejutan yang menyenangkan bagi tim peneliti.

Paxman lebih lanjut menjelaskan bahwa "Permukaan datar yang kami temukan telah berhasil bertahan relatif utuh selama lebih dari 30 juta tahun, menunjukkan bahwa sebagian lapisan es telah mengawetkan, alih-alih mengikis, lanskap." Ini adalah poin penting. Lazimnya, massa es yang bergerak akan mengikis dan mengubah topografi di bawahnya. Namun, dalam kasus ini, tampaknya kondisi tertentu di Antartika Timur memungkinkan lapisan es untuk bertindak sebagai selimut pelindung, menjaga fitur-fitur kuno tetap utuh, sebuah fenomena yang jarang terjadi dan memberikan jendela unik ke masa lalu geologis Bumi.

Hamparan datar tersebut, yang diselingi oleh palung-palung yang dalam dan lembah-lembah yang diyakini merupakan bekas jalur sungai purba, menutupi garis pantai Antartika Timur sepanjang 3.500 kilometer. Skala bentang alam ini menunjukkan sistem hidrologi yang sangat besar di masa lalu. Para peneliti berhipotesis bahwa hamparan ini kemungkinan besar terbentuk sebelum Lapisan Es Antartika Timur terbentuk sepenuhnya, tetapi setelah superbenua Gondwana—yang meliputi Antartika, Australia, Afrika, dan India modern—mulai terpecah. Proses pemecahan Gondwana adalah peristiwa geologis besar yang membentuk distribusi benua-benua seperti yang kita kenal sekarang. Berdasarkan perkiraan waktu pemecahan Gondwana dan pembentukan lapisan es, para peneliti berhasil menentukan tanggal bagian datar tersebut antara 80 juta hingga 34 juta tahun lalu, menempatkannya pada era Eosen dan Oligosen. Pada masa itu, Antartika memiliki iklim yang jauh lebih hangat, memungkinkan keberadaan sungai-sungai besar dan vegetasi.

Interaksi antara topografi subglasial yang baru ditemukan ini dan dinamika aliran es saat ini adalah aspek krusial dari penelitian ini. Di atas permukaan datar ini, es Antartika bergerak cukup lambat. Kecepatan aliran es yang rendah di area-area ini menciptakan semacam "rem" alami yang mengatur laju hilangnya es dari benua. Namun, di palung-palung yang dalam di antara permukaan datar tersebut, es mengalir jauh lebih cepat. Para ilmuwan menduga bahwa air lelehan purba mungkin telah mengukir palung-palung ini dengan mengalir melalui cekungan alami saat Lapisan Es Antartika Timur mulai meluas jutaan tahun yang lalu. Pola aliran es yang kontras ini—lambat di atas dataran dan cepat di palung—memiliki implikasi besar terhadap stabilitas lapisan es secara keseluruhan.

Aliran es yang lambat di atas permukaan datar kemungkinan besar berfungsi sebagai faktor pengatur utama hilangnya es dari benua, tulis para peneliti dalam studi tersebut. Ini berarti bahwa fitur-fitur geologis kuno ini secara langsung memengaruhi seberapa cepat Antartika kehilangan esnya ke lautan. Memahami "kontrol" alami ini sangat penting untuk membangun model iklim yang lebih akurat dan memprediksi respons lapisan es terhadap perubahan suhu global. Penelitian lebih lanjut, seperti memperoleh dan menganalisis sampel batuan langsung dari bawah es, dapat menyempurnakan proyeksi hilangnya es dan kenaikan permukaan laut di masa mendatang. Sampel batuan dapat memberikan data geokronologi yang lebih tepat, mengungkapkan komposisi mineral yang memengaruhi sifat termal, dan memberikan bukti langsung tentang sejarah erosi dan pengendapan.

"Informasi seperti bentuk dan geologi permukaan yang baru dipetakan akan membantu meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana es mengalir di tepi Antartika Timur," kata Paxman. Pengetahuan yang lebih baik tentang bagaimana lapisan es berinteraksi dengan batuan dasar di bawahnya adalah kunci untuk memprediksi perilakunya di masa depan. "Hal ini pada gilirannya akan memudahkan prediksi bagaimana Lapisan Es Antartika Timur dapat memengaruhi permukaan laut pada berbagai tingkat pemanasan iklim di masa mendatang," tutupnya.

Penemuan bentang alam purba dan sistem sungai raksasa di bawah Lapisan Es Antartika ini adalah contoh luar biasa dari bagaimana masa lalu geologis Bumi memegang kunci untuk memahami tantangan lingkungan masa kini dan masa depan. Ini adalah pengingat bahwa di balik massa es yang tampak tak bergerak, terdapat sejarah yang kaya dan kompleks yang terus memengaruhi nasib planet kita. Dengan terus menjelajahi dan memetakan "dunia yang hilang" ini, para ilmuwan berharap dapat memberikan prediksi yang lebih akurat dan tepat waktu, membantu umat manusia beradaptasi dengan perubahan iklim yang tak terhindarkan dan memitigasi dampak terburuknya.

Penemuan Bentang Alam Purba dan Sungai Raksasa di Bawah Lapisan Es Antartika Ungkap Sejarah Benua dan Kunci Prediksi Kenaikan Permukaan Laut Global

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *