Review Mendalam Lenovo Legion Pro 7i Gen 10 (2025): Monster Gaming Pengganti Desktop yang Tak Tertandingi

Review Mendalam Lenovo Legion Pro 7i Gen 10 (2025): Monster Gaming Pengganti Desktop yang Tak Tertandingi

Lenovo Legion Pro 7i Gen 10 (2025) hadir sebagai gebrakan terbaru dari Lenovo di pasar laptop gaming kelas atas, secara ambisius diposisikan sebagai pengganti desktop berkat spesifikasi yang luar biasa gahar. Ini adalah sebuah pernyataan tegas dari Lenovo, menghadirkan monster 16 inci yang dijejali dengan komponen-komponen tercanggih dari Intel dan Nvidia. Pertanyaannya, apakah performa kencang saja cukup untuk menobatkannya sebagai salah satu laptop gaming terbaik tahun ini?

Penulis berkesempatan untuk menguji langsung varian tertinggi yang tersedia: ditenagai oleh prosesor Intel Core Ultra 9 275HX, didukung RAM 32 GB, dan disokong kartu grafis Nvidia GeForce RTX 5090. Konfigurasi ini jelas merupakan puncak dari lini Legion Pro 7i, bahkan mungkin tergolong "overkill" untuk mayoritas pengguna biasa. Namun, bagi para antusias yang memiliki anggaran memadai dan menginginkan performa tanpa kompromi, pilihan ini tentu sangat menggoda dan menjanjikan pengalaman gaming serta komputasi yang tak tertandingi.

Desain: Kekar, Berat, dengan Sentuhan Kontroversial

Legion Pro 7i Gen 10 kali ini mengusung sasis baru yang, tak bisa dimungkiri, sangat besar dan berat. Dengan dimensi 365 x 276 mm, sedikit lebih lebar dari generasi sebelumnya, dan bobot mencapai 2,57 kg, laptop ini memang bukan untuk mereka yang mencari portabilitas. Namun, di balik ukurannya yang bongsor, terasa kualitas build yang sangat premium. Seluruh bagian bodi dibalut material metal hitam doff yang kokoh, memberikan kesan solid tanpa ada bunyi keretak-keretak atau bagian yang mudah melengkung. Ini adalah konstruksi yang dirancang untuk daya tahan dan stabilitas, mencerminkan komponen bertenaga di dalamnya.

Aspek desain yang mungkin menimbulkan pro dan kontra justru terletak pada implementasi RGB-nya. Lenovo menyertakan logo "LEGION" berukuran besar yang menyala di punggung layar, sebuah lightbar RGB yang membentang memutar di bagian belakang bodi, ditambah logo "LEGION" kecil di bawah tombol power yang selalu menyala. Bagi sebagian pengguna, terutama di komunitas gaming, pencahayaan RGB yang melimpah ini adalah daya tarik utama yang menonjolkan identitas gaming. Namun, bagi yang mencari tampilan lebih minimalis atau sering menggunakan laptop di lingkungan gelap, cahaya terang ini bisa terasa mengganggu, layaknya "lampu senter kecil yang menempel di mata," seperti yang diungkapkan pengulas. Ini adalah masalah selera pribadi yang tidak mengurangi fungsionalitas inti laptop.

Perubahan signifikan lainnya adalah penempatan port. Di generasi ini, Lenovo memutuskan untuk mengorbankan port di bagian belakang demi sistem pendinginan yang lebih masif. Akibatnya, semua konektivitas utama kini berpindah ke sisi samping kiri dan kanan. Ini bisa menjadi sedikit merepotkan bagi pengguna yang terbiasa mencolokkan banyak perangkat secara bersamaan, karena kabel-kabel dapat mengganggu area kerja atau meja gaming. Meski demikian, port-port esensial seperti HDMI 2.1, LAN 2.5G, dan USB-C Thunderbolt 4 tetap tersedia, memastikan konektivitas modern yang memadai. Meski belum menggunakan Thunderbolt 5, Thunderbolt 4 sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan sebagian besar pengguna saat ini. Sayangnya, tidak ada slot card reader atau lubang kunci keamanan, yang mungkin menjadi pertimbangan bagi sebagian profesional.

