
Manchester United kini berada di ambang revolusi lini serang mereka, dengan kedatangan Bryan Mbeumo dari Brentford yang hampir pasti terealisasi. Kesepakatan yang dilaporkan mencapai 65 juta paun ditambah 6 juta paun dalam bentuk bonus telah diterima oleh Brentford, mengakhiri serangkaian penolakan tawaran sebelumnya. Transfer ini, yang diperkirakan akan tuntas dalam waktu dekat mengingat kesepakatan personal dengan Mbeumo telah lebih dulu diamankan, akan mengikat penyerang berusia 25 tahun itu hingga 2030, dengan opsi perpanjangan satu musim tambahan. Mbeumo akan menjadi rekrutan ofensif kedua Manchester United musim panas ini, menyusul kedatangan Matheus Cunha dari Wolverhampton Wanderers. Kombinasi kedua pemain ini mengindikasikan pergeseran signifikan dalam strategi penyerangan Setan Merah di bawah arahan manajer baru, Ruben Amorim, yang diharapkan membawa filosofi menyerang yang lebih dinamis dan fleksibel.
Baik Mbeumo maupun Cunha dikenal sebagai pemain serbaguna, atau "versatile", yang mampu mengisi berbagai posisi di lini depan. Mereka bisa bermain efektif di kedua sisi lapangan sebagai penyerang sayap, atau bahkan beroperasi sebagai penyerang sentral atau gelandang serang. Fleksibilitas ini sangat krusial bagi skema taktik Amorim, yang di Sporting Lisbon kerap mengandalkan formasi 3-4-3 atau 3-4-2-1 yang menuntut pemain depan untuk bergerak bebas dan bertukar posisi. Kedatangan dua pemain ini berarti Amorim kini memiliki setidaknya dua opsi utama untuk tiga posisi terdepan, dan yang terpenting, keduanya memiliki rekam jejak gol yang mengesankan. Musim lalu, Cunha berhasil mencetak 15 gol untuk Wolverhampton Wanderers, sementara Mbeumo tampil lebih tajam dengan 20 gol untuk Brentford, menunjukkan kapasitas mereka sebagai mesin gol yang produktif.
Namun, pertanyaan besar yang kini mencuat adalah: apakah Manchester United akan melanjutkan perburuan penyerang tengah baru? Dilema ini muncul mengingat performa Rasmus Hojlund musim lalu yang jauh dari ekspektasi. Sebagai ujung tombak utama, Hojlund hanya mampu menyumbangkan empat gol di Liga Primer Inggris, sebuah angka yang sangat minim untuk striker di klub sekelas Manchester United yang berambisi kembali ke papan atas. Meskipun Hojlund menunjukkan semangat juang dan adaptasi yang patut dipuji, kurangnya dukungan dan kesempatan yang optimal menjadi faktor penghambat performanya. Data statistik menunjukkan bahwa angka perkiraan gol (xG) Hojlund hanya mencapai 5.2, yang mengindikasikan betapa terbatasnya peluang emas yang ia dapatkan sepanjang musim.
Sebelumnya, Manchester United sempat dikaitkan dengan sejumlah nama besar di posisi penyerang tengah, termasuk Viktor Gyokeres dari Sporting Lisbon, Benjamin Sesko dari RB Leipzig, dan Hugo Ekitike dari Eintracht Frankfurt. Namun, ketiga pemain ini memiliki banderol harga yang tinggi, yang mungkin tidak sejalan dengan realitas keuangan klub saat ini. Kebijakan Financial Fair Play (FFP) dan kesulitan dalam menjual lima pemain yang tidak masuk dalam rencana manajer menjadi hambatan serius bagi United. Pemain seperti Jadon Sancho, Mason Greenwood, dan beberapa pemain dengan gaji tinggi yang tidak lagi dibutuhkan, belum juga menemukan klub baru. Situasi ini memaksa United untuk mencari opsi yang lebih hemat dan murah di pasar transfer.
