
Sebuah penemuan arkeologi yang menggemparkan telah kembali menyorot kekayaan sejarah Mesir Kuno, khususnya era Firaun Ramses II, salah satu penguasa paling ikonik dan berkuasa dalam sejarah Mesir. Sekelompok arkeolog Mesir berhasil mengungkap pedang perunggu milik Ramses II, sebuah artefak langka yang memberikan wawasan baru tentang kekuatan militer dan administrasi kerajaannya. Pedang bersejarah ini ditemukan selama kegiatan penggalian arkeologi yang intens di Provinsi Beheira, Mesir, sebuah wilayah yang kaya akan situs-situs kuno.
Penemuan signifikan ini, yang menarik perhatian dunia ilmiah dan publik, terjadi di situs kuno Tell Al-Abqain, yang terletak di distrik Hosh Issa. Pedang tersebut ditemukan terkubur di antara struktur bangunan dari batu bata lumpur, yang diidentifikasi sebagai bagian dari barak militer dan ruang penyimpanan senjata serta perbekalan. Lokasi penemuan ini sendiri mengindikasikan fungsi strategis situs tersebut pada masa lampau, memberikan konteks yang kuat bagi keberadaan pedang seorang firaun.
Menurut laporan dari Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir, pedang perunggu yang memukau ini dihiasi dengan ukiran logo kerajaan Ramses II, sebuah cartouche yang mengukuhkan kepemilikannya. Artefak ini telah terpendam selama lebih dari 3.000 tahun di dalam benteng militer Tell Al-Abqain, yang berlokasi strategis di timur laut Mesir, tepatnya di selatan Alexandria. Yang paling menakjubkan, meskipun terkubur selama ribuan milenium, pedang itu masih memancarkan kilauannya saat pertama kali ditemukan. Keadaan yang luar biasa ini menunjukkan kualitas pengerjaan material perunggu pada masa itu serta kondisi lingkungan yang kering dan minim oksigen di dalam tanah, yang secara efektif mengawetkan artefak tersebut dari korosi parah.
Harta Karun Militer dari Benteng Strategis
Benteng Al-Abqain tidak sekadar sebuah situs militer biasa; ia merupakan pos militer strategis yang vital bagi Mesir kuno. Fungsinya adalah menjaga perbatasan barat laut negara tersebut dari ancaman invasi suku Libya di bagian barat dan serangan misterius "Bangsa Laut" dari arah Mediterania. Keberadaan benteng ini menegaskan prioritas pertahanan Mesir pada masa Ramses II, yang sering terlibat dalam berbagai konflik regional.
Dr. Ahmed Saeed El-Kharadly, yang memimpin tim penggalian, menjelaskan bahwa Al-Abqain berfungsi sebagai barak utama bagi para prajurit. Di dalamnya terdapat gudang penyimpanan yang luas, berisi berbagai macam senjata, persediaan makanan, dan perbekalan militer lainnya yang esensial untuk mendukung operasi pertahanan. Penemuan ini memperkaya pemahaman kita tentang logistik militer Mesir Kuno dan bagaimana mereka mempertahankan wilayah kekuasaannya yang luas.
Selain pedang Ramses II yang menjadi sorotan utama, tim arkeolog juga menemukan berbagai artefak lain yang memberikan gambaran lengkap tentang kehidupan di benteng tersebut. Di antara temuan-temuan penting adalah lumbung besar yang menunjukkan kapasitas penyimpanan pangan yang signifikan, toples penyimpanan keramik yang digunakan untuk berbagai keperluan, aplikator gading yang mungkin digunakan untuk kosmetik atau ritual, manik-manik akik, serta jimat pelindung yang mencerminkan kepercayaan spiritual prajurit dan penghuni benteng.
Lebih lanjut, penggalian juga mengungkap potongan-potongan tembikar besar yang masih berisi tulang ikan dan hewan, menunjukkan pola makan dan sumber daya yang tersedia bagi para prajurit. Panci masak, serta barang-barang pribadi seperti toples gading dan batu akik, dan manik-manik merah dan biru, memberikan sentuhan kemanusiaan pada situs tersebut, menunjukkan bahwa benteng ini tidak hanya dihuni oleh prajurit, tetapi juga mungkin ada keluarga atau pekerja pendukung yang tinggal di sana. Keberadaan pedang yang menampilkan cartouche milik Ramses II, sebuah ukiran atau grafir berbentuk oval yang berisikan huruf hieroglif merujuk ke nama firaun, secara langsung menghubungkan situs ini dengan pemerintahan Ramses II.
