
Google, sebuah nama yang kini telah menjelma menjadi entitas tak terpisahkan dari kehidupan digital miliaran orang di seluruh dunia, adalah lebih dari sekadar sebuah mesin pencari; ia adalah portal utama menuju samudera informasi daring. Dari pencarian sederhana hingga kompleks, Google telah mendefinisikan ulang cara kita mengakses dan berinteraksi dengan pengetahuan. Namun, di balik dominasinya yang tak terbantahkan, terdapat sebuah kisah menarik dan tak terduga tentang asal-usul namanya, sebuah cerita yang jauh dari sekadar singkatan rumit, melainkan sebuah kebetulan yang berujung pada ikon global.
Popularitas Google tidak terbantahkan. Sebagian besar dari kita "meng-Google" sesuatu setiap hari, mengubah nama perusahaan menjadi kata kerja universal. Fenomena ini menunjukkan betapa dalam integrasi Google ke dalam rutinitas harian kita, menjadikannya situs web paling populer dan mesin pencari yang mendominasi pasar global. Pengaruhnya melampaui sekadar pencarian informasi; Google juga berada di balik sistem operasi ponsel pintar yang paling banyak digunakan (Android), layanan email (Gmail), peta digital (Google Maps), hingga platform berbagi video terbesar (YouTube), menjadikannya raksasa teknologi dengan jangkauan yang sangat luas.
Pendirian Google terjadi pada tahun 1998, sebuah era di mana internet masih dalam tahap pertumbuhan eksplosif dan mesin pencari belum mencapai tingkat kecanggihan seperti sekarang. Di balik inovasi ini adalah dua sosok brilian, Sergey Brin dan Larry Page, yang saat itu masih berstatus mahasiswa PhD di Universitas Stanford. Mereka berdua memiliki visi revolusioner untuk mengorganisir informasi di internet agar dapat diakses secara universal dan bermanfaat. Ide awal mereka berpusat pada sebuah proyek penelitian yang disebut "Backrub," sebuah sistem yang menganalisis "backlink" atau tautan balik untuk menentukan relevansi dan otoritas sebuah halaman web – sebuah konsep yang kemudian berkembang menjadi algoritma PageRank yang menjadi tulang punggung keberhasilan Google.
Banyak orang yang baru mengenal Google atau belum memahami sejarahnya seringkali salah menduga bahwa nama "Google" adalah sebuah singkatan. Salah satu dugaan paling populer yang beredar adalah "Global Organization of Oriented Group Language of Earth." Namun, dugaan ini sama sekali tidak benar dan hanyalah mitos urban yang berkembang seiring waktu. Kebenaran di balik nama Google jauh lebih menarik dan sedikit ironis. Nama Google sebenarnya bukanlah singkatan, melainkan sebuah plesetan dari kata "Googol," sebuah istilah matematika yang memiliki makna yang sangat spesifik dan menarik.
"Googol" adalah leksikon aritmatika yang merepresentasikan angka 10 yang dipangkatkan 100, atau dapat dibayangkan sebagai angka 1 diikuti oleh seratus angka nol di belakangnya (10^100). Ini adalah angka yang sangat besar, hampir tak terbayangkan dalam konteks sehari-hari. Istilah "Googol" sendiri diciptakan pada tahun 1920 oleh seorang anak laki-laki berusia 9 tahun bernama Milton Sirotta, keponakan dari matematikawan terkemuka Edward Kasner. Milton Sirotta-lah yang, dengan kepolosan dan imajinasi masa kecilnya, memberikan nama "konyol" ini untuk jumlah yang "konyol" tersebut. Konsep "Googol" kemudian dipopulerkan oleh Edward Kasner dalam bukunya yang berjudul Mathematics and the Imagination, yang diterbitkan pada tahun 1940. Dalam buku tersebut, Kasner sering merujuk pada angka tersebut, menjelaskan mengapa jumlah yang begitu besar layak mendapatkan nama yang sama "konyolnya."
Relevansi "Googol" dengan visi Larry Page dan Sergey Brin sangatlah mendalam. Angka yang luar biasa besar ini secara sempurna mencerminkan ambisi mereka untuk mengorganisir dan menyediakan akses terhadap jumlah informasi yang hampir tak terbatas di internet. Internet pada dasarnya adalah "Googol" informasi yang terus berkembang, dan mesin pencari yang efektif harus mampu mengatasi skala data yang masif ini. Oleh karena itu, ketika Larry Page dan rekan-rekannya bertukar pikiran tentang nama yang tepat untuk perusahaan mereka, seseorang menyarankan untuk menamainya "Googol," sebagai simbol dari skala data yang ingin mereka indeks dan kelola.
Namun, di sinilah letak sentuhan takdir dan kebetulan yang membentuk sejarah nama Google. Ketika Larry Page bertanya kepada temannya, Sean Anderson, apakah domain "googol.com" tersedia, Sean rupanya melakukan kesalahan pengetikan yang fatal namun beruntung. Ia salah mengeja kata tersebut menjadi "google.com" saat melakukan pengecekan ketersediaan domain. Ironisnya, domain "google.com" ternyata tersedia. Dan yang lebih menarik, Larry Page justru menyukai nama yang salah eja itu. Ia mungkin merasa "Google" terdengar lebih sederhana, lebih mudah diingat, dan memiliki kesan yang lebih modern dibandingkan "Googol" yang terdengar lebih matematis. Momen kebetulan ini kemudian melahirkan nama "Google Inc."
Sebelum nama "Google" muncul, proyek mesin pencari Brin dan Page sebenarnya dikenal dengan nama "Backrub." Nama ini dipilih karena program mereka menggunakan "backlink" atau tautan balik sebagai salah satu metrik utama untuk menentukan peringkat relevansi sebuah halaman web dalam hasil pencarian. Meskipun "Backrub" secara teknis akurat dalam menggambarkan cara kerja algoritma mereka saat itu, nama tersebut tidak memiliki daya tarik atau kesan yang kuat untuk sebuah perusahaan yang bercita-cita besar. Nama "Backrub" terasa terlalu teknis dan kurang ‘ramah’ untuk publik yang lebih luas, dan kemungkinan besar tidak akan mencapai tingkat pengenalan global seperti yang dilakukan "Google."
David Koller, seorang ilmuwan komputer dari Stanford yang juga mengenal Brin dan Page, memberikan kesaksian langsung tentang momen penamaan yang krusial itu. Ia menceritakan bahwa Sean Anderson, sesama mahasiswa PhD, dan Larry Page sedang berada di kantor mereka, menggunakan papan tulis, mencoba memikirkan nama yang bagus, sesuatu yang berhubungan dengan pengindeksan sejumlah besar data. "Sean secara lisan menyarankan kata ‘googolplex’, dan Larry menjawab secara lisan dengan bentuk singkatnya, ‘googol’," kata Koller. Googolplex sendiri adalah 10 pangkat googol, angka yang bahkan lebih besar dari googol.
Setelah nama "googol" diputuskan sebagai ide utama, langkah selanjutnya adalah memeriksa ketersediaan domain internet. Di sinilah Sean Anderson melakukan kesalahan besar yang secara tidak sengaja mengubah sejarah. Sean membuat kesalahan dengan mencari nama yang dieja sebagai ‘google.com’, yang ternyata tersedia. "Larry menyukai nama itu, dan dalam beberapa jam dia mengambil langkah mendaftarkan nama google.com untuk dirinya dan Sergey," papar Koller. Kecepatan Larry dalam mengambil keputusan untuk mendaftarkan nama domain tersebut menunjukkan betapa ia melihat potensi besar dalam nama yang lahir dari kesalahan ejaan ini.
Pendaftaran nama domain "google.com" secara resmi tercatat pada tanggal 15 September 1997. Momen ini menjadi tonggak sejarah yang signifikan, menandai kelahiran sebuah entitas yang akan mengubah dunia digital selamanya. Sejak saat itu, sisanya adalah sejarah. Dari sebuah proyek penelitian di Stanford dan sebuah nama yang lahir dari kesalahan pengetikan, Google berkembang pesat menjadi perusahaan teknologi raksasa seperti yang kita kenal saat ini. Mereka meluncurkan Google Search pada tahun 1998, dan dengan cepat menarik perhatian pengguna karena kecepatan dan relevansinya.
Dalam waktu singkat, Google tumbuh dari startup garasi menjadi kekuatan global. Dari sekadar mesin pencari, mereka berekspansi ke berbagai layanan dan produk inovatif lainnya, termasuk periklanan online (AdWords, AdSense), sistem operasi (Chrome OS, Android), perangkat keras (Pixel, Nest), hingga proyek-proyek ambisius di bidang kecerdasan buatan dan mobil otonom. Nama "Google" yang sederhana namun kuat, yang lahir dari sebuah kebetulan, telah menjadi identik dengan pencarian informasi dan inovasi teknologi. Ia adalah pengingat bahwa terkadang, kesalahan kecil dapat mengarah pada penemuan besar, dan bahwa nama yang paling ikonik sekalipun bisa memiliki asal-usul yang paling tak terduga. Sebuah plesetan dari angka matematis yang masif, kini nama "Google" sendiri merepresentasikan skala dan ambisi tanpa batas dari sebuah perusahaan yang terus berinovasi dan membentuk masa depan digital kita.