Secara ergonomi, laptop ini menawarkan area palm rest yang luas, memberikan kenyamanan ekstra saat mengetik atau bermain game dalam waktu lama. Engsel layarnya pun terasa sangat kokoh, memungkinkan pembukaan dengan satu tangan, sebuah sentuhan premium yang dihargai. Namun, layar hanya bisa ditekuk hingga 145 derajat. Meskipun fitur layar yang bisa ditekuk hingga 180 derajat seringkali tidak banyak digunakan, keterbatasan ini mungkin sedikit mengurangi fleksibilitas bagi beberapa skenario penggunaan. Terakhir, perlu dicatat bahwa permukaan hitam doff laptop ini sangat mudah meninggalkan bekas sidik jari, mengharuskan pengguna untuk rutin membersihkannya agar tetap terlihat kinclong.

Keyboard dan Touchpad: Juara Dunia Kenyamanan dan Presisi

Salah satu aspek yang paling dipuji dari Legion Pro 7i adalah pengalaman inputnya, terutama keyboard dan touchpad. Lenovo dengan bijak mempertahankan desain keyboard full-size, lengkap dengan numpad dan tombol panah berukuran penuh. Ini adalah nilai plus besar bagi gamer maupun pekerja yang membutuhkan input angka cepat dan navigasi yang presisi. Key travel 1,6 mm terasa sangat pas, memberikan umpan balik taktil yang memuaskan untuk mengetik cepat dan akurat, tanpa menghasilkan suara bising yang mengganggu. Pengalaman mengetik di laptop ini terasa premium dan responsif, mendekati kualitas keyboard desktop mekanik.

Sebagai nilai tambah yang unik, paket penjualannya menyertakan keycaps keramik putih cadangan. Ini memberikan opsi personalisasi bagi pengguna yang ingin mengubah gaya atau sekadar memiliki cadangan untuk penggantian di masa mendatang, menunjukkan perhatian Lenovo terhadap detail dan keinginan kustomisasi.

Pencahayaan RGB per-key masih menjadi fitur andalan, dengan tingkat kecerahan LED yang luar biasa terang. Ini tidak hanya mempercantik tampilan laptop, tetapi juga sangat fungsional di lingkungan minim cahaya. Touchpad-nya, meskipun berbahan plastik Maylar, memberikan pengalaman penggunaan yang sangat menyenangkan. Permukaannya akurat dan mulus, memungkinkan navigasi kursor yang presisi dan responsif. Meski belum bisa menyaingi kehalusan touchpad kaca yang ditemukan di beberapa laptop flagship lain, performanya tetap sangat baik untuk penggunaan sehari-hari dan gaming. Satu-satunya kekurangan kecil adalah absennya sensor sidik jari atau IR untuk login wajah, yang berarti autentikasi masih mengandalkan metode konvensional seperti PIN atau password.

Layar OLED: Visual Tajam yang Memanjakan Mata

Bagian paling menggoda dan menjadi daya tarik utama dari Legion Pro 7i ini tidak lain adalah layarnya. Lenovo menyematkan panel OLED 16 inci dengan rasio aspek 16:10, menawarkan ruang kerja yang lebih vertikal, dan refresh rate tinggi yang vital untuk gaming kompetitif. Visual yang dihasilkan oleh panel OLED ini benar-benar memanjakan mata. Warna-warni tampil sangat tajam dan hidup, hitamnya pekat sempurna berkat piksel yang bisa mati sepenuhnya, dan kontrasnya tak tertandingi. Untuk berbagai aktivitas seperti menonton film, melakukan editing foto/video yang membutuhkan akurasi warna, atau bermain game dengan grafis memukau, layar ini mampu menghadirkan pengalaman visual yang imersif dan superior.