Belakangan, beberapa nama alternatif mulai muncul ke permukaan. Dominic Calvert-Lewin dari Everton, yang berstatus free agent alias tanpa klub setelah kontraknya berakhir, menjadi salah satu opsi menarik karena tidak memerlukan biaya transfer. Meskipun rekam jejak cederanya patut dipertimbangkan, potensinya sebagai striker Premier League yang berpengalaman bisa menjadi solusi jangka pendek yang ekonomis. Selain itu, Ollie Watkins dari Aston Villa dan Nicolas Jackson dari Chelsea juga dikaitkan. Watkins, yang tampil impresif bersama Villa, tentu akan menelan biaya yang tidak sedikit, mengingat statusnya sebagai salah satu penyerang terbaik di liga. Sementara itu, opsi Nicolas Jackson mungkin membuka peluang untuk skema tukar guling pemain, yang melibatkan Alejandro Garnacho. Namun, melepas Garnacho, salah satu talenta muda paling menjanjikan di United, tentu akan menjadi keputusan yang sulit dan berisiko tinggi.
Alternatif lain yang tak kalah kuat adalah memberikan kepercayaan penuh lagi kepada Rasmus Hojlund. Argumentasi di balik opsi ini cukup kuat: Hojlund belum mendapatkan dukungan terbaik di musim perdananya. Kedatangan Cunha dan Mbeumo, yang masing-masing lebih nyaman bermain di posisi sayap kiri dan kanan, secara signifikan akan mengurangi beban mencetak gol yang selama ini ditanggung Hojlund seorang diri. Dengan kehadiran dua penyerang sayap yang juga produktif dalam mencetak gol, Hojlund bisa mendapatkan suplai bola yang lebih baik, ruang gerak yang lebih terbuka, dan tekanan yang lebih ringan. Ini akan memungkinkannya untuk fokus pada penyelesaian akhir dan memaksimalkan potensi alaminya sebagai seorang striker.
Mantan top skor Premier League, Chris Sutton, turut mengemukakan pandangannya terkait situasi Hojlund. "Sudahkah United menyokongnya (Hojlund) dengan peluang-peluang dan kesempatan? Jawabannya adalah tidak," kata Sutton yang dikutip oleh BBC. Sutton mengakui bahwa kurangnya servis adalah masalah utama bagi Hojlund. Namun, ia juga menambahkan nuansa penting pada perdebatan ini: "Tapi juga, Anda harus mempertimbangkan apakah dia bermain cukup baik. Apakah dia pernah menjadi pencetak gol ulung. Itulah keraguan yang mengganggu dan sesuatu yang pernah saya perdebatkan dengan para suporter United." Pernyataan Sutton menyoroti pertanyaan mendasar tentang apakah Hojlund memiliki naluri mencetak gol yang konsisten, atau apakah ia lebih merupakan striker yang berfungsi sebagai titik fokus dalam build-up serangan. Meskipun demikian, Sutton memuji sikap Hojlund yang baik dan usianya yang masih muda, menunjukkan bahwa ada waktu baginya untuk berkembang.
Dengan memilih untuk mempercayai Hojlund dan memfokuskan investasi pada pemain sayap yang produktif seperti Cunha dan Mbeumo, Manchester United juga bisa mengalokasikan anggaran transfer yang tersisa ke sektor lain yang juga sangat membutuhkan penguatan, seperti bek sayap. Lini pertahanan, terutama di posisi full-back, kerap menjadi titik lemah United musim lalu, baik dalam aspek menyerang maupun bertahan. Mendapatkan bek sayap berkualitas yang mampu memberikan kontribusi konsisten di kedua sisi lapangan akan menjadi langkah strategis yang vital bagi keseimbangan tim.
Kedatangan Mbeumo dan Cunha menandai era baru di lini serang Manchester United. Ini adalah cerminan dari pendekatan strategis yang lebih terukur di bawah kepemimpinan INEOS, yang menekankan pada profil pemain yang sesuai dengan filosofi manajer dan potensi jangka panjang, bukan hanya nama besar. Fleksibilitas, produktivitas dari berbagai posisi, dan kemampuan beradaptasi menjadi kunci. Keputusan akhir mengenai apakah akan mendatangkan penyerang tengah tambahan atau memberikan kesempatan penuh kepada Hojlund akan menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan United di musim mendatang. Terlepas dari itu, dengan dua amunisi baru yang menjanjikan, lini serang United tampaknya siap untuk menjadi lebih dinamis, produktif, dan berbahaya di bawah asuhan Ruben Amorim. Musim baru akan menjadi panggung pembuktian bagi strategi transfer ini, serta bagi Hojlund dan seluruh lini serang Setan Merah.