Pada masa pemerintahan Ramses II, Mesir memang terlibat dalam banyak konflik berskala besar. Yang paling terkenal adalah pertempuran melawan bangsa Het, kekuatan besar lainnya di Timur Tengah kuno, yang berpuncak pada Pertempuran Kadesh. Selain itu, Mesir juga sering menghadapi serbuan dari suku-suku Libya di perbatasan barat dan ancaman yang lebih misterius dari "Bangsa Laut" yang menghancurkan peradaban di Mediterania Timur pada akhir Zaman Perunggu. Konflik-konflik ini mengharuskan Mesir memiliki jaringan pos militer yang kuat dan terorganisir, seperti yang ditemukan di Al-Abqain, untuk melindungi wilayah dan mempertahankan kekuasaannya. Sebuah balok batu kapur yang bertuliskan nama Ramses II juga ditemukan di benteng tersebut, yang semakin menggarisbawahi signifikansi dan perannya selama masa pemerintahannya yang panjang dan berpengaruh.
Meskipun era Ramses II ditandai dengan tuntutan militer yang tinggi dan perang yang berulang, masa pemerintahannya juga dikenal sebagai periode kemakmuran dan berkembangnya seni dan budaya yang luar biasa. Firaun ini adalah seorang pembangun yang ambisius, yang memerintahkan pembangunan banyak kuil megah, monumen kolosal, dan kota-kota baru, seperti Pi-Ramesses, ibu kota barunya. Warisan arsitektur dan seni ini telah meninggalkan banyak artefak bagi para arkeolog untuk dijelajahi dan dipelajari, terus memperkaya pemahaman kita tentang peradaban Mesir Kuno.
Ramses II: Firaun Agung dan Penemuan Terkait Lainnya
Ramses II, yang sering dijuluki Ramses Agung, memerintah Mesir selama periode yang luar biasa panjang, yaitu dari tahun 1279 SM hingga 1213 SM, menjadikannya salah satu firaun dengan masa kekuasaan terlama. Selama masa pemerintahannya yang gemilang, ia berhasil memperluas batas wilayah kekaisaran Mesir hingga ke wilayah yang saat ini dikenal sebagai Suriah di utara dan Sudan di selatan. Sebagai firaun dari Dinasti Kesembilan Belas, warisan kekayaan dan kekuasaannya terbukti dalam serangkaian penemuan arkeologi terkini yang terus-menerus mengungkap kekaisarannya yang luas dan telah lama hilang.
Penemuan pedang ini hanyalah salah satu dari serangkaian temuan penting yang terkait dengan Ramses II dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2017, sebuah kuil yang didedikasikan khusus untuk Ramses II digali di wilayah Badrashin di Giza. Kuil ini, seperti banyak proyek pembangunannya, menjadi bukti pengabdian Ramses II kepada dewa-dewa Mesir dan usahanya untuk mengabadikan namanya dalam sejarah.
Tahun lalu, para arkeolog membuat penemuan yang tak kalah menakjubkan: mereka menemukan 2.000 kepala domba jantan di kuilnya. Penemuan ini menyoroti pengaruh abadi pemerintahannya dan pentingnya ritual keagamaan pada masa itu. Domba jantan seringkali diasosiasikan dengan dewa Amun-Ra, salah satu dewa terpenting dalam panteon Mesir, menunjukkan dedikasi Ramses II terhadap pemujaan dewa dan stabilitas spiritual kerajaannya. Ribuan kepala domba ini kemungkinan besar adalah persembahan yang dilakukan selama berabad-abad, menumpuk sebagai bagian dari ritual keagamaan yang berkelanjutan.
Awal tahun ini, bagian atas dari patung raksasa Ramses II juga ditemukan di dekat kota kuno Hermopolis (sekarang el-Ashmunein), sekitar 250 km di selatan Kairo. Patung tersebut, dengan tinggi sekitar 3,8 meter, memperlihatkan Ramses II mengenakan mahkota ganda, yang melambangkan kekuasaannya atas Mesir Hulu dan Hilir, serta hiasan kepala yang dihiasi ular kobra kerajaan (uraeus), simbol perlindungan ilahi dan legitimasi firaun. Menurut pernyataan dari Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir, hieroglif yang terukir di bagian belakang patung mencantumkan berbagai gelar firaun, yang merayakan prestasi, kekuatan, dan kejayaannya selama memerintah. Penemuan patung ini diharapkan dapat membantu para ahli merekonstruksi citra lengkap firaun yang mengagumkan ini.
Penemuan-penemuan beruntun ini, dari pedang militer yang terkubur hingga patung kolosal dan persembahan keagamaan, terus memperkaya narasi sejarah Ramses Agung. Mereka tidak hanya mengisi kekosongan dalam catatan sejarah, tetapi juga memberikan bukti fisik yang kuat tentang skala ambisi, kekuasaan, dan pengaruh Ramses II yang tak tertandingi. Setiap artefak yang ditemukan adalah jendela ke masa lalu, memungkinkan para sejarawan dan arkeolog untuk merangkai kembali mozaik kehidupan di Mesir kuno dan memahami lebih dalam warisan abadi salah satu firaun terhebat sepanjang masa.