Namun, panel ini memiliki karakteristik glossy dan tidak mendukung input sentuh. Artinya, pengguna akan sering berhadapan dengan pantulan cahaya, terutama jika laptop digunakan di ruangan yang terang atau dekat sumber cahaya. Hal ini bisa sedikit mengganggu konsentrasi. Selain itu, teknologi OLED secara inheren memiliki risiko burn-in jika tidak dikelola dengan baik, meskipun ini dapat diatasi dengan berbagai fitur perlindungan perangkat lunak yang biasanya sudah terintegrasi. Untuk laptop yang sebagian besar waktunya akan duduk manis di meja kerja atau meja gaming sebagai pengganti desktop, layar OLED glossy ini bisa diterima karena kondisi pencahayaan yang lebih terkontrol. Namun, bagi pengguna yang sering bekerja di kafe outdoor atau dekat jendela, layar IPS matte mungkin akan memberikan kenyamanan visual yang lebih baik karena kemampuannya dalam mengurangi silau.

Performa dan Daya Tahan Baterai: Kekuatan Brutal dengan Kompromi Portabilitas

Seperti yang sudah bisa ditebak dari spesifikasinya yang menawan, Legion Pro 7i Gen 10 (2025) adalah laptop yang dirancang untuk menghadapi beban kerja terberat tanpa sedikit pun keluhan. Prosesor Intel Core Ultra 9 275HX dengan 24-core-nya menunjukkan performa yang mampu menyaingi, bahkan dalam beberapa skenario pengujian, mengungguli pendahulunya yang secara teoritis lebih bertenaga di atas kertas, seperti Core i9-14900HX. Performa multi-core yang superior dan efisiensi daya yang ditingkatkan berkat arsitektur hybrid baru serta kemampuan AI yang terintegrasi, benar-benar terasa di dunia nyata. Hal ini sangat krusial saat melakukan rendering video berat, kompilasi kode yang kompleks, atau multitasking ekstrem yang melibatkan banyak aplikasi sekaligus.

Untuk urusan RAM dan penyimpanan, Lenovo memberikan fleksibilitas upgrade yang patut diacungi jempol. Tersedia dua slot SO-DIMM yang memungkinkan upgrade RAM hingga 64 GB, serta dua slot M.2 untuk penyimpanan SSD hingga 2 TB, dengan opsi dukungan PCIe Gen5 SSD untuk kecepatan transfer data yang maksimal. Ini memastikan laptop siap menghadapi kebutuhan data yang besar di masa depan.

Stabilitas performa adalah kunci bagi laptop gaming kelas atas, dan Legion Pro 7i unggul di sini. Dalam pengujian stress test yang dilakukan 25 kali tanpa henti, stabilitas frame rate tercatat lebih dari 95%. Ini adalah indikasi yang sangat baik bahwa sistem pendingin laptop ini memang luar biasa andal dan mampu menjaga suhu komponen tetap optimal bahkan di bawah beban kerja paling berat. Meskipun kipasnya berputar kencang untuk membuang panas, suara yang dihasilkan cenderung "nge-bass" alias tidak cempreng atau melengking, sehingga tetap nyaman untuk dipakai dalam sesi gaming atau kerja panjang. Permukaan bodi laptop juga tetap terasa adem, bahkan saat menjalankan game berat sekalipun, membuktikan efektivitas sistem pendingin.

Dengan kombinasi RTX 5090 dan sistem pendinginan yang lega, Legion Pro 7i Gen 10 adalah senjata siap tempur di level e-sport maupun game AAA dengan grafis memukau dan super berat. Performa grafisnya dapat digenjot hingga maksimal, mampu menjalankan judul-judul terbaru seperti Cyberpunk 2077 dengan ray tracing aktif atau Starfield pada pengaturan tertinggi di resolusi 1600p dengan frame rate yang sangat playable. Untuk game e-sport yang membutuhkan frame rate tinggi dan responsif, laptop ini juga mampu memberikan kinerja superior, memastikan setiap gerakan dan tembakan tereksekusi dengan sempurna.

Baterai Jumbo, Namun…

Lenovo membekali laptop ini dengan baterai berkapasitas jumbo 99Wh, yang merupakan kapasitas maksimal yang diizinkan untuk dibawa ke dalam kabin pesawat. Namun, meskipun kapasitasnya sangat besar, komponen internal yang haus daya, terutama CPU Intel Core Ultra 9 dan GPU RTX 5090, berarti pengguna tidak bisa berharap stamina yang panjang saat jauh dari colokan listrik. Dalam pengujian, dengan layar disetel sekitar 60% brightness dan refresh rate default 60Hz, baterai hanya mampu bertahan sekitar 3 jam pemakaian aktif. Ini jelas bukan laptop yang dirancang untuk dibawa bekerja seharian tanpa charger.

Charger bawaannya pun ikut-ikutan jumbo: unit 400W dengan power brick dua bagian yang memiliki berat total 1,2 kg. Ini bahkan lebih besar dan lebih berat dibandingkan charger GaN 330W seberat 1 kg yang digunakan pada generasi sebelumnya. Sebagai perbandingan, laptop lain sekelas biasanya hanya dibekali charger 380W yang sedikit lebih enteng. Ini semakin mempertegas bahwa Legion Pro 7i memang dirancang untuk penggunaan stasioner. Untungnya, Lenovo masih menyediakan opsi pengisian daya via USB-C hingga 140W. Namun, catatan pentingnya adalah performa laptop akan dibatasi secara signifikan saat menggunakan charging via Power Delivery ini. Fitur ini cocok untuk kerja ringan atau penggunaan kasual, tetapi sama sekali tidak disarankan untuk gaming atau editing berat yang membutuhkan daya penuh.

Kesimpulan

Lenovo Legion Pro 7i Gen 10 adalah sebuah laptop yang serius dan brutal, dirancang untuk para gamer dan profesional kreatif yang membutuhkan tenaga komputasi dan grafis terbesar yang bisa didapatkan dalam format laptop. Ini adalah pilihan ideal bagi mereka yang mencari pengganti desktop, membutuhkan layar yang luar biasa indah, dan spesifikasi yang mampu melibas game-game berat serta aplikasi profesional tanpa hambatan. Performa brutalnya, didukung oleh sistem pendinginan yang superior, menjadikannya mesin yang sangat stabil dan andal untuk sesi penggunaan jangka panjang.

Namun, dengan ukuran yang jumbo, bobot yang signifikan, daya tahan baterai yang terbatas, dan charger segede gaban, laptop ini jelas bukan untuk kamu yang sering mobile atau membutuhkan perangkat yang ringkas untuk dibawa bepergian. Ini adalah laptop yang ditakdirkan untuk "duduk manis" di meja gaming atau workstation kamu, sesuai dengan peruntukan awalnya sebagai pengganti desktop. Bagi mereka yang menyukai estetika RGB menyala-nyala dan tidak keberatan dengan footprint besar, ini adalah laptop yang ideal untuk kerja berat dan bermain game serius. Namun, bagi yang menginginkan tampilan lebih kalem, fleksibilitas ergonomi maksimal, atau portabilitas tinggi, mungkin perlu mempertimbangkan opsi lain.

Plus:

  • Performa komputasi dan grafis yang brutal dan tak tertandingi di kelasnya.
  • Layar OLED 16 inci yang menawan dengan warna tajam, hitam pekat, dan kontras superior.
  • Keyboard full-size dengan key travel yang nyaman dan presisi, cocok untuk gaming maupun mengetik.
  • Sistem pendingin yang superior, menjaga suhu optimal bahkan di bawah beban terberat.
  • Kualitas build yang kokoh dan premium dengan material metal.
  • Kualitas audio yang imersif dan detail, mendukung pengalaman gaming dan multimedia.

Minus:

  • Dimensi dan bobot sangat besar, menjadikannya kurang portabel.
  • Daya tahan baterai yang boros, mengharuskan sering terhubung ke listrik.
  • Charger jumbo dan berat, menambah beban bawaan.
  • Penempatan port di samping bisa mengganggu manajemen kabel.
  • Permukaan bodi mudah meninggalkan bekas sidik jari.
  • Tanpa sensor sidik jari atau IR untuk login wajah.
  • Layar glossy yang rentan pantulan cahaya.

Informasi harga spesifik untuk Lenovo Legion Pro 7i Gen 10 (2025) tidak disebutkan dalam ulasan ini, namun diperkirakan akan berada di segmen premium, sesuai dengan spesifikasi dan target pasarnya sebagai pengganti desktop gaming kelas atas.

Review Mendalam Lenovo Legion Pro 7i Gen 10 (2025): Monster Gaming Pengganti Desktop yang Tak Tertandingi

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *