Scott McTominay: Keputusan Fatal Manchester United yang Kini Disikapi Penyesalan, Mengapa Benni McCarthy Begitu Yakin?

Scott McTominay: Keputusan Fatal Manchester United yang Kini Disikapi Penyesalan, Mengapa Benni McCarthy Begitu Yakin?

Komentar pedas nan lugas dilontarkan oleh Benni McCarthy, mantan pelatih striker Manchester United periode 2022-2024, yang secara terang-terangan menyebut penjualan Scott McTominay sebagai kesalahan terbesar yang pernah dilakukan oleh Setan Merah pada bursa transfer musim panas 2024 lalu. Pernyataan ini bukan sekadar lontaran tanpa dasar, melainkan dilandasi oleh performa sensasional McTominay yang secara mengejutkan berhasil membawa Napoli meraih gelar Scudetto Serie A, sekaligus menyabet penghargaan Pemain Terbaik Serie A, sebuah pencapaian yang kontras dengan kondisi Manchester United yang masih terseok-seok di tengah musim. McCarthy, yang memiliki pandangan orang dalam selama dua tahun bekerja di Old Trafford, menegaskan bahwa kehilangan seorang gelandang serba bisa dengan "hati" Manchester United adalah kerugian yang tak ternilai, bahkan jika ditinjau dari segi teknis sekalipun.

Benni McCarthy sendiri bukanlah sosok asing di dunia sepak bola. Sebagai mantan striker legendaris asal Afrika Selatan, ia pernah mencicipi kesuksesan di berbagai klub Eropa, termasuk meraih gelar Liga Champions bersama Porto di bawah asuhan Jose Mourinho pada tahun 2004. Pengalaman panjangnya sebagai pemain dan kemudian beralih ke dunia kepelatihan, khususnya sebagai pelatih yang berfokus pada detail performa striker di bawah Erik ten Hag, memberinya wawasan unik tentang dinamika tim, mentalitas pemain, dan strategi transfer. Ketika ia diangkat sebagai bagian dari staf pelatih Ten Hag, tugas utamanya adalah mengasah ketajaman lini serang United, sebuah sektor yang kerap menjadi sorotan. Oleh karena itu, ketika McCarthy berbicara tentang penjualan seorang pemain, terutama dari perspektif bagaimana pemain tersebut bisa berkontribusi pada serangan dan mentalitas tim, pernyataannya memiliki bobot yang signifikan.

"Membiarkan McTominay pergi adalah suatu kesalahan terbesar MU. Dia terlahir untuk MU, mungkin kalau tekniknya kurang bagus tapi dia punya semangat juang yang besar," ungkap McCarthy, sebagaimana dikutip dari Mirror. Kata-kata "terlahir untuk MU" menyoroti status McTominay sebagai produk asli akademi klub, yang telah bersama Setan Merah sejak usia muda. Ini bukan hanya tentang kemampuan teknis, tetapi juga tentang identitas, loyalitas, dan pemahaman mendalam terhadap budaya serta ekspektasi klub. Dalam pandangan McCarthy, semangat juang dan dedikasi McTominay adalah aset yang tak bisa digantikan oleh talenta yang direkrut dari luar, terutama mengingat harga "kecil" yang didapatkan United dari penjualan sang gelandang. "McTominay adalah pemain yang bisa diandalkan. Saya yakin, setiap orang di klub menyesali keputusan itu, apalagi dengan harga yang kecil," cetusnya. Penyesalan ini, menurut McCarthy, akan semakin terasa seiring dengan berjalannya waktu dan performa gemilang McTominay di liga lain.

Perjalanan Scott McTominay di Manchester United memang penuh liku. Bergabung dengan akademi United sejak usia lima tahun, ia menapaki setiap jenjang usia dengan determinasi tinggi. Debut profesionalnya terjadi pada tahun 2017 di bawah asuhan Jose Mourinho, yang secara terbuka memuji etos kerja dan profesionalisme sang gelandang. Di era Mourinho, McTominay sering dimainkan sebagai gelandang bertahan, menunjukkan kemampuan fisik dan kemampuan memotong serangan lawan. Ia dikenal sebagai "pemain guru" di mata Mourinho, sosok yang selalu memberikan 100% di lapangan.

Di bawah Ole Gunnar Solskjaer, peran McTominay mulai berkembang. Ia sering diduetkan dengan Fred di lini tengah, membentuk tandem yang dikenal dengan julukan "McFred." Meskipun sering dikritik oleh sebagian penggemar karena dianggap kurang kreatif atau lambat dalam distribusi bola, tidak dapat dipungkiri bahwa McTominay selalu memberikan intensitas, energi, dan kontribusi gol yang krusial dari lini kedua. Kemampuannya untuk melakukan lari terlambat ke kotak penalti lawan dan menyelesaikan peluang menjadi salah satu ciri khasnya. Di musim-musim terakhirnya di Old Trafford, terutama pada musim 2023-2024 sebelum kepergiannya, McTominay bahkan menjadi salah satu pencetak gol terbanyak klub di Premier League dengan tujuh gol. Ini adalah statistik yang mencengangkan, mengingat ia adalah seorang gelandang, bukan penyerang murni. Dalam kondisi di mana para penyerang Setan Merah lainnya tumpul, McTominay seringkali menjadi penyelamat dengan gol-gol krusialnya, menunjukkan insting menyerang yang tajam dan keberanian untuk mengambil risiko.

Keputusan Manchester United untuk menjual McTominay di musim panas 2024 adalah bagian dari perombakan skuad yang ambisius di bawah Erik ten Hag. Dengan kedatangan pemain-pemain baru seperti Mason Mount dan Sofyan Amrabat (dengan opsi permanen), serta keberadaan Casemiro dan Christian Eriksen, persaingan di lini tengah United memang sangat ketat. Ten Hag dikabarkan mencari gelandang dengan profil yang lebih teknis dan mampu mengontrol tempo permainan, sesuai dengan filosofi sepak bolanya yang berlandaskan penguasaan bola dan transisi cepat. McTominay, dengan gaya bermainnya yang lebih mengandalkan fisik dan lari, mungkin dianggap tidak sepenuhnya cocok dengan cetak biru taktis yang diinginkan Ten Hag. Selain itu, aspek Financial Fair Play (FFP) juga menjadi pertimbangan. Menjual pemain akademi yang merupakan "pure profit" di neraca keuangan klub, seperti McTominay, bisa memberikan ruang gerak finansial yang lebih besar untuk merekrut target transfer lainnya. Namun, seperti yang diungkapkan McCarthy, harga yang disepakati untuk transfer McTominay ke Napoli tergolong "kecil" jika dibandingkan dengan dampak dan nilai yang kemudian ia berikan.

Kepindahan McTominay ke Napoli, sebuah klub raksasa Italia yang baru saja meraih Scudetto di musim sebelumnya, adalah titik balik krusial dalam kariernya. Napoli, yang dilatih oleh Antonio Conte, sedang dalam fase transisi setelah kepergian beberapa bintang dan penurunan performa pasca-gelar juara. Conte, seorang pelatih yang dikenal dengan disiplin taktik dan kemampuan memeras potensi maksimal dari setiap pemainnya, melihat sesuatu yang istimewa dalam diri McTominay. Di bawah Conte, McTominay tidak hanya menemukan tempatnya, tetapi ia berkembang menjadi kekuatan yang dominan di Serie A.

Conte dikenal sering menggunakan formasi dengan tiga gelandang di lini tengah, seperti 3-5-2 atau 3-4-3, yang memungkinkan satu atau dua gelandang untuk melakukan lari dari lini kedua dan terlibat dalam serangan. Peran ini sangat cocok dengan profil McTominay. Ia diberi kebebasan lebih untuk maju, memanfaatkan kemampuan larinya yang tak kenal lelah, dan instingnya untuk berada di posisi yang tepat di kotak penalti lawan. Hasilnya sungguh luar biasa: McTominay berhasil mencetak 12 gol dan menyumbangkan enam assist dari 34 penampilan di Liga Italia. Angka ini jauh melampaui catatan golnya di Manchester United dan menempatkannya sebagai salah satu gelandang paling produktif di Eropa.

Bukan hanya statistik individu yang mencengangkan, tetapi dampak McTominay terhadap tim Napoli juga sangat signifikan. Ia menjadi motor di lini tengah, memberikan keseimbangan antara pertahanan dan serangan, serta menunjukkan kepemimpinan yang matang. Kontribusinya sangat vital dalam membawa Napoli kembali ke puncak, mengamankan gelar Scudetto yang kedua kalinya secara beruntun. Puncaknya, McTominay dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Serie A, sebuah penghargaan prestisius yang mengukuhkan statusnya sebagai salah satu gelandang elite di Eropa. Foto-foto McTominay yang mencium trofi Scudetto dengan bangga, menunjukkan kegembiraan dan kebanggaan yang mungkin tidak ia rasakan sepenuhnya di Manchester United, menjadi gambaran betapa tepatnya keputusan kepindahannya bagi karier pribadinya.

Kini, dengan McTominay yang bersinar terang di Italia dan Manchester United yang masih berjuang untuk menemukan konsistensi di lini tengah, komentar Benni McCarthy terasa semakin relevan. Ketiadaan seorang gelandang dengan etos kerja dan insting gol seperti McTominay sangat terasa di skuad Erik ten Hag. Lini tengah United seringkali terlihat kurang dinamis, lambat dalam transisi, dan kurang memiliki pemain yang berani melakukan lari ke kotak penalti untuk mendukung serangan. Sementara itu, pemain yang didatangkan untuk menggantikan perannya, seperti Mason Mount, belum mampu menunjukkan performa yang diharapkan karena cedera dan adaptasi.

Penjualan Scott McTominay adalah contoh klasik dari bagaimana keputusan transfer yang tampaknya logis di atas kertas bisa menjadi bumerang besar. Manchester United kehilangan bukan hanya seorang pemain, tetapi juga seorang "hati" dari akademi mereka, seorang yang memahami apa artinya bermain untuk lambang Setan Merah. Harga "kecil" yang mereka dapatkan kini terlihat seperti tawar-menawar yang sangat buruk, mengingat nilai pasar McTominay yang pasti melonjak drastis setelah performa sensasionalnya di Napoli.

Kisah Scott McTominay adalah pengingat yang pahit bagi Manchester United tentang pentingnya menghargai aset yang tumbuh dari dalam klub, serta bahaya dari terlalu cepat menyerah pada pemain yang mungkin tidak sesuai dengan filosofi taktis sesaat, namun memiliki karakter dan potensi yang luar biasa. Benni McCarthy mungkin telah pergi dari Old Trafford, tetapi kata-katanya tentang kesalahan terbesar Setan Merah akan terus bergema setiap kali Scott McTominay mencetak gol atau mengangkat trofi di luar sana, sementara Manchester United masih mencari identitas dan konsistensi mereka. Penyesalan itu, seperti yang dikatakan McCarthy, mungkin akan terus membayangi.

Scott McTominay: Keputusan Fatal Manchester United yang Kini Disikapi Penyesalan, Mengapa Benni McCarthy Begitu Yakin?

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *